Karimunjawa Trip: The Last Day

Sudah baca cerita hari pertama dan ke dua gue di sini? Kalau sudah, ini lanjutannya!

Sunrise at Nirwana Resort

Secara dadakan, gue dan roommates minta dibawa lihat sunrise ke Nirwana Resort. Ada extra charges, secara hal ini tidak include di dalam itinerary, tapi nggak mahal dan hasil foto-fotonya bikin gue ngerasa sangat puas 🙂

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain menikmati sunrise, gue dan teman-teman juga diajak naik ke atas batu karang. Dan bukan cuma itu… kita bahkan nekad masuk ke dalam gedung resort meskipun sebetulnya, kita bukan tamu hotel tersebut. Tapi sepertinya nggak masalah… Secara untuk masuk ke sana pun, gue dikenakan entrance fee. Lagipula resort ini memang sering dijadikan tourist destination, bahkan oleh mereka yang tidak menginap di sana.

Nah, masih belum puas foto… kita tetep sibuk foto-foto di area luar resort. Selalu adaaa aja objek yang bisa kita jadikan background foto. Hasil fotonya? Check these out!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sekedar info, Nirwana Resort merupakan satu dari sedikit sekali hotel ‘berbintang’ di Karimunjawa. So if you wish to have a decent place to stay, this resort could be a right choice.

Snorkeling on the last day

Niat awalnya, gue nggak kepengen nyemplung lagi di hari berikutnya. Percuma nyemplung kalo setiap kali gue coba snorkeling yang ada malah mulut gue kemasukan air laut. Tapi waktu gue lagi asyik ngasih makan ikan dari atas perahu, tiba-tiba gue kepikiran… gue belum punya foto sedang dikelilingi ikan-ikan kecil itu. Akhirnya gue pun melepas kain pantai, mengenakan jaket pelampung, dan langsung nyebur ke dalam air laut. Dan ternyata fish feeding could be so fun!

Selesai fish feeding, tiba-tiba aja gue tergoda buat kembali mencoba snorkeling. Strateginya, sebelum masuk ke dalam air, gue latihan napas menggunakan snorkel gue di daratan. Waktu masih di atas, rasanya mudah. Tapi pas udah sampe bawah, yang ada gagal lagi dan lagi! Meskipun gagal, ceritanya gue belum nyerah. Gue bahkan setuju ikutan pake fin, dibantuin sama Pauline. Sulitnya pake fin dalam air juga udah jadi memory yang bisa bikin gue jadi malu sendiri, hehehehe.

Fin berhasil terpasang, gue coba lagi snorkeling, dan yah… masih gagal juga. Trus tau-tau aja gue udah sampe tempat yang karangnya tuh besar-besar banget. Dengkul gue sempet nabrak karang, legging gue sampe sobek di bagian lutut. Yang ada gue malah jadi ngeri… tambah ngeri saat dengar di karang-karang itu suka ada bulu babinya! Gue pun memutuskan untuk putar balik dan kembali naik ke perahu.

Dalam perjalanan kembali ke perahu, setelah terbebas dari karang-karang besar, gue kembali mencoba snorkeling. Cantiknya pemandangan bawah laut kembali membuat gue terpesona, hingga tanpa gue sadari… gue udah berhasil snorkeling