Windows of The World, Shenzhen

Waktu liburan kemaren, gue pergi berlibur ke Shenzhen pulang-pergi dari Hongkong dalam satu hari yang sama. Tujuan utama gue ke sana apa lagi kalo bukan mengunjungi Windows of The World! WOTW ini semacam theme park yang memuat begitu banyak miniatur bangunan-bangunan yang populer di seluruh dunia. Mulai dari Taj Mahal, menara Eiffel, sampe candi Borobudur pun tersedia miniaturnya di WOTW.

Untuk sampe ke Shenzhen dari Hongkong, naik MTR sampe stasiun Lo Wu. Setibanya di Lo Wu, kita harus terlebih dahulu melewati imigrasi Hongkong. Pada saat itu, passport kita akan dicap dan dinyatakan sudah meninggalkan Hongkong pada tanggal itu. Setelah itu kita akan jalan kaki melewati jembatan perbatasan Hongkong-Shenzhen. Oh ya, sampai di titik ini, mulai hati-hati sama barang bawaan yah! DI Shenzhen itu ada banyak copet!

Setelah tiba di sisi Shenzhen, naik satu lantai untuk memproses visa on arrival. Urus visa di sini mestinya enggak sampe 30 menit, asalkan sistem komputernya lagi nggak error kayak yang waktu itu terjadi sama gue. Selesai urusan visa, turun lagi ke bawah, isi formulir imigrasi Cina dan seperti biasa, abis itu langsung antri buat urusan imigrasi.

Selesai urusan imigrasi, selamat datang di Cina! Untuk sampe ke WOTW, langsung aja jalan kaki menuju stasiun MTR Luo Hu. Di stasiun MTR Cina ini, Octopus Card (kartu yang bisa dipakai untuk bayar MTR di Hongkong) udah nggak berlaku lagi. Kalo cuma sehari di Shenzhen sih, cukup beli one way ticket aja. Cara belinya gampang kok. Ada pilihan menu in English di self service engine-nya. Pilih Shenzhen Metro Line 1, kemudian pilih lagi stasiun Shijiezhichuang (Window of the World). Oh iya, kalo mau beli tiket di sini, harus siapin uang pas yang sesuai sama mesinnya. Jadi misalkan si mesin cuma bisa terima uang 10 RMB, ya masukinnya harus uang 10 RMB juga. Waktu itu gue sempet bingung kenapa uang gue ditolak sama mesinnya. Untunglah ada petugas cleaning service yang baik hati. Dia emang nggak bisa bahasa Inggris, tapi dia langsung ambil uang 20 RMB dari tangan gue, dia bawa ke customer service, trus ditukerin jadi pecahan 10 RMB. Padahal jelas-jelas ada tulisan 10 RMB di depan mesin itu… Jadi malu, hehehehe.

WOTW terletak persis di seberang stasiun MTR. Baru sampe depannya aja… gue dan teman-teman langsung gatel pengen foto-foto! Dan WOTW ini emang asli surga buat semua banci foto! Gue nemuin ada beberapa pasang calon pengantin yang ambil foto prewed di tempat ini.

Nah… Di bawah ini slideshow foto-foto gue dan teman-teman di WOTW. Bisa buat bukti betapa asyiknya foto-foto di WOTW, hehehehe.

This slideshow requires JavaScript.

Selain begitu banyak miniatur, di WOTW juga ada beberapa wahana yang bisa kita coba. Ada cable car, flume ride, ski indoor, sama ada pertunjukan 3D atau 4D kalo nggak salah. Kalo kita nggak mau capek jalan kaki juga ada ATV yang disewakan. Satu ATV cuma boleh ditumpangi maksimal dua orang dewasa aja. Tapi, kalo mau naik semua itu, harus bayar lagi! Ticket booth untuk semua permainan itu tersedia di dalam taman, berdekatan dengan masing-masing wahana.

Oh iya, selain wahana-wahana tadi, ada juga pertunjukan tarian yang cukup mewah di teater utamanya setiap hari dimulai jam 7 malam. Untuk pertunjukan yang satu ini kita bisa nonton gratis kok. Kalo kata keluarganya om gue yang udah pernah nonton, pertunjukan ini bagus banget. Mereka sampe beli CD resminya gitu buat diputer ulang di rumah. Tapi kalo menurut gue dan temen-teman, pertunjukan di WOTW ini masih kalah bagus sama pertunjukan sejenis yang pernah kita tonton di Thailand. Kalo kata Natalia, wajar aja soalnya yang di Thailand itu harganya jauh lebih mahal, hehehehehe.

Overall, gue lumayan menikmati acara jalan-jalan ke WOTW. Udah gitu lucunya, di sana gue sempat dua kali diajakin foto bareng loh. Awalnya, waktu mereka nunjukin kamera, gue pikir mereka minta tolong difotoin. Tapi waktu mereka malah merangkul lengan gue, barulah gue ngerti mereka pengen foto bareng gue… Kenapa bisa begitu? Kayaknya sih, karena gue pake jilbab yah. Kalo di Hongkong masih ada beberapa pendatang yang pake jilbab. Tapi kalo di Cina, enggak ada satupun yang gue temui lho. Pantes lah selama di sana gue sering banget diliatin orang-orang… Besides, penduduk Cina emang beda banget sama penduduk Hongkong yang cuek abis itu. Kalo di Hongkong, gue mau heboh foto-foto di dalem kereta juga nggak bakal ada yang peduli. Tapi waktu di Cina, gue cuma lagi duduk manis aja pake diliatin sampe segitunya…

Well, sisi positif dari berkunjung ke WOTW adalah semakin memotivasi gue untuk mengunjungi bangunan aslinya. Eiffel dan museum Louvre di Paris, Pisa di Italia, Taj Mahal di India, Pyramid di Mesir! Aaah, semoga gue bisa cepat-cepat diberi rezeki dan usia yang cukup sama Tuhan supaya bisa sampe ke sana. Amin amin amin, hehehehe.

