Letters to Juliet Movie Quote

 

Letters to Juliet bercerita tentang Sophie yang bekerja sebagai ‘sekretaris Juliet’. Pekerjaannya adalah membalas surat yang dikirimkan cewek-cewek untuk Juliet. Konflik bermula saat Sophie menemukan surat yang ditulis lima puluh tahun yang lalu oleh grandma Claire. Nggak disangka, gara-gara balasan surat dari Sophie, grandma Claire jadi bertekad buat mencari true love dia lima puluh tahun yang lalu itu!

 

Menurut gue sih, dari segi cerita termasuk biasa-biasa aja yah. Tokoh utama cowoknya juga kurang ganteng, hehehe. Tapi, yang gue suka dari film ini ada quotes-nya. Sejak nonton film ini sekitar dua minggu yang lalu, gue udah bertekad bakal langsung nyari kumpulan quotes dari film ini. And here they aremy favorite quotes from this movie:

 

Sophie’s letter to grandma Claire:

“Dear Claire… ‘What’ and ‘If’ are two words as non-threatening as words can be. But put them together side-by-side and they have the power to haunt you for the rest of your life: What if? What if? What if? I don’t know how your story ended but if what you felt then was true love, then it’s never too late.”

 

Sophie to Charlie (cucunya grandma Claire yang sangat menentang niat neneknya untuk mencari true love sang nenek 50 tahun yang lalu itu):

“I’m sorry, I didn’t know love had an expiration date.”

 

Charlie to Sophie (quote yang ini, dua kalimat pertamanya cuma based on ingatan gue aja… soalnya yang gue dapetin dari internet kurang lengkap sih):

“I’m glad I’m not Romeo. I don’t want to just stand and whisper in the garden. If I were Romeo, I would have grabbed her from that blasted balcony and been done with it.”

 

Between Charlie and Sophie (gue lupa siapa persisnya yang ngomong begini, hehe):

Sometimes, perfectionist is just another word of chicken.”

 

Grandma Claire to Charlie:

“How many Sophies do you think there are on this planet? Don’t wait for 50 years before you find her. Go, Charlie, go!”

 

However, meskipun gue suka sama quotes dalam film ini, di satu sisi gue tetep ngerasa film ini agak-agak berlebihan. Jangankan 50 tahun deh… nyari first love gue 10 tahun yang lalu aja gue ogah, hehe…

 

Terus tagline film ini kan bahwa cinta sejati itu nggak akan pernah kadaluarsa yah. Masalahnya kalo yang terjadi sama gue, setiap cinta yang pernah gue rasain pasti punya expired date. Pernah beberapa kali, gue menolak kesempatan buat ‘balik’ sama cowok-cowok yang DULU pernah gue sayang dengan sepenuh hati.

 

Tapiii, yah… secara gue juga masih muda. Siapa tau besok-besok gue nemuin cowok yang bisa bikin gue ngerasain true love sedahsyat itu kali yaa, hehehe. So I guess lucky for you who already have one.

 

Kiki: My Best Friend Since I Was a Kid

 

Satu minggu yang lalu, gue asyik ngobrol sama Yantri, adek cewek gue satu-satunya, tentang bedanya teman jaman sekolah dengan teman setelah kerja. Waktu itu gue bilang, gue masih berhubungan baik dengan Kiki, sahabat gue dari bangku SD.

Yantri dengan sok taunya nimpalin kayak begini, “Ah, kak Ifa sama kak Kiki kan jalan hidupnya udah jauh beda!”

Hmm, jauh beda? Iya juga sih… Coba bandingkan…

Isi status fesbuk gue:

  • “@ Mall xxx.” (Kayaknya hampir tiap weekend gue bikin status model begini)
  • Packing.” (entah itu packing mau liburan atau dalam rangka kerjaan)
  • “Abis nonton film xxx.” (Jadi inget… kata nyokap, gue keseringan nonton di bioskop makanya jadi sakit-sakitan… Apa hubungannya coba nonton sama sakit-sakitan?!?)
  • “Lembur, banyak kerjaan, pusing sama kerjaan.” (Sampe nyokap komen lagi… daripada ngeluh melulu, mendingan resign aja!)
  •  “Toko xxx diskon up to 70%!” (Ya pastilah nyokap juga nyap-nyap gue ini terlalu boros bla bla bla).
  • Lunch/dinner with/at xxx.” (Agaaiiinn, nyokap bilang jangan suka makan sembarangan! Nama makanan kok aneh-aneh begitu! Susah lah kalo nyokap sampe punya Fb!)

