It’s Just Not Now

 

Kemaren gue sengaja pulang sejam lebih awal dari kantor. Sekitar jam 10 malem gue udah sampe rumah. Pikir gue, gue pengen tidur lebih awal soalnya belakangan ini tuh gue sering banget ngantuk. Ngantuknya bukan ngantuk normal yang biasa gue alamin kalo abis makan siang. Ngantuk yang bener-bener pengen tidur dan bisa berulang sampe berkali-kali dalam sehari.

Sampe rumah gue makan malem dulu, iseng-iseng nyalain tv buat nemenin gue makan. Abis makan gue langsung ke kamar mandi dengan tv masih nyala. Abis itu, bukannya langsung tidur, gue malah bengong di depan tv. There was one thing I refused to think about during the day. I preferred to finish my job and have fun with my friends all day long in the office.

Tapi seperti biasa… begitu gue udah tinggal sendiri, this thing was the only one thing which cross my mind. Setelah bosan dengan pikiran gue sendiri, gue berniat matiin tv terus pergi tidur. Tapi… gue lihat di layar tv, ada satu film layar lebar yang baru aja mau mulai di stasiun tv itu.

Gue langsung diem… Film itu, film yang punya kenangan tersendiri buat gue. Kenangan yang highly related sama permasalahan yang lagi sibuk gue pikirin malam itu. Akhirnya gue nggak jadi matiin tv. Gue nonton film itu… sampe akhirnya gue ngantuk dan tertidur, jam 1 pagi…

Alhasil tadi pagi gue bangun dengan kepala pusing, badan lemes, dan masih mengantuk setengah mati. Setelah shalat Subuh, gue tidur lagi dan baru bangun jam setengah delapan pagi… Ternyata keadaan masih sama aja: lemes, pusing, nggak bersemangat… dan gue kembali teringat permasalahan sialan yang gue pikirin tadi malam.

Sambil duduk manis di ruang makan, dengan setengah piring nasi uduk yang enggak berhasil menggugah selera makan, gue berpikir, “Gue udah capek.”

Gue udah berhasil melewati begitu banyak hari-hari menyebalkan beberapa bulan belakangan ini. Udah terlalu lama. Sok-sok an menghadapi apa yang belum siap gue hadapin cuma bakal narik gue buat balik lagi ke hari-hari menyebalkan itu.

I’ve had enough. Gue nggak mau lagi mengulang pola naik-turun yang sama, yang ujung-ujungnya selalu bikin gue kecewa. Gue udah capek berpikir, “Siapa tahu kali ini keadaannya akan berbeda.” Karena kenyataannya, yang terjadi tidak akan pernah sesuai dengan apa yang gue harapkan.

Jadi ya sudahlah… Udah waktunya gue bener-bener nerima kenyataan bahwa gue emang nggak akan selalu mendapatkan apapun yang gue inginkan. I might be a coward, but I’m just not brave enough to face reality yet. I’m not ready, not now.

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s