Cosmopolitan This Month

 

Gue suka banget deh, sama majalah Cosmopolitan edisi November 2010. Awalnya gue cuma iseng-iseng aja mampir di rak majalah di Gramedia, sekedar buat killing time aja gitu. Terus pas gue lihat cover-nya Cosmopolitan, gue mulai tergoda… beli nggak ya? Gue kan masih harus berhemat buat biaya liburan awal tahun depan! Setelah beberapa kali ambil-taruh lagi-ambil lagi-taruh lagi… akhirnya itu majalah gue bawa ke kasir barengan sama komik Conan yang terbaru (kalo komik ini emang wajib gue beli!). Kayaknya ada semacam bisikan hati buat beli si Cosmo itu, hehe…

Sampe rumah ternyata gue lebih tertarik baca Conan gue terlebih dahulu, sedangkan Cosmopolitan itu dibawa sama adek cewek gue ke kamar tidurnya. Lalu pagi-pagi, adek gue itu muncul di kamar gue sambil bilang, “Baca deh, kisah nyata cewek-cewek yang nemuin true match mereka dengan cara yang aneh-aneh. Ceritanya bagus-bagus!”

Gue bilang, “Ah, yang kayak gitu sih adanya cuma di sinetron doang! Gue sih nemuin gebetan di tempat yang standar-standar aja tuh. Nggak jauh-jauh dari sekolah, kampus, kantor.”

Adek gue langsung sewot, “Yee, tapi ini kan kisah nyata! Berarti emang betulan kayak begitu kejadiannya.”

Akhirnya gue pun melenggang ke kamar adek gue, lalu buka Cosmopolitan langsung di halaman yang dihebohkan adek gue itu. Hmmm… ada orang yang ketemu pasangannya di konser Coldplay di Singapur, ada yang ketemu di ruang tunggu bandara, di depan menara Eiffel pas lagi liburan, ada pula yang akhirnya jadian sama klien cowok yang ternyata ganteng dan keren.

Bener-bener kayak cerita drama! Kemaren gue pergi traveling, beberapa kali nemuin cowok keren mulai dari produk lokal sampe bule-bule, tapi enggak ada yang berkelanjutan tuh. Paling cuma lihat-lihatan, minta tolong fotoin, atau sekedar saying hi doang. Atau klien keren… aah, dari puluhan atau mungkin ratusan klien gue dari jamannya perusahaan yang lama sampe yang sekarang, nggak ada satupun klien yang masuk kategori keren.

Tapiii… well, gue tipe orang yang percaya bahwa there is nothing impossible in this world. Kalo suatu hal bisa terjadi sama orang-orang lain, enggak mustahil hal yang sama akan terjadi sama gue juga. Kalopun katakanlah belum ada orang lain yang mengalami suatu hal tertentu, hei, there’s always the first one who’s making the breakthrough right?

Point-nya bukanlah gue jadi mengkhayalkan pertemuan yang dramatis antara gue dan true match gue yang entah siapa orangnya. Yang gue suka dari artikel ini adalah, gue jadi seperti melihat masa depan. You know, penyakit khas-nya orang patah hati: so much worry that I will never find someone like him. I’m still 23 going to 24, dan dengan asumsi panjang umur, masih akan ada begitu banyak hari yang bakal gue lewati dan banyak orang baru yang akan gue temui. Gue enggak akan pernah tahu apa yang nantinya akan gue dapatkan kecuali gue terus menjalani hari demi hari dalam hidup gue.

Oh ya, dia artikel tentang finding my true match itu, ada dua quotes yang berkesan banget buat gue:

Love yourself first, and the rest will follow,” by Lady Gaga (ternyata si crazy lady ini bisa bener juga yah ngomongnya, hehehehe).

You will never know will you meet your destiny. So it’s best to be as pretty as possible for your destiny,” by Coco Chanel.

Selain artikel soal finding my true match, ada juga beberapa artikel tentang happiness yang gue temukan dalam Cosmopolitan bulan ini. Isinya ada tips-tips kecil supaya kita bisa lebih menikmati aktivitas harian kita, sama satu artikel yang judulnya: 17 Cara Singkat, Tapi Bikin Bahagia!

Sebetulnya, gue bukan cewek yang desperate of being a single. Gue malah suka ngerasa nggak nyaman sama temen-temen seumuran yang suka berkata seolah mereka itu udah tua, almost expired, so unhappy of being single. Karena menurut pengalaman gue, justru orang-orang seperti itu yang nantinya setelah menikah akan lebih sering mengeluhkan kehidupan mereka sebagai suami atau isteri. Kenapa begitu? Karena tipe orang seperti ini pandangan hidupnya cuma dua:

1.   Menginginkan sesuatu yang belum mereka miliki sampai lupa menikmati apa yang sudah mereka miliki; dan

2.   Menyesali sesuatu yang akhirnya mereka miliki lantas merindukan sesuatu yang dulu pernah mereka miliki.

Dan gue juga bukan cewek yang merasa bermasalah dengan kebahagiaan. Alhamdulillah, gue justru ngerasa semakin bahagia sama hidup gue seiring dengan bertambahnya usia gue. Jadi sebetulnya tanpa perlu baca artikelnya Cosmo bulan ini pun, gue udah punya konsep yang solid soal hidup bahagia meskipun ada banyak hal sialan yang terjadi dalam hidup gue.

Tapi tetep aja, kadang-kadang sebagai manusia, kita perlu diingatkan untuk tetap bertahan pada apa yang kita yakini kebenarannya. There are so many things in this life as we grow up which possibly changing us to be worse. Contonya, terkadang suka jadi susah being single and happy di saat semua orang single di sekitar kita terus menerus mengeluh tentang single-nya mereka. So I really thank the writer in Cosmopolitan this month for reminding me that there’s nothing wrong of being me all this timeJ.