 

Isi status fesbuk Kiki:

  • Candle light dinner bareng suami tercinta.”
  • “Lagi mikir mau pilih kado apa dari suami.”
  • “Hari ini mau masak xxx.”
  • “Kata ibu-ibu di mall, ‘Duh, anaknya ganteng amat, Bu!’”
  • “Nungguin ayah Ahzam pulang kerja.”
  • Surprise Ahzam udah bisa xxx.”
  • “Ahzam mau pinter ya sayang.” (Ini status dikomenin sama nyokap gue: “Ahzam sakit apa, Ki?” Gue ikut komen: “Emangnya mau pinter itu artinya sakit yah?” Sumpah gue baru tau kalo bayi sakit pertanda abis itu dia mau bisa sesuatu yang baru, makanya dibilang mau pinter, hehehe).

 

See? Jalan hidup gue sama Kiki emang jauh berbeda. Kalo cewek-cewek kebanyakan pasti lebih milih kehidupannya Kiki yah. Suami yang perhatian, anak yang lucu, kehidupan berumah tangga yang bahagia… Apalagi katanya, perempuan itu belum lengkap kalo belum punya anak dan suami.

Gue inget banget pernah dengan sok tahunya nasehatin Kiki buat nggak buru-buru punya anak setelah menikah. Kiki itu married waktu gue baru aja selesai sidang skripsi lho. She started a new life with her husband while I started a new life with my job. Jadi menurut gue, Kiki masih terlalu muda buat jadi seorang ibu. Apalagi jujur aja, sebelumnya, gue enggak pernah melihat pernikahan di usia muda yang bisa dikatakan berhasil. Dalam bayangan gue, nikah muda identik dengan emosi yang masih labil, ego yang masih setinggi langit, begitu banyak cita-cita yang terhalang pernikahan, belum lagi, begitu banyak konflik yang pasti dihadapi oleh semua orang yang menikah. And I simply thought, a baby would make things worse.

Lalu kenyataannya? Seperti yang gue tulis di paragraf sebelumnya: I can see that she has a better life, a happy life, after marriage and her baby born.

Meski begitu, bukan berarti gue lantas kepingin menjadi Kiki. Setiap orang memiliki karakteristik dan jalan hidup yang berbeda-beda. Apa yang membuat hidup Kiki terlihat amazing belum tentu akan jadi sama menakjubkannya kalo gue yang menjalaninya. Dan, terlepas dari berbagai hal yang belum gue miliki, gue tetap sangat menikmati kehidupan gue saat ini.

Meski kedengarannya suka mengeluh, tapi gue menikmati kok, kerjaan yang identik dengan tekanan, susah gila, bikin stres, dsb… Dan kerja lembur itu juga enggak segitu buruknya kok. At least, kerja lembur bikin gue jadi lebih akrab sama temen-temen sekantor.

Lalu pastinya, gue masih sangat menikmati aktivitas nangkring dan shopping dari satu mall ke mall lainnya. Nonton film dan makan apapun yang gue suka. Mewujudkan mimpi gue untuk ‘melihat dunia’. Dan merencanakan keuangan untuk beli barang-barang yang gue inginkan.

Balik lagi ke Kiki, kadang gue masih suka nggak nyangka, sahabat yang dulu lebih ‘polos’ daripada gue itu sekarang malah lebih ‘berpengalaman’ daripada gue. And lucky me, kalo kelak gue berumahtangga, gue udah punya tempat berguru untuk begitu banyak hal, hehehehe.

Her wedding day

Her wedding day

At the end gue cuma mau bilang, jalan hidup gue dan Kiki emang berbeda, dan sepertinya emang akan selalu jauh berbeda. Soalnya, jadi full time mother and wife bener-bener enggak pernah jadi bagian dari future plan gue. However, that is NOT a reason for us stop being best friends right? Seperti yang gue bilang ke adek gue, jalan hidup gue dan Kiki emang berlawanan, tapi yang penting, kita berdua tetap saling mendukung.

And for your information, Kiki and me have been best friends for more than 18 years🙂

 

Kurban Seorang Mualaf

Akhir tahun 2009 yang lalu, gue sempet kerja satu tim sama cowok Chinese yang di hari pertama kerja bareng gue, dia mengejutkan gue dengan pertanyaan, “Di sini mushala-nya di sebelah mana ya?”

Loh, ternyata dia muslim toh! Akhirnya gue tau kalo dia itu mualaf dan satu-satunya muslim di keluarga dia.

Sampe sekarang gue belum tau alesan dia masuk Islam itu apa. Gue sempet nebak karena dia pernah kuliah di Malasyia, tapi ternyata bukan. Dia baru masuk Islam justru setelah balik ke Indonesia. Karena pengaruh pacar pun rasanya bukan. Karena pacarnya yang pake jilbab itu juga dia kenal setelah masuk Islam.