Hotel & Transportasi di Hongkong

Hotel tips:

  • Semurah-murahnya hotel di Hongkong, tetep aja jatuhnya lebih mahal daripada standar hotel di Indonesia. Jadi jangan surprised kalo melihat harga hotel mereka di Agoda.com misalnya. Padahal harga jual di Agoda itu emang udah lebih murah daripada harga langsung dari hotelnya loh. Makanya kalo berniat nginep di hotel, beli voucher di Agoda aja. Gue nggak berani rekomendasiin website lain karena belum pernah coba. Kalo Agoda, so far gue udah pernah 3 kali beli voucher sama mereka dan belum pernah kecewa;
  • Cari tempat menginap yang dekat dengan stasiun MTR. Karena jangan salah… dari pintu masuk ke stasiun sampe kita ketemu sama keretanya aja tuh bisa 5-10 menit jalan kaki lho. Jadi kamu bakal harus jalan kaki tambah jauh kalo pilih hotel/hostel kamu jauh dari stasiun MTR;
  • Kebanyakan traveler on budget lebih memilih nginep di hostel daripada hotel. Dan di sana itu emang ada banyak pilihan hostel. Yang paling populer itu hostel-hostel di dalam gedung Chungking Mansion. Gedung ini bisa jadi populer karena letaknya yang emang strategis banget. Tapi kalo gue dua dan orang teman gue sih enggak gitu suka ya, sama suasana di dalam gedung ini. Selain gedungnya kumuh (gue ngelihat ada kecoa di lobi dekat lift!), banyak orang berbadan besar dan seram, di sana itu suka ada banyak orang yang ngelihatin kita dengan cara yang bikin risih. Selama di Hongkong, cuma di gedung ini doang gue ngelihat ada lift yang bagian dalamnya dipasang CCTV yang tersambung ke monitor yang menempel di tembok dekat lift lantai dasar. Waktu itu dengan parnonya gue berpikir… CCTV dibuat transparan kayak gitu supaya enggak ada yang berani macem-macem di dalam lift, hehehehe;
  • Lalu di mana gue menginap selama berlibur di Hongkong? Gue menginap di hotel YMCA Salisbury. Eiitts, bukan berarti gue banyak duit makanya nginep di sana yah. Room rate kamar ini sebenernya mahal banget, kecuali untuk dormitory room-nya. Lihat gambar supaya memahami apa yang dimaksud dengan dormitory room ini. Kamar ini kita sewa per bed, bukan per room. Satu kamar ada 4 tempat tidur, jadi kalo kita sewa cuma 3 saja, maka kita harus bersedia sharing dengan 1 orang asing lainnya. Tapi jangan khawatir… di dalam kamar tersedia lemari dan brangkas yang kuncinya dipegang sendiri-sendiri;

The dormitory room.

  • Di dormitory room kita emang enggak ada tv dan kulkas, tapi yang penting, tetap ada AC, sangat bersih, pelayanan profesional (kamar tetap dibersihkan setiap hari), lalu yang nggak kalah penting, furniture-nya bagus dan kokoh sehingga buat kamu yang tidur di bawah enggak usah takut nggak bisa tidur karena suara berisik dari kasur atas. Harga sewa ruangan ini hanya 264 HKD per bed per night (including tax and service charge). Untuk kamar tipe dormitory nggak bisa pesen online lewat Agoda. Sebagai gantinya, cukup kirim e-mail ke YMCA Hongkong dari jauh-jauh hari, karena katanya sih, dormitory room sana cepet banget penuhnya.

Transportation tips:

  • Kalo mau gampang dan bebas nyasar, ke mana-mana naik MTR udah pilihan yang paling ok. Selain bebas nyasar, naik MTR itu nyaman (bersih dan full AC) dan cepat sampai ke tujuan;
  • Supaya lebih praktis, lebih baik kita pake Octopus Card untuk naik MTR daripada bolak-balik beli tiket sekali jalan (ditambah lagi, harga khusus Octopus untuk semua rute emang lebih murah daripada harga one way ticket). Jadi begitu sampe stasiun MTR Hongkong manapun, langsung cari customer service-nya. Terus bilang aja sama petugas di dalam loket, “I want to buy Octopus Card.” Waktu itu, petugas minta 150 HKD ke gue; 50 HKD untuk deposit, 100 HKD bisa gue gunakan buat bayar tiket. Deposit 50 HKD itu bisa gue dapatkan kembali kalo kartu Octopus-nya udah gue kembalikan. Tapi kalo kamu mau bawa pulang buat kenang-kenangan juga nggak papa kok. Tapi ya itu tadi, uang depositnya akan hangus kalo kita bawa pulang kartunya;
  • Cara pake Octopus Card itu gampang aja. Kita tinggal tempel kartunya untuk membuka palang otomatis saat mau masuk stasiun (pada saat ini saldo belum dipotong), kemudian tempel lagi kartu itu pada saat kita hendak keluar dari stasiun tujuan (pada saat inilah saldo Octopus kita akan terpotong). Pada saat tempel kartu untuk keluar ini kita bisa melihat besarnya saldo yang dipotong untuk perjalanan itu pada layar dekat tempat tempel kartu, sekaligus melihat sisa saldo kita pada layar yang sama;
  • Pastikan saldo kita cukup sebelum keluar dari satu stasiun. Kalo saldonya nggak cukup, bukan cuma palangnya enggak mau terbuka, melainkan bakal terdengar suara alarm yang berisik banget. Untuk reload kartu, kayaknya sih kebanyakan orang reload pake mesin alias self service. Tapi berhubung kita ini turis cupu, kita tetap lebih memilih reload lewat customer service, hehehehe. Oh iya, kamu enggak usah takut kelebihan reload. Pada saat mengembalikan Octopus Card nanti, kita bisa sekalian minta refund saldo kartu yang belum terpakai;
  • Masing-masing rute punya tarif yang berbeda-beda. Rute airport dan Disneyland merupakan dua rute yang paling mahal. Selain itu, semakin jauh kita berpergian, atau semakin sering kita transit dalam suatu perjalanan, maka semakin besar juga saldo yang akan dipotong dari Octopus Card. Untuk persiapan budget, kamu bisa klik link ini: http://www.mtr.com.hk/eng/homepage/cust_index.html. Manfaatkan journey planner pada website ini untuk merencanakan perjalanan. Kamu tinggal masukkan dari mana mau ke mana untuk dapat informasi tarif perjalanan sekaligus informasi transit (jika memang rute perjalanan kita itu mengharuskan kita untuk transit);

Train to Disneyland.

  • Kalo mau mampir ke Shenzhen dari Hongkong, kita bisa naik MTR sampe stasiun Lo Wu. Kalo mau ke Macau, kita naik MTR sampe stasiun Sheung Wan, kemudian jalan kaki menuju terminal ferry untuk nyebrang ke sana. Detail perjalanan Hongkong-Macau atau Hongkong-Shenzhen sudah ada di posting khusus dua negara itu di blog gue ini;
  • Fyi, gue pernah ditipu sama supir taksi di Hongkong. Ceritanya waktu itu kita naik taksi menuju bandara. Angka di argo waktu itu nggak sampe 300 HKD, tapi tiba-tiba supirnya minta tambahan  400 HKD buat toll and tunnel fee! Gue udah coba ngomong pake bahasa Inggris, gue tanya, mana bukti bayar tolnya? Nggak masuk akal bayar tol bisa semahal itu! Tapi entah si supir taksi nggak bisa bahasa Inggris atau cuma pura-pura nggak bisa bahasa Inggris, yang ada dia terus ngomel-ngomel, dan setelah semua uang dikumpulin, kita bertiga cuma punya sekitar 400 HKD. Jadilah semua sisa uang kita melayang ke supir taksi penipu itu… Kenapa gue yakin banget dia menipu? Karena begitu sampe Jakarta, gue langsung nge-google dan ada blogger yang juga nginep di YMCA cuma bayar taksi 275 HKD udah termasuk biaya tol! Huhuhuhuhuhu, emang dasar gue lagi apes:((