Idul Adha hari ini mengingatkan gue sama cowok ini. Waktu itu dia sempat cerita sama gue tentang pengalaman kurban pertama dia setelah jadi mualaf.

Waktu itu kata dia, di saat kambing lain mesti ditarik-tarik menuju tempat pemotongan, kambing kurbannya dia justru berjalan mendului dia menuju mesjid. Lalu di tempat pemotongan, di saat kambing lain meronta sekuat tenaga, kambing kurbannya dia justru dengan sendirinya memasrahkan lehernya untuk disembelih.

Waktu itu pikir gue, bahkan kambing pun tahu, memenuhi hidayah menjadi mualaf bukanlah suatu hal yang mudah, makanya dia sengaja mempermudah kurban pertama majikannya supaya nggak nambahin masalah baru buat majikannya itu, hehehehe.

Bicara soal pindah agama, gue jadi inget, sekitar enam tahun yang lalu, ada seorang kenalan yang bertanya sama gue, “Kenapa agamalo Islam? Karena orang tualo Islam kan?”

Mestinya, pertanyaan itu bukan pertanyaan yang sopan ya. Apalagi gue tau, motif dia nanya kayak gitu adalah untuk convert gue ke agamanya dia. Tapi kalo dipikir-pikir, pertanyaan dia itu emang ada benarnya. Agama pertama setiap orang kemungkinan besar agama yang dianut orang tuanya. Lalu pertanyaannya, apa iya, gue tetep beragama Islam hanya karena orang tua gue? Bukankah setelah dewasa, gue punya hak untuk mementukan kepercayaan yang gue yakini kebenarannya?

Thanks to that girl, dari situ gue justru jadi semakin meyakini agama gue. Berkat dia, gue jadi tahu bawha gue tetap beragama Islam karena memang agama ini yang gue yakini kebenaran dari setiap ajarannya, dan bukan semata-mata karena didikan orang tua gue. Malah, gara-gara dia, gue juga sampe berpikiran… kalopun misalkan ortu gue bukan Islam, pasti setelah dewasa dan mengenal agama ini, ujung-ujungnya gue akan teteap memeluk agama Islam. Makanya, gue juga jadi bersyukur udah terlahir dalam keluarga muslim. At least dengan begitu, gue jadi nggak perlu repot-repot mengalami dilema saat mutusin untuk jadi mualaf, hehehehe.

Well, selamat hari raya Idul Adha buat teman-teman yang merayakannyaJ

Medistra Last Night

Semalem, penyakit gue bertambah parah. Demam semakin tinggi, perut mual, dan puncaknya, dada kiri gue terasa agak nyeri. Sepulang kerja, karena udah nggak kuat nungguin bis gue lewat, akhirnya gue naik taksi. Pas gue di dalem taksi, yang ada mual dan nyeri gue malah semakin menjadi-jadi.

Gue pun mulai kepikiran; di mana rumah sakit yang terdekat?

Kebetulan, taksi gue sebentar lagi ngelewatin Medistra. Jadi ya udah, gue suruh supir taksinya buat nurunin gue di RS itu.

Sampe di sana, as usual, tekanan darah diperiksa, suhu tubuh diukur, perut gue dipencet-pencet, dan  lain sebagainya. Yang bikin gue kaget, waktu dokternya bilang, “Diinfus, disuntik, periksa darah hari ini juga nggak papa ya?”

Reaksi pertama gue, “Hah? Segitu parahnya ya, Dok?”

Helloooo… panas gue hampir 39 derajat aja dooong. Memecahkan rekor sakit gue selama ini. Jadi ya udahlah, terserah. Akhirnya untuk pertama kalinya gue merasakan yang namanya diinfus. Terus ada dua obat yang disuntik lewat selang infus gue. Dan gue harus nunggu hasil tes darah gue dalam waktu dua jam, sebelum diputuskan boleh pulang ke rumah apa enggak.

Waktu kapan itu, gue denger katanya diinfus itu rasa sakitnya cuma kayak digigit semut. Padahal yaah, ampun deh, sakit banget! Gue sampe mikir, gilaaa, gue nggak mau ah, sampe sakit yang mesti diinfus lagi! Rasanya nggak enak! Tapi ternyata, nggak seberapa lama akhirnya gue mulai terbiasa sama selang infus di tangan kiri gue itu. Tangan kiri diinfus, tangan kanan fesbukan jalan terus, hehehe.

Nggak sampe dua jam kemudian, hasil tes darah gue udah selesai. Dan tau nggak sih… ternyata oh ternyata, hasil tes darah gue normal semua! Cuma ada selisih tipis di haemoglobin gue sama satu lagi apa gitu namanya. Intinya sih, kata dokternya nggak ada yang perlu dikhawatirkan, dan gue boleh pulang ke rumah malam itu juga.

Padahal banyak yang mengira gue bakal dirawat. Dan gue sih ngerasanya ini penyakit terburuk gue selama ini. Nyokap aja udah sampe nyiapin baju just in case gue beneran dirawat. Tapi ternyata enggak ada apa-apa tuh. Katanya sih, cuma gangguan pencernaan biasa aja. Terus si dokter itu juga bilang, gue harus balik lagi ke Medistra besok.

Hmm, balik lagi ke sana? I don’t think so… Masalahnya, tagihan RS kemaren aja udah bener-bener bikin syok buat ukuran orang yang katanya nggak sakit apa-apa. Gue jadi mikir aja gitu, nggak sakit apa-apa aja jatuhnya segitu mahalnya, apalagi kalo gue menderita sakit yang serius gitu?

Well, meski katanya gue cuma mengalami gangguan pencernaan biasa, tapi ternyata, penderitaan gue belum berakhir sampai di sana. Tadi malam pas udah sampe rumah, tiba-tiba perut gue mual semakin parah, lemes total sampe pandangan gue blur, dan yang paling nyebelin, kulit gue bentol-bentol dan gatel gila-gilaan di sekujur tubuh!

Dalem hati gue sempet marah-marah, “Gue dikasih obat apaan sih? Alergi nih! Gue nggak mau ahh, balik ke RS itu lagi! Penyakit gue jadi tambah banyak!”

Untunglah, di meja rias gue punya bedak tabur Purol. Dulu sengaja gue beli karena waktu itu gue sempet kena biang keringat. Thank God, rasa gatal berubah jadi agak panas yang perlahan hilang. Lalu taraaa, pagi harinya kulit gue udah mulus seperti semula, hehehe. Paling sekarang gue harus cari tau obat mana yang bikin gue alergi buat dimasukin ke medical record gue.

Pagi ini gue udah ngerasa jauh lebih sehat. Si obat-obat yang harga in total-nya lebih mahal dari tas Charles & Keith favorit gue itu ternyata keren juga. Mual, pusing, dan demam gue hilang seutuhnya. Paling sekarang tinggal sisa lemes-lemesnya aja.

Nah, sekarang, berhubung udah mendingan, gue mau coba menerka-nerka; apa ya pemicu penyakit gue ini? Seinget gue, dulu waktu kuliah, gue pernah mengalami penyakit lambung yang sama persis. Dan tau nggak sih, apa persamaan antara penyakit yang dulu itu sama penyakit gue yang sekarang? Sama-sama terjadi waktu gue lagi berusaha naikkin berat badan.

Dulu, gue nyerah makan banyak pasca sakit lambung itu. Tapi kali ini, gue bertekad untuk tetep makan banyak. Kebetulan obat yang dikasih dokter kemaren emang berhasil ngilangin mual sehingga nafsu makan gue tetap terjaga. Yaaah, at least keputusan gue buat mampir ke Medistra tadi malem bisa dibilang not too bad lah ya, hehehe.

Finally, gue lega setelah ngelihat hasil tes darah gue semalam. Anemia, DBD, dan penyakit liver yang gue takutin tidak terbukti bersarang di tubuh gue. Gue dan orang-orang di sekitar gue juga heran sih, sama hasil tes darah itu. Kok ya bisa, gejala segitu anehnya tapi ternyata nggak sakit apa-apa? Jadi, gue cuma bisa dibilang, karena jiwa yang sehat, gue jadi memiliki tubuh yang sehat juga, hehehehe.

Tapi beneran loh. Meskipun belakangan ini gue banyak pikiran, ditambah kondisi tubuh yang juga lagi nggak fit, herannya gue tetep hepi-hepi aja menjalani keseharian gue. Emang selalu ada satu hari di mana muka gue sering kelihatan murung. Tapi, gue nggak mau menjadikan kemurungan itu sebagai alasan untuk berhenti tertawa.

Well, semoga kesembuhan ini bukan cuma untuk sementara lah yaa. Mohon doanya, hehehehe. Have a nice day!

I Promise This Is My Last Mellow Blog:p

 

Malam ini, gue chatting sama seorang teman yang sebenernya gue kenal dari teman gue yang lain. Of course I will not let you know what we talked about. Intinya hari ini gue jadi sadar… apa yang gue kira baik, belum tentu bener-bener sebaik kelihatannya. Ada beberapa shocking statements dari teman gue itu yang membuat gue jadi ngerasa nggak kenal sama seseorang yang lagi kita obrolin di YM itu. Padahal sebelumnya, gue yakin kalo gue udah cukup mengenal orang itu dengan baik. Dan gue percaya, teman chatting gue itu enggak bohong. Karena sebenernya, apa yang dia ceritain jadi kayak memperjelas hal-hal yang dulu pernah terjadi antara gue sama orang itu.