Avenue of Stars & Symphony of Light

Salah satu tourist attraction yang cukup terkenal di Hongkong adalah Victoria Harbor, daerah pinggir laut Hongkong dengan view gedung-gedung pencakar langit yang spektakuler. Kemudian setiap hari jam 7 malam waktu setempat, ada pertujunkan lampu yang diberi nama Symphony of Light. Pada pertunjukan ini, seluruh gedung yang terletak di pinggir laut akan ikut ambil bagian. Permainan lampu dari gedung-gedung itu selalu seirama dengan alunan musik yang mengiringinya.

Kalo menurut gue sih ya, pertunjukan lampu ini enggak sehebat yang gue kira. Victoria Harbor itu kan panjang, jadi agak susah ngikutin gedung di sebelah mana aja yang sedang memainkan lampunya. Jadi idealnya, nonton pertunjukan ini harus di posisi tengah.

Selain Symphony of Light, keberadaan Avenue of Stars juga jadi daya tarik sendiri dari Victoria Harbor. Tahu kan, Avenue of Stars? Tempat deretan cap tangan dari selebritis itu loh… Cap tangan artis-artis ini tersebar dari ujung sampai ke ujung di Victoria Harbor. Dan pastinya, di sana itu cuma ada cap tangan artis-artis Cina dan Hongkong aja. Bakal sia-sia kalo kamu cari cap tangan artis Hollywood di sini.

Hal menarik yang jangan sampai dilewatkan kalo mampir ke sini apa lagi kalo bukan foto-foto. Coba datang dari waktu masih sore, saat gedung-gedung di seberang laut masih terlihat jelas. Lalu ambil foto lagi saat mulai gelap dan lampu-lampu gedung mulai dinyalakan. Tapi untuk foto malam ini, diperlukan kamera canggih untuk hasil foto yang ciamik. Soalnya kamera digital biasa aja kurang mampu mengambil detail dari panorama gedung di malam hari. Nggak heran kalo jasa fotografer komersil lumayan laris di Victoria Harbor.

Victoria Harbor at Noon

Victoria Harbor at Night

Avenue of Stars

Untuk sampai ke Victoria Harbor, naik MTR sampai stasiun East Tsim Tha Tsui, lalu cari exit J, kemudian tinggal ikuti papan petunjuk menuju Avenue of Star. Ada banyak spot bagus buat foto-foto di sepanjang perjalanan menuju Avenue of Star. Jadi pastikan kamera digital kamu enggak ketinggalan di hotel ya, hehehehehe.

Shopping in Hongkong

Hongkong memang terkenal sebagai salah satu shopping destination di kawasan Asia. Makanya sejak jauh-jauh hari, gue udah terlebih dahulu mencari informasi tempat belanja favorit di negara itu. Berikut ulasan 3 tempat belanja yang gue singgahi selama berlibur di Hongkong.

Citygate

Kalo mau cari barang bermerk yang terjamin keasliannya dalam harga yang relatif lebih murah, maka Citygate pilihan yang tepat untuk berbelanja. Tadinya gue cuma berniat beli sendal Crocs aja, tapi ternyata di dalam Citygate, gue jadi tergoda untuk masuk ke toko Mango, Guess, Giordano, dan Esprit. Begitu masuk ke outlet Mango, gue langsung syok. Ada banyak kaos lucu yang kalau dirupiahkan, harganya enggak sampe Rp. 200.000! Ada pula obi yang dijual seharga Rp. 150.000. Begitu juga di Giordano. Harga kaos cowok di sini enggak sampe Rp. 100.000! Untuk Guess harga kurang lebih sama dengan harga di Indo. Tapi kalo Crocs-nya beneran lebih murah! Sendal Crocs (model yang sama) di Indonesia harganya sekitar Rp. 300.000, sedangkan gue beli di Citygate hanya sekitar Rp. 170.000 aja. Dan itu pun masih dalam kriteria normal price lho. Untuk barang yang didiskon, harganya bisa di bawah Rp. 100.000! Sayangnya koleksi jibbitz di Crocs Citygate jumlahnya sedikit banget. Kurang bervariasi pula. Padahal tadinya gue kepengen sekalian borong jibbitz-nya juga. However gue ngerasa betah belanja di Citygate. Di sini kita bisa belanja nyaman, bisa bayar pake kartu kredit, dan pegawai tokonya juga ramah-ramah banget. Untuk sampai ke sini, naik MTR ke stasiun Tung Chung, kemudian cari exit C, kamu langsung akan sampai di shopping mall ini.

Ladies Market

Pasar malam yang terletak di pinggir jalan ini masih jauh lebih populer daripada Citygate. Belum lengkap acara belanja di Hongkong kalau belum belanja di sini. Namanya juga pasar malam di pinggir jalan, ya jangan harap suasana nyaman dengan pedagang yang pasti ramah. Berikut ini tips dari gue buat shopper yang kepengen belanja di Ladies Market:

  1. Harus pinter-pinter nawar kalo mau belanja di sini. Dan, harus tahan banting kalo misalkan pedagang di sana marah-marah gara-gara kita nawar kelewat sadis. Nggak usah diambil hati dan langsung pergi aja kalo nemu pedagang yang kayak gini,
  1. Sebelum memutuskan untuk membeli, survey harga dulu! Ada banyak pedagang di sana yang menjual barang yang sama persis. Di awal coba aja tawar sampe 50%, terus lihat bakal mentok di harga berapa.
  1. Pedagang di sana terbagi jadi 3 jenis:
  • Ibu-ibu: Pedagang galak biasanya ibu-ibu paruh baya. Kalo lagi tawar menawar sama mereka tuh rasanya deg-degan.
  • Perempuan dengan usia relatif muda: Paling enak belanja sama mereka. Mereka lebih sabar buat diajak negosiasi harga. Ada pula beberapa dari mereka yang punya sifat humoris dan jago berbahasa Inggris.
  • Laki-laki: Lebih tegas dalam berdagang. Mereka biasanya malas menindaklanjuti pembeli yang sejak awal udah nawar harga terlalu sadis. Tapi tenang aja, selama di sana gue enggak nemuin pedagang cowok yang suka marah-marah.
  1. Lebih baik jangan hampiri pedagang yang sudah mulai membereskan barang dagangannya. Biasanya mereka udah nggak mau melayani pembeli kalo udah mau pulang kayak gitu. Apalagi kalo yang dagang ibu-ibu!
  1. Idealnya datang ke sini sebelum jam 10 malam supaya sempat survey harga dan sempat lihat-lihat dari ujung sampai ke ujung.
  1. Daripada menawar secara lisan, gunakan kalkulator. Enggak banyak pedagang di sana yang bisa Bahasa Inggris. Biasanya, pedagang-pedagang muda yang lebih fasih berbahasa Inggris.
  1. Gue dapet tips dari traveler lain, pedagang di sini lebih menghormati pembeli yang kelihatan punya USD di dalam dompetnya. Dan lebih baik bicara sama mereka dalam Bahasa Inggris daripada daripada Bahasa Mandarin. Soalnya pedagang di Hongkong kebanyakan kurang suka dengan orang-orang Cina daratan.
  1. Ladies Market identik dengan barang imitasi yang sebenarnya bisa kita temukan di Indonesia, di ITC Mangga Dua misalnya. Oleh karena itu tidak ada salahnya kalau kita terlebih dahulu mencari patokan harga barang serupa di Indonesia. Misalnya harga dompet tiruan Gucci dan Anna Sui (dua merk yang paling banyak dijual imitasinya di Ladies Market).