At the end of our chat, I figured out… this is the reason why we have to trust our prayers.

Saat kita mengenal seseorang, kita cuma denger apa yang dia bilang ke kita. Kita cuma tau apa yang kita lihat. TAPI, kita nggak pernah tahu apa yang ada di pikiran dan hatinya dia. Kita nggak akan pernah tahu seluruh masa lalu yang membentuk kepribadian dia. Dan, kita nggak akan pernah tahu rencana apa yang dia simpan dalam benaknya tentang kita.

Mungkin DULU, gue nggak ada habisnya bertanya sama Tuhan… kenapa jadi begini? You know lah, gue minta diberikan yang terbaik sama Tuhan, tapi ketika yang terjadi tidak sesuai dengan harapan gue, gue malah kembali bertanya-tanya; kenapa?

Dalam banyak hal… kita hanya perlu percaya sama doa yang kita panjatkan. Mungkin kita nggak akan langsung paham sama cara Tuhan menjawab doa kita itu… tapi kita tetap harus percaya bahwa emang itu yang terbaik buat kita. Dan menurut pengalaman gue ini, kita cuma butuh waktu untuk menyadari kebenaran dari jawaban Tuhan atas doa kita itu…

Buktinya, kalo hari ini aja gue bisa tau banyak hal yang dulu gue pertanyakan, maka gue yakin, kelak gue juga akan dapet jawaban dari apa yang gue pertanyakan sampai detik ini.

Jadi ya sudahlah… Secara gue udah bertekad pengen ngejadiin weekend ini sebagai hari-hari terakhir gue bertingkah ala drama queen, gue janji ini blog terakhir gue yang isinya sedih-sedih. Gue pernah loh, pindah alamat blog hanya karena gue ngerasa, isi blog yang pertama itu kok kesannya suram banget gitu. Tapi kali ini, karena ini blog udah banyak visitor-nya (hahahaha, kepedean banget yah gue), rasanya sayang kalo gue ganti blog lagi.

Untuk selanjutnya, gue cuma pengen bersenang-senang, dan buru-buru nyelesain kerjaan gue yang nggak kelar-kelar ini!

Really hope that the days after this will be easier for meJ Good night, folks!

 

Lemes Setengah Mati

 

Bermula dari sering banget ngantuk selama seminggu belakangan ini, ditambah kepala pusing tiap kali baru bangun tidur, dan perut agak mual saat di perjalanan menuju kantor, kemaren pagi badan gue rasanya capek banget. Udah gitu anehnya, muka gue kelihatan memerah sepanjang hari. Gue pikir dengan istirahat seharian di rumah udah cukup, tapi ternyata… tadi pagi sekitar jam 6, tiba-tiba gue terserang kram perut yang efeknya terasa sampe kepala dan sekujur badan gue!

Setelah kramnya selesai, gue tidur lagi… Jam 9 pagi gue bangun, kramnya sih nggak kumat lagi, tapi ya ampun… badan gue lemesnya setengah mati! Rasanya nih badan gue kok jadi berat banget, terasa hangat di bagian muka sampe leher, detak jantung lebih cepat, dan pastinya, kepala bagian atas yang masih terasa pusing. Yang gue kaget, masa’ gue sampe kesulitan waktu mau buka kunci pintu kamar! Tangan kiri gue bener-bener nggak bisa muter kunci itu. Pas gue pake tangan kanan, gue mesti mengerahkan lebih banyak tenaga hanya untuk memutar kunci!

Ya ampun… apaan lagi sih ini?

Beberapa bulan yang lalu gue sempet panik karena tiba-tiba, kaki gue hampir tiap hari mengalami kram. Gue udah parno aja… jangan-jangan, kaki gue kram karena enggak kuat menopang kenaikan berat badan yang waktu itu mencapai 5 kilogram. Masalahnya emang ada loh… orang yang enggak boleh lagi naikkin berat badannya! Tapi masalahnya, gue kan masih kurus banget! Gue nggak mau ah, sekurus ini seumur hidup gue…

Kemudian anehnya, selama bulan puasa kan berat badan gue turun lagi tuh. Tapi si kaki gue itu tetep aja sering mengalami kram! Setelah gue putar otak mencari penyebab kram lainnya, ternyata oh ternyata… yang bikin kaki gue kram adalah sendal jepit baru gue yang empuk banget itu! Buktinya, setelah sendal empuk itu gue ganti dengan sendal jepit Charles & Keith favorit gue, eh bener aja loh, itu kram udah nggak pernah muncul lagi! Alhasil, sendal CK gue itu sekarang udah tampak menyedihkan gara-gara gue pake naik-turun bis kota setiap harinya.

Nah, untuk kali ini, kira-kira apa yah, penyebab ngantuk, lemes, pusing, dan puncaknya sampe kram perut segala? Tadinya gue kira anemia gue kumat. That’s why gue kembali rutin minum Sangobion. Tapi, apa hubungannya coba antara anemia dengan kram perut?

Hari Minggu ini gue terpaksa stay at home all day long again. Terus sekarang ini gue juga lagi mikir… puasa gue perlu dibatalin nggak yah? Gue takut dehidrasi dan tambah lemes kalo enggak makan dan minum seharian… Terus gue juga lagi mikir-mikir… apa Senin besok gue perlu ijin sakit lagi yah? Aah, tapi jangan deh! Nanti bisa-bisa dikiranya gue lagi interview kerja di tempat lain!

Ah, sudahlah… Siapa tahu dengan istirahat seharian, besok gue udah sembuh. Wish me get well soon yaa guys. Have a nice Sunday!

 

Movie Review: You Again

 

Kalimat yang paling tepat mendeskripsikan film You Again: filmnya lucu! Ada banyak adegan lucu yang nggak jorok dan bikin jijik. Dan pastinya, ada pula dialog-dialog segar yang mengundang tawa. Hanya saja sayangnya, film ini akan jadi lebih lucu lagi seandainya para pemainnya lebih pintar memainkan ekspresi.

Ceritanya tentang Marni, cewek sukses di usia muda yang harus menerima kenyataan abangnya akan menikahi cewek yang dulu menindas dia selama SMA. Bisa ditebak, konflik dalam film ini adalah kecemburuan Marni sama calon kakak iparnya, serta berbagai usaha dia buat menggagalkan pernikahan itu.

Selain dialog lucu, film ini juga menyelipkan begitu banyak kalimat bijak. Gue udah coba googling movie quote-nya You Again, tapi hasilnya enggak sesuai dengan yang gue inginkan. Mungkin karena filmnya masih baru kali ya… Jadi di sini, gue akan share movie quote yang sifatnya seinget gue aja ok! Here they are…

“You can’t ruin someone else’s life and then pretend like nothing happened.”

“Seeing you beg me to feel sorry for you, is priceless.” (Rasanya gue juga pengen ngomong kayak gini deh, sama musuh bebuyutan gue waktu SMA! Hehehehe).

“I know that I should have asked you for apology since the day you walk through the door. I’m just afraid that people will judge me bad if they knew who I was.”

“Everybody deserves a second chance.”

Terus ada juga kalimat-kalimat motivasi tentang betapa berharganya diri kita sendiri, yang sayangnya gue bener-bener lupa saking panjangnya kalimat itu.

Moral of the story: bersyukurlah kalo waktu SMA dulu, kita nggak mengalami bullying seperti yang dialami Marni. Days by days would feel like hell! Kalopun hal itu pernah terjadi sama kita, don’t ever let them bring us down! Buktikan kalo in the future, kita bisa jadi lebih hebat daripada musuh bebuyutan kita itu.

Well, yeah… film ini jelas ngingetin gue sama musuh bebuyutan gue sendiri. Cewek yang entah kenapa sebel banget sama gue, pernah berusaha ngadu domba gue sama sahabat-sahabat gue, suka banget nusuk gue dari belakang, dan enggak pernah suka kalo ngelihat gue seneng. Beruntunglah gue punya muka judes sehingga dia nggak pernah berani mengusik gue lebih dari sekedar omong kosong… And lucky for me, cewek ini sekarang udah married dan dia enggak married sama salah satu anggota keluarga gue, hehehehe.

 

Nonton Sendirian? Siapa Takut!

 

Tadi malam, gue nonton film You Again di Plaza Semanggi, sendirian. Yup, nonton sendirian. Dan setiap kali gue mau nonton sendiri, ada satu temen sekantor gue yang selalu heboh. Kalimat favorit dia belakangan ini, “Peh, jangan-jangan elo ini ada kecenderungan buat suicidal yah? Hahahaha.”

Temen gue yang satu itu emang alergi banget pergi nonton ke bioskop sendirian. Gue sih cuma bisa cekikikan sambil bilang, “Ih, cowok sih takut nonton sendirian. Cupuuu, hehehe.”