Daripada barang-barang imitasi, gue justru lebih suka belanja barang-barang yang tidak bermerk di Ladies Market. Di sana ada banyak kalung dan gelang lucu, dompet dan tas cantik yang belum pernah gue dengar nama merk-nya, serta beberapa souvenir yang bisa gue beli untuk dijadikan oleh-oleh. Souvenir favorit gue itu gantungan tas dalam beraneka bentuk (gantungan ini bisa berfungsi sebagai penghias tas atau alat untuk menggantung tas kita supaya tidak kotor), beraneka cermin lipat, atau sekedar gantungan kunci, gunting kuku, dan souvenir magnet bertuliskan Hongkong. Untuk barang-barang seperti ini, makin banyak beli maka harga satuannya akan semakin murah!

Untuk sampai ke Ladies Market, naik MTR sampai stasiun Mongkok cari exit E2. Keluar dari stasiun MTR, tinggal ikutin petunjuk jalan menuju Ladies Market. Kalaupun nyasar ya tanya aja, orang-orang di sana pasti tahu kita mau ke mana.

Disneyland

Stephanie, temen sekantor gue waktu masih di EY, sering bilang bahwa belanja souvenir di Disneyland itu rasanya menyenangkan banget. Ada banyak barang lucu yang bikin kita betah berlama-lama di dalam tokonya. Makanya sejak awal, gue udah menyiapkan budget ekstra untuk acara belanja di theme park ini.

Di dalam Disneyland ada banyak toko kecil yang tersebar di dalam taman, ada pula beberapa booth kecil yang terletak di pinggir jalan. Tips dari gue, daripada belanja di toko-toko kecil itu, lebih baik belanja di toko utama yang terletak di Main Street. Dari luar kelihatannya kayak beberapa toko yang terpisah, tapi sebenarnya kalo dilihat dari dalam, semua toko itu memanjang jadi satu. Nah, semua yang dijual di toko-toko kecil atau di booth pinggir jalan komplet tersedia dia satu toko utama ini.

Harga barang di Disneyland jelas relatif mahal. Tapi pastinya, harga mahal itu emang sebanding sama desain lucu dan kualitas barang yang ok punya. Berikut ini daftar harga barang satuan yang ada di struk belanja gue. Siapa tau bisa jadi input untuk kalian menyiapkan budget:

  1. Tumbler: 70 HKD;
  2. Pin: 45, 55, & 65 HKD;
  3. T-shirt: 180 & 280 HKD;
  4. Gantungan kunci: 60 HKD;
  5. Cookies jar: 60 HKD;
  6. Satu pasang cangkir & tatakannya: 120 HKD;
  7. Dua pasang sumpit: 60 HKD;
  8. Tempat pensil (bisa juga buat tempat make-up): 80 HKD;
  9. Mini frame: 50 HKD;
  10. Gunting kuku: 60 HKD; dan
  11. Gantungan kunci berbentuk boneka Piglet mini: 60 HKD.

Sebetulnya ada satu lagi kawasan belanja yang cukup terkenal di Hongkong: Nathan road. Terdapat jejeran toko di sepanjang Nathan road ini. Katanya sih, turis asing suka belanja barang elektronik di tempat ini. Tapi berhubung gue nggak berniat beli barang elektronik, jadi ya gue lewat Nathan Road hanya untuk cari makan aja. Kalo kalian mau belanja di tempat ini, perlu diingat 3 hal berikut ini:

  1. Hati-hati barang palsu atau rakitan;
  2. Pastikan barang yang ditawarkan dengan barang yang kemudian dibungkus adalah satu barang yang sama;
  3. Jangan mau kalau sampai diajak jalan untuk melihat barang di bagian dalam atau di tempat lain;
  4. Pelajari harga normal dari barang yang ingin kita beli dan harus gigih menawar sampai tingkat harga yang masuk akal; dan
  5. Pikir-pikir soal garansi. Seberapa yakin kalian soal garansi produk itu? Apa iya kartu garansi tetap berlaku di Indonesia? Bisa aja kan… ada produk yang cuma punya garansi toko.

Mengingat ribetnya seluk-beluk belanja barang elektronik di Nathan Road yang banyak gue baca dari blog lain itu, gue jadi enggak pernah berniat untuk belanja di sana. Padahal gue punya rencana beli kamera digital, tapi lebih baik gue belanja di Indonesia aja deh. Jangankan di luar negeri, di Indonesia aja gue kurang percaya sama keaslian barang-barang yang dijual di Glodok. Lebih baik beli di dealer resmi atau toko elektronik terpercaya seperti EC atau Dbest, walau lebih mahal yang penting hati tenang, hehehehe.

Madame Tussauds & Victoria Peak

Salah satu objek wisata yang wajib didatangi saat berlibur ke Hongkong adalah Madame Tussauds alias museum patung lilin. Tadinya gue kira, paling juga cuma lihat-lihat patung tiruan selebritis, foto-foto sebentar terus pulang. Tapi ternyata, sekedar foto-foto di sana itu rasanya udah sangat menyenangkan! Ada banyak properti yang dipinjamkan supaya bisa kita pakai untuk berfoto, yang membuat momentpengambilan foto itu jadi terasa lucu dan menyenangkan.  Misalnya, mahkota dan jubah kerajaan untuk befoto di atas singgasana di tengah keluarga kerajaan Inggris, gaun ala Marilyn Monroe, topi dan tongkat buat foto bareng ‘Madonna’, dan yang paling lucu, baju sumo alias baju berbusa tebal yang membuat badan kita langsung sama besarnya dengan pemain sumo beneran! Kalo mau terasa serunya, harus kreatif saat bergaya dan nggak usah malu-malu! Seru rasanya nahan cekikikan waktu sedang difoto, atau saat sedang mengambil foto teman yang berpose konyol. Selain itu kita juga boleh menyentuh patung-patung yang ada di sana! Jangan kaget kalo lihat di Facebook gue ada foto gue lagi pelukan sama ‘Brad Pitt’, hehehehe.