Well, meski banyak yang bilang nonton sendirian itu aneh dan menyedihkan, kalo menurut gue, nonton sendirian itu adalah statement of independence, keren, dan menyenangkan. Lagipula logikanya ya, nonton film itu kan bukan aktivitas yang memerlukan keberadaan orang lain! Watching movie is all about us and the movie we watch. Ada atau nggak ada orang lain enggak akan berpengaruh sama bagus atau jeleknya film yang kita tonton kan?

Beda sama makan di restoran. Suasana makan bakal terasa lebih menyenangkan kalo ada orang lain. Ada temen ngobrol, temen bercanda, bisa ketawa-tawa bareng… Nah, kalo dalem bioskop, mana boleh gitu kita ngobrol dan cekikikan bareng temen di bangku sebelah?

Selain itu, nonton sendiri menandakan kita nggak perlu orang lain hanya untuk menghibur diri. Apalagi yang namanya film itu kan lain orang lain selera yah. Bisa repot kalo tiap kali mau nonton gue harus nyari temen yang juga kepengen nonton film yang sama. Udah gitu sebelnya, gue cukup sering mengalami dateng telat ke dalam bioskop hanya karena ribetnya janjian nonton sama orang lain. Padahal gue kan, mau mulai nonton dari pas masih trailer! Udah gitu sering juga, kalo misalkan janjian nonton sama orang lain, karena mesti nyesuain jadwal dan segala macem kendala lainnya, eh… akhirnya film ybs udah keburu turun!

Selain itu belakangan ini, gue lagi seneng banget nonton pas Jum’at malam. Kalo ada temen sekantor yang bisa diajakin nonton, ya ayo… kalo nggak ada, ya udah… cabut sendirian aja! Sempet beberapa kali janjian sama temen yang enggak sekantor buat nonton bareng sepulang kerja. Tapi, karena begitu banyak hal dalam pekerjaan gue, akhirnya gue sering terpaksa ngebatalin janji nonton di detik-detik akhir. Once again, daripada bikin temen jadi jengkel sama gue, ya udah, cabut sendirian aja, hehehehe.

See? Gue nonton sendirian bukan karena lagi stres, frustasi, apalagi depresi. Gue bener-bener sangat menikmati aktivitas nonton sendirian ini. Gue bisa pergi kapan aja gue mau, nonton film apapun yang gue suka, bisa pilih tempat duduk yang gue suka… pokoknya menyenangkan lah! Dan bener deh, gue sih ngerasanya orang yang berani nonton sendirian itu keren! Adalah hiburan tersendiri buat gue kalo ngelihat mbak-mbak penjual tiketnya sampe bingung pas gue bilang cuma beli satu tiket. Ada loh, yang sampe nanyain berkali-kali, “Cuma satu tiket?”

Nah, untuk selanjutnya, gue pengen niru jejaknya temen sekantor gue yang lain: nonton dua film berturut-turut, sendirian, hehehehe.

 

Tips Kecantikan Mata

 

Berikut ini beauty tips based on pengalaman pribadi gue, ditambah tips yang gue dapet dari sumber lain yang udah gue buktiin sendiri akuransinya.

·     Kalo bersihin make-up mata, pake tangan kanan buat bersihin mata kanan, dan pake tangan kiri buat bersihin mata kiri. Pake tangan kanan buat bersihin mata kiri bisa bikin si mata kiri lama bersihnya;

·     Supaya bersihnya maksimal, abis bersihin make-up mata pakai kapas dan eye make-up remover, bersihin lagi area mata pakai tissue atau kapas yang dibasahi air. Biasanya kalo gue pake kapas merk First Choice. Bentuk kapasnya mirip tissue, lembut di kulit, dan yang paling penting, dia nggak hancur kalo kena air;

·     Area kelopak mata enggak perlu pake foundation. Foundation di kelopak mata beresiko bikin eye shadow jadi cepat pecah. Cukup pake bedak tabur/padat aja;

·     Berhati-hati saat memakai eye shadow yang warnanya mendekati warna kulit (pink pucat, orange yang terlalu muda, cokelat, dsb…). Salah-salah malah kelihatan kayak mata sembab, pucat, atau kayak bagian mata nggak dipakein bedak;

·     Urutan yang benar itu: bedak – eye shadoweye liner – jepit bulu mata (boleh juga jepit bulu mata sebelum eye liner, terutama kalo pake eye liner cair) – baru mascara;

·     Gunakan eye liner dalam satu tarikan dari ujung ke ujung, bukan tarikan yang putus-putus. Pemakaian eye liner yang gagal bisa bikin muka kelihatan aneh;