'Brad Pitt' and Me

Di dalam Madame Tussauds ada semacam rumah hantu yang bisa kita kunjungi tanpa biaya tambahan. Di sini kita disuruh jalan berbaris saat memasuki rumah hantu itu. Dan bisa ditebak, di dalamnya akan ada orang-orang yang bertugas untuk menakut-nakuti kita. Waktu itu gue masuk ke sana cuma berdua sama Puja. Karena takut, Puja nyuruh gue yang berdiri di depan dia. Dan pastinya, selalu ada rasa deg-degan setiap kali gue harus buka pintu, tirai, atau saat harus berbelok di lorong-lorong gelap itu. Tapi ternyata, anehnya justru selama di sana, gue enggak melihat satupun hantu yang berusaha nakut-nakutin kita itu! Gue bisa denger ada suara ledakan dan suara hantu yang sedang beraksi, tapi gue tetep enggak pernah lihat wajah mereka sama sekali! Yang sering lihat justru si Puja yang sepanjang jalan histeris teriak-teriak sampe sakit leher segala, hehehehe.

Madame Tussauds terletak di dalam gedung Victoria Peak, sebuah shopping mall yang terletak di ketinggian. Nah, kalo udah sampe di Victoria Peak, sekalian aja beli tiket buat mengunjungi The Terrace yang terletak di lantai paling atas. Dari The Terrace, kita bisa melihat pemandangan kota Hongkong yang tampak sangat spektakuler itu. Lagi-lagi, The Terrace merupakan lokasi yang bagus buat foto-foto. Coba ambil foto saat langit sedang cerah supaya pemandangan gedung-degung di bawah sana bisa terlihat jelas sebagai background foto kita itu.

View from The Terrace

Untuk sampai ke Victoria Peak, gue dan teman-teman terlebih dahulu naik tram sampai ke atas. Nah, untuk sampai ke stasiun tram itu sendiri, kita harus naik MTR sampai ke Central lalu cari exit J2. Abis itu tinggal ikuti papan petunjuk jalan menuju stasiun tram. Dan pastinya, sepanjang perjalanan menuju stasiun tram, jangan lupa buat fot-foto! Central itu kawasan bisnisnya Hongkong yang penuh dengan gedung pencakar langit yang kelihatan keren banget! Waktu nonton film yang lokasi syutingnya di Hongkong, gue sampe norak banget, dikit-dikit bilang begini sama adek gue, “Ih… itu kan gedung di Central yang ada di foto gue!”

Aaah, traveling emang bisa jadi aktivitas yang menyenangkan buat banci foto kayak gue. Memories in pictures will be endless, bisa gue kenang sampe tua nanti, hehehehe.

The Big Buddha Hongkong

Gue selalu tertarik mengunjungi tempat yang terkenal memiliki sesuatu yang serba ‘paling’ di dunia. Salah satunya, patung Buddha paling besar di dunia yang terletak di kawasan Tung Chung, Hongkong. Gue tau enggak banyak yang bisa gue lakukan di sana. Tapi, melihat dan ambil foto di depan sesuatu yang serba ‘paling’ itu wajib hukumnya buat gue.

Buat sampai di The Big Buddha, naik MTR sampai ke stasiun Tung Chung, cari exit B lalu jalan kaki menuju stasiun cable car Ngong Ping. Ada dua pilihan cable car di sini: cable car dengan crystal cabin alias cable car yang bagian lantainya terbuat dari kaca sehingga kita bisa melihat pemandangan di bawah kaki kita, dan yang satunya lagi cable car yang biasa-biasa aja.

Ada yang menarik dari Ngong Ping cable car di sini… Track-nya itu lho… curam banget! Temen gue si Puja sampe ketakutan begitu melihat kabel yang menukik turun di depan sana. Dan menurut dia, turunannya itu berasa banget ngerinya. Tapi kalo menurut gue sih, enggak ada seremnya sama sekali yah. Tapi ketinggiannya emang sadis banget sih… Sampe memberi efek tekanan udara ke kuping gue saking tingginya.

Sampai di atas, kita masih perlu jalan kaki menuju The Big Buddha melewati Ngong Ping Village. Enggak ada yang menarik di Ngong Ping Village, tapi tetep ada beberapa spot yang bagus buat foto-foto. Kemudian untuk sampai ke Big Buddha, kita harus terlebih dahulu menapaki ratusan anak tangga.

Here it is... The Big Buddha!

Setelah capek-capek sampai ke atas… pemandangan yang kita dapet termasuk worth it kalo menurut gue. Selain patung Budha yang emang gede banget, pemandangan bukit-bukitnya itu juga bagus banget. Hongkong ini emang ajaib banget lah. Bisa-bisanya perkotaan yang dipenuhi gedung pencakar langit letaknya tidak berjauhan dari dataran tinggi yang masih terpelihara keasriannya.

View from the top.

Overall menurut gue, kalo kalian stay agak lama di Hongkong, boleh lah sempetin mampir ke Big Buddha. Sekalian mampir ke Citygate buat belanja barang branded – asli – dengan harga relatif murah. Nantikan post tersendiri untuk Citygate di blog gue ini yaa.

Disneyland Hongkong

Tujuan pertama gue di Hongkong apa lagi kalo bukan Disneyland… Udah dari jaman masih SD gue mengimpikan untuk datang ke taman bermainnya Disney. Saking semangatnya, gue udah beli tiket dari jauh-jauh hari, udah catet baik-baik rute MTR menuju Disneyland, bahkan, gue udah bikin daftar wahana yang wajib gue coba just in case nggak punya cukup waktu buat nyobain semuanya. Karena banyak orang yang bilang, satu hari di Disneyland itu enggak akan cukup.

Baru sampe Sunnybay (stasiun MTR menuju Disneyland), gue dan temen-temen udah keburu heboh foto-foto. Kereta Disneyland-nya lucu banget! Jendelanya berbentuk kepala Mickey Mouse, dan interior keretanya juga terasa Disney banget. Begitu sampe stasiun Disneyland, tinggal ikut aja ke mana orang lain pada melangkah… Nggak lama kita akan disambut gate besar yang bertuliskan, “Welcome to Disneyland”.

Lagi-lagi, baru sampe pintu masuk aja udah banyak spot bagus buat foto-foto. Tapi tahan diri… kelamaan foto-foto nanti malah nggak sempet nyobain semua wahananya! Hal pertama yang harus dilakukan setelah beli tiket dan masuk ke dalam Disneyland adalah minta guide map dan juga times guide, semacam jadwal pertunjukan di sana. Sekedar foto bareng sama badut Mickey Mouse pun ada jadwalnya lho. Dan supaya nggak rugi, jangan sampe ketinggalan nonton show Festival of The Lion King, The Golden Mickey, street parade, dan pastinya, pertunjukan kembang api di malam hari.

Selama di sana, gue sempat mencoba semua wahana yang gue inginkan. Kalaupun ada yang terlewat ya karena gue emang nggak kepengen nyobain wahana yang gue anggap biasa banget itu (misalnya flying dumbo dan mad tea cups). Sepertinya mengunjungi Disneyland pada hari kerja di bulan April itu emang waktu yang strategis ya… Selain karena sudah lewat musim dingin tapi belum masuk ke musim panas, suasana theme park juga nggak seramai yang gue kira. Buktinya, kita sempat mencoba semua yang ingin kita coba. Dan berikut ini daftar atraksi yang menurut gue sangat-sangat WAJIB untuk dicoba:

Space Mountain

Space Mountain ini roller coaster indoor yang seru banget! Track-nya enggak gitu serem, enggak ada tuh lintasan 360 derajat yang bikin posisi kepala kita jadi di bawah… Trus pemandangan di dalemnya itu bagus banget! Rasanya kayak lagi terbang di antara bintang-bintang. Gue naik ini sampe dua kali, dan dua temen gue, mereka naik ini sampe 4 kali!

Mickey’s PhillarMagic

Yang ini bener-bener pertunjukan 3D yang paling keren yang pernah gue saksikan. Efek 3D-nya itu terasa banget! Misalnya waktu ceritanya kita ngikutin Aladdin naik karpet terbang… Waktu karpetnya menukik turun, rasanya kita kayak ikut turun beneran! Saat ada barang-barang yang dilempar juga rasanya kayak udah persis di depan muka kita. Beda jauh lah sama bioskop 3D di Indonesia. Dan yang paling unik, saat ada banyak makanan di layar, maka akan tercium wangi kue! Kemudian saat ada adegan yang melibatkan air, maka akan ada percikan air betulan! It was so entertaining!

The Many Adventures of Winnie The Pooh

Di wahana ini kita naik ke atas semacam kereta mengelilingi boneka The Pooh dan kawan-kawan yang ceritanya, mereka sedang heboh mencari pencuri madu. Naik wahana ini menyenangkan karena mereka (Pooh dan kawan-kawan) kelihatan lucu banget! Nuansanya tuh mewah, serasa melihat dari dekat isi rumahnya si Winnie The Pooh.

Stitch Encounter

Awalnya gue agak bingung… ini pertunjukan apa sih? Dibilang live show, tapi kok nggak ada panggung. Adanya cuma layar berukuran besar sama satu orang MC di depan layar. Saat show dimulai, MC itu berinteraksi dengan Stitch di layar kaca. Tadinya gue kira, suara Stitch itu cuma rekaman. Tapi ternyata, suara Stitch itu suara orang secara langsung loh. Jadi bukan cuma sekedar interaksi antara MC dengan Stitch, tapi juga interaksi Stitch dengan penonton. Ada banyak jokes yang dilempar oleh Stitch yang bisa banget bikin kita ketawa. Tapi untuk bisa menikmati show ini, kita harus jago Bahasa Inggris! Akan sulit memahami isi leluconnya kalo kita enggak pandai berbahasa Inggris. Dan bisa tambah gawat kalo kita dipilih oleh Stitch untuk ngobrol langsung sama dia!

Tarzan Tree House

Ceritanya, kita akan naik rakit menuju rumah pohonnya Tarzan. Gue agak kecewa sih, sama rakitnya. Itu rakit cuma nyebrang ke depan dikit, langsung sampe ke rumahnya Tarzan. Tapi kalo rumah pohonnya itu sendiri sih keren banget! Rasanya kayak naik ke rumah pohon beneran. Sempet ngelewatin air terjun dan juga jembatan untuk sampai ke rumahnya Tarzan. Sayangnya begitu sampai di atas, kita nggak boleh bener-bener masuk ke dalam ruangan. Kita cuma bisa lihat dari luar jendela aja. Yang lucu itu, di atas ada pegawai Disneyland yang meminjamkan pigura kertas untuk kita foto-foto. Dan hasil fotonya tuh jadi lucu banget! Pokoknya rumah pohon Tarzan ini salah satu tempat yang pas banget buat berfoto ria.

Jungle River Cruise

Kalo yang satu ini, kita benar-benar diajak untuk berkeliling sungai. Dan ternyata di dalam sana bukan cuma sungai biasa! Kita dibawa mengelilingi lembah, kawanan gajah yang bisa sewaktu-waktu nyemprotin air dari belalainya, sampai melewati sarang perompak segala! Yang keren, ceritanya kita diserang sama perompak dan saat ada api, di atas air muncul kobaran api yang beneran terasa panas!

Selain 6 wahana di atas, masih ada banyak lagi wahana yang bisa kita coba. Tapi kalo menurut gue, wahana-wahana lainnya itu nggak jauh beda sama wahana di Dufan. Kalo ada waktu lebih, bolehlah tetep dicoba.

Waktu di sana gue nggak sempet nonton show-nya Lion King karena keasyikan belanja. Nggak juga nonton show Mickey Mouse karena kebetulan waktu itu show-nya sedang tutup. Nonton show High School Musical dan street parade juga cuma sebentar, soalnya temen-temen gue nggak gitu suka nonton pertunjukan sih. Untunglah waktu street parade gue masih sempet ngambil banyak foto kereta-kereta parade yang lucu-lucu banget!

Sleeping Beauty Castle at Night

Gue akui Disneyland akan terasa lebih menyenangkan buat orang-orang yang banci foto. Selain ada banyak badut mulai dari Mickey Mouse, The Pooh, sampe Rapunzel, sekedar eksterior tokonya aja tuh udah bagus banget buat foto-foto. Selain itu, toko di sana banyak menjual souvenir Disney yang lucu-lucu banget! Gue menghabiskan waktu 2 jam hanya untuk acara belanja. Keluar dari toko, gue bawa dua kantong plastik berisi belanjaan gue, hehehehe. Untuk detail dari belanja di Disneyland, tunggu posting gue yang khusus membahas acara shopping selama di Hongkong.

Oh ya, kalau main ke Disneyland, jangan pernah pulang sebelum melihat pertunjukan kembang apinya. Perpaduan antara kembang api di atas istana, permainan lampu, dan juga iringan musik yang merdu bikin pertunjukan kembang api di sana jadi lain dengan yang lain. Rugi banget kalo udah sampe Disneyland tapi melewatkan pertunjukan kembang apinya.

Overall gue sangat-sangat menikmati Disneyland. Tempat ini salah satu tempat wisata yang saat sedang bersenang-senang di sana, gue langsung berbisik begini di dalam hati, “Kelak gue harus ke sini lagi sama keluarga gue. They also have to enjoy this place!”

Well, hope someday I could go back to Disneyland and bring my family along with me 🙂

One Day Going Around Beautiful Macau

Kalo pengen ke Hongkong, bakal mubazir banget kalo enggak sekalian mampir ke Macau. Dalam perjalanan gue kemarin, gue terlebih dahulu mengunjungi Macau (naik pesawat dari KL menuju Macau), keliling kota seharian penuh, baru malam harinya, kita naik night ferry menuju Hongkong.

Macau emang identik dengan tempat main judi. Suasana kasino di negara kecil ini jauh lebih mewah daripada kasino di Genting Highland. Gue jelas enggak ikutan main judi selama di Macau. Tapi gue sempet masuk ke dalam gedung kasino buat foto-foto dan sekedar ngelihat kayak gimana bagian dalam kasino alas Las Vegas itu.

Kasino-kasino di Macau memang terkenal bagus buat jadi tempat foto-foto. Eksterior dan interiornya kelihatan sangat cantik, mewah, dan menawan. Nggak heran kalo Macau sering jadi pilihan untuk lokasi foto pre-wedding. Bicara soal foto-foto, boleh aja ambil foto di lobi kasino, tapi, begitu masuk ke tempat main judinya, biasanya kita dilarang buat ambil gambar.

Selain judi, boleh dibilang nyaris nggak ada aktivitas lain yang bisa kita lakukan selama di Macau. Selama di sana, aktivitas gue cuma sighseeing, naik gondola di The Venetian, foto-foto, dan belanja oleh-oleh cemilan khas Macau. Sebenernya ada beberapa aktivitas menarik di Macau Tower, seperti bungee jumping dan sky-walking. Sempet tergoda pengen nyobain sky-walking, tapi nggak kesampean karena kita batal mengunjungi Macau Tower karena udah keburu frustasi sempat nyasar agak lama di negara itu.

Begitu keluar dari pesawat yang baru saja mendarat di Macau airport, gue dan terman-teman langsung disambut dinginnya udara Macau hari itu. Nggak sia-sia gue udah nyiapin syal buat dipakai selama di Macau, karena menurut perkiraan cuaca yang gue lihat di internet, suhu Macau hari itu berkisar antara 10-15 derajat celcius. Tips buat traveler lainnya, membaca perkiraan cuaca adalah sangat penting untuk dilakukan sebelum kita pergi berkunjung ke suatu negara, supaya nggak salah kostum! Indonesia bisa aja panas setengah mati, tapi negara lain bisa jadi masih mengharuskan kita mengenakan baju hangat.

Tadinya, kita berencana menggunakan jasa travel agent untuk pergi berkeliling Macau. Tapi di bandara, kita sempat kenalan sama TKI yang udah lama menetap di sana. Dia bilang, pakai travel agent cuma buang-buang uang. Lebih baik kita memanfaatkan fasilitas shuttle bus gratis yang banyak disediakan oleh hotel dan kasino papan atas di Macau. Terus gue tanya, bagaimana dengan barang-barang bawaan kita? Dengan entengnya Mbak itu menjawab, “Setiap kasino pasti nyediain penitipan barang, gratis!”

Kita pun tergoda buat pergi keliling Macau hanya dengan modal peta dan sedikit petunjuk dari TKIitu. Maka keluar dari bandara, kita langsung mencari bis gratis, dan berhasil menemukan bis menuju The Venetian, salah satu tempat yang ada di dalam daftar perjalanan gue.

Gondola @ Venetian Resort

The Venetian ini terdiri dari hotel, kasino, dan juga pusat perbelanjaan. Saran gue, meskipun kalian enggak berniat main judi, belanja, atau nginep di The Venetian, kalian tetap harus mengunjungi tempat ini kalau sedang berlibur di Macau. Suasana The Venetian ini Italia banget. Bener-bener surga buat banci foto kayak gue ini. Kalaupun nggak suka foto-foto, sekedar jalan-jalan dan menikmati cantiknya tempat ini udah lumayan menyenangkan kok.

Sesampainya di The Venetian, kita langsung dengan pedenya masuk ke lobi gedung. Nggak perlu cari lama, kita bisa langsung menemukan antrian turis yang ingin menitipkan koper-kopernya. Setelah itu, karena sudah kehausan dan enggak tau harus beli minuman ke mana, temen-temen gue mengikuti saran TKI di bandara tadi: setiap kasino pasti menyediakan minuman gratis.

Setelah ngembat tiga botol air mineral, kita langsung mengikuti papan petunjuk menuju The Grand Canal Shoppes alias mall di dalam The Venetian. Saat tiba di The Grand Canal Shoppes inilah baru kita benar-benar terasa seperti sedang berada di kota Venesia: bangunan khas Italia dengan sungai buatan lengkap dengan gondola dan pengayuhnya.

Mumpung udah sampe sana, kita relakan bayar cukup mahal hanya untuk naik gondola satu putaran. Saat gondola mulai dikayuh, kita melihat ada banyak koin di dalam kolam. Dan pengayuhnya bercerita… kalau kita make a wish sebelum melempar koin, maka permintaan kita itu akan terkabul, dan, kelak kita akan kembali lagi ke tempat itu. Hohohoho, bahkan mitosnya pun sangat indetik dengan mitos ala Italia. Sekedar iseng, gue dan Puja ikut-ikutan melempar koin. Bukan berarti gue percaya takhayul atau musyrik… It was a holiday and I did it just for fun! Lalu, apa iya wishes gue saat itu terkabul? Dan apa iya kelak gue akan kembali lagi ke Macau? Well, let us see later!

Setelah puas foto-foto di The Venetian, kita mulai beranjak menuju Senado Square, semacam kumpulan ruko dengan nuansa yang Portugal banget. Jadi Macau ini dulunya daerah jajahan Portugis, sehingga jangan heran kalau di sana ada banyak nama jalan dalam bahasa Portugis.

Sekedar sharing, kita sempat kesulitan saat membaca rute bis di Macau. Kita udah coba ambil bis dengan nomor yang menurut tourist map akan membawa kita menuju Senado Square. Tapi ternyata kita malah nyasar entah ke mana. Akhirnya karena udah bingung mau gimana lagi, kita terpaksa stop taksi dan minta diantar ke Senado Square.

Oh ya, penduduk Macau itu tidak pandai berbahasa Inggris. Dan yang gue maksud dengan tidak pandai berbahasa Inggris itu benar-benar tidak pandai sama sekali. Waktu gue bilang “thank you” sama si supir taksi, dia diam saja. Tapi waktu temen gue bilang ”xie xie”, supir taksi itu langsung tersenyum, manggut-manggut, sambil mengacungkan jempol tangan kanannya… Makanya, kalo sampe nyasar di Macau, lebih baik tanya ke sesama turis asing, atau cari orang yang kelihatan masih muda aja. Dan satu lagi, punya tourist map itu wajib hukumnya! Jadi kalo mau tanya jalan atau memberi petunjuk ke supir taksi, tinggal tunjukkan saja gambar yang ada di tourist map itu.

Lagi-lagi Senado Square ini tempat yang bagus buat foto-foto. Tempat yang tepat pula untuk mencari makanan. Buat yang nggak berani makan aneh-aneh, di Senado Square ada McD… Gue nggak berani bilang McD itu halal. Yang jelas di sana, ada menu ayam yang bisa gue pesan. Gue nggak berani deh, masuk ke restoran yang tidak mencantumkan nama menu dalam bahasa Inggris.

Setelah makan siang di McD, kita beranjak menuju reruntuhan Gereja St. Paul. Sepanjang perjalanan menuju St. Paul, kita disuguhi pemandangan pertokoan yang beda banget dengan suasana di Indonesia. Selalu ada aja spot yang bagus buat foto-foto. Oh ya, St. Paul ini letaknya berdekatan dengan Senado Square. Kita tinggal jalan kaki mengikuti papan petunjuk yang ada di sana. Kalopun kita sempat kehilangan arah, lagi-lagi, tinggal tunjukan saja gambar St. Paul yang ada di tourist map. Meskipun nggak bisa Bahasa Inggris, mereka akan menunjukkan jalan menggunakan jari telunjuk.

Ruin of St. Paul Church

Dari reruntuhan St. Paul, ikuti jalan ke atas menuju benteng kuno sisa penjajahan bangsa Portugis. Pemandangan alam di sana cantik banget! Jadi nggak gitu terasa capek naik-naik tangga untuk sampai ke atas benteng. Tapi sebenernya kalo males naik-naik tangga, kita bisa naik eskalator di Museu De Macau, kemudian begitu sampai lantai paling atas, langsung cari pintu keluar ke arah benteng kuno.

Setelah mengunjungi St. Paul dan benteng kuno, gue sempatkan belanja oleh-oleh di pasar yang kita lewati saat berjalan menuju St. Paul. Mulai dari snack khas Macau sampai souvenir, semuanya lengkap tersedia di sini. Dan pastinya, jangan lupa cobain egg tart khas Macau yang rasanya enak banget! Oh ya, buat teman-teman sesama muslim, hati-hati ya, kalo belanja makanan di sini. Gue sempet beli egg roll (sejenis kue semprong) yang ternyata mengandung lemak babi! Udah gitu penjual di sana kayaknya nggak ngerti kalo gue (yang pake jilbab ini) nggak boleh makan olahan babi dalam bentuk apapun. Mereka cuek aja menyodorkan ke gue tester kue yang ternyata mengandung lemak babi tersebut… Sigh…

Selain The Venetian, The Grand Lisboa juga terkenal dengan kecantikan arsitekturnya. Kita bisa sampe ke sana hanya dengan berjalan kaki dari Senado Square. Tadinya, kita berniat numpang bis Grand Lisboa menuju bandara, terus dari bandara naik lagi bis ke The Venetian (Macau itu kecil, jarak antara pusat kota ke bandara itu sangat dekat bila dibandingkan negara lain pada umumnya). Sayangnya, gue lihat di Grand Lisboa, semua orang harus menunjukan semacam karcis supaya bisa naik ke dalam bis. Jadi ya sudah, kita terpaksa naik taksi lagi menuju The Venetian (koper-koper kita masih ada di Venetian).

Setelah mengambil koper-koper di Venetian, kita langsung berjalan kaki menyusuri gedung itu menuju West Lobby, tempat di mana kita bisa menemukan bis gratis menuju terminal ferry. Yup, sudah waktunya kita beranjak menuju Hongkong.

Sampai di terminal ferry, enggak usah bingung… Di sana akan ada orang yang menanyakan apakah kita sudah punya tiket untuk naik ferry. Percaya aja sama orang itu dan ikuti ke mana dia melangkah… Dia akan membawa kita menuju loket resmi penjualan tiket. Setelah beli tiket, tinggal ikuti petunjuk jalan yang ada di sana. Dan pastinya, kita harus terlebih dahulu melewati imigrasi Macau sebelum masuk ke ruang tunggu ferry.

Kalo gue baca di internet, seharusnya ada extra charge untuk koper yang kita bawa. Tapi ternyata, kita bisa bebas membawa koper-koper itu ke atas ferry tanpa dikenakan biaya tambahan. Di dalam ferry, sudah ada ruangan kecil khusus untuk menyimpan barang bawaan kita yang berukuran besar. Taruh saja koper-koper di ruangan itu tanpa perlu disuruh oleh petugasnya.

Overall, kecuali bagian nyasarnya, gue cukup menikmati jalan-jalan di Macau. Pemandangan kota yang sama tidak akan pernah kita temukan di Hongkong. Gue juga suka sama penduduk asli sana. Meskipun tidak bisa bahasa Inggris, mereka akan sekuat tenaga berusaha menolong kita yang sedang nyasar. Sempat ada bapak-bapak di sana yang dengan baik hatinya menuliskan huruf Cina di atas kertas untuk ditunjukkan kepada supir bis, supaya kita bisa sampai di tempat tujuan. Tapi tetap saja, pada akhirnya kita tetap lebih memilih naik taksi, supaya bisa langsung sampe ke tempat tujuan.

Tips buat yang kepingin naik bis umum di Macau… siapkan uang pas sebelum naik bis. Di setiap halte bis, ada daftar rute bis lengkap dengan harga yang harus kita bayar. Saat naik bis, langsung masukkan uang koin ke kotak yang tersedia di sebelah supir. Nah, kalau sampai kita enggak punya uang pas, jangan harap bakal dikasih uang kembalian!

Dua hal yang terlewat pada kunjungan pertama gue ke Macau itu adalah Macau Tower dan pertunjukan The House of Water Dancing. Teman-teman gue nggak mau nonton karena harga tiketnya yang mahal banget. Tadinya gue mau nonton sendiri, tapi gue agak khawatir mereka bakalan nyasar kalo gue tinggal sebentar untuk nonton pertunjukan itu. Well, kalo mitos koin di Venetian itu benar, maka di kunjungan berikutntya, gue nggak akan lagi melewatkan Macau Tower dan water dancing itu. See you later Macau!