·     Kalo kamu sampe kesulitan memakai eye liner pencil dalam satu tarikan, itu pertanda udah waktunya pake krim mata! Kelopak mata yang bagus itu tidak banyak kerutan sehingga mempermudah pemakaian eye liner pencil;

·     Mulai pakai krim mata sebelum tidur saat usia sudah menginjak 25 tahun. Boleh dipakai lebih awal kalo emang udah mulai muncul kerutan di sekitar mata. Biasanya, orang yang sering ketawa yang lebih rentan sama kerutan di sekitar mata;

·     Pake soft lenses sebelum dandan, lalu lepas sebelum membersihkan make-up;

·     Tetap melihat ke arah telunjuk saat memakai soft lenses itu WAJIB hukumnya supaya letaknya nggak melenceng. Posisi soft lenses yang enggak pas pasti bikin mata terasa nggak nyaman;

·     Kita bakal ngerasa kayak nggak pake soft lenses kalo posisinya pas dan mata kita dalam keadaan lembab. Usahakan rasa nyaman yang seperti itu, atau jangan pake soft lenses sama sekali; dan

·     Gimanapun, soft lenses harian tetap yang paling bagus. Supaya jatuhnya lebih murah, jangan beli soft lenses ini kecuali kalo lagi promo, hehehe. Tapi beneran deh, promo buat soft lenses, terutama yang harian itu sering banget!

Make-up dekoratif untuk mata emang paling sulit dilakukan. Perlu trial-error berkali-kali sampai kita terbiasa, atau sampai kita menemukan paduan warna dan ketebalan yang pas. Makanya, kalo lagi nggak ada kerjaan, latihan dandan aja! Kalo udah berhasil, silahkan langsung dipraktekkan sebelum bepergian. Selamat mencoba!

 

It’s Just Not Now

 

Kemaren gue sengaja pulang sejam lebih awal dari kantor. Sekitar jam 10 malem gue udah sampe rumah. Pikir gue, gue pengen tidur lebih awal soalnya belakangan ini tuh gue sering banget ngantuk. Ngantuknya bukan ngantuk normal yang biasa gue alamin kalo abis makan siang. Ngantuk yang bener-bener pengen tidur dan bisa berulang sampe berkali-kali dalam sehari.

Sampe rumah gue makan malem dulu, iseng-iseng nyalain tv buat nemenin gue makan. Abis makan gue langsung ke kamar mandi dengan tv masih nyala. Abis itu, bukannya langsung tidur, gue malah bengong di depan tv. There was one thing I refused to think about during the day. I preferred to finish my job and have fun with my friends all day long in the office.

Tapi seperti biasa… begitu gue udah tinggal sendiri, this thing was the only one thing which cross my mind. Setelah bosan dengan pikiran gue sendiri, gue berniat matiin tv terus pergi tidur. Tapi… gue lihat di layar tv, ada satu film layar lebar yang baru aja mau mulai di stasiun tv itu.

Gue langsung diem… Film itu, film yang punya kenangan tersendiri buat gue. Kenangan yang highly related sama permasalahan yang lagi sibuk gue pikirin malam itu. Akhirnya gue nggak jadi matiin tv. Gue nonton film itu… sampe akhirnya gue ngantuk dan tertidur, jam 1 pagi…

Alhasil tadi pagi gue bangun dengan kepala pusing, badan lemes, dan masih mengantuk setengah mati. Setelah shalat Subuh, gue tidur lagi dan baru bangun jam setengah delapan pagi… Ternyata keadaan masih sama aja: lemes, pusing, nggak bersemangat… dan gue kembali teringat permasalahan sialan yang gue pikirin tadi malam.

Sambil duduk manis di ruang makan, dengan setengah piring nasi uduk yang enggak berhasil menggugah selera makan, gue berpikir, “Gue udah capek.”

Gue udah berhasil melewati begitu banyak hari-hari menyebalkan beberapa bulan belakangan ini. Udah terlalu lama. Sok-sok an menghadapi apa yang belum siap gue hadapin cuma bakal narik gue buat balik lagi ke hari-hari menyebalkan itu.

I’ve had enough. Gue nggak mau lagi mengulang pola naik-turun yang sama, yang ujung-ujungnya selalu bikin gue kecewa. Gue udah capek berpikir, “Siapa tahu kali ini keadaannya akan berbeda.” Karena kenyataannya, yang terjadi tidak akan pernah sesuai dengan apa yang gue harapkan.

Jadi ya sudahlah… Udah waktunya gue bener-bener nerima kenyataan bahwa gue emang nggak akan selalu mendapatkan apapun yang gue inginkan. I might be a coward, but I’m just not brave enough to face reality yet. I’m not ready, not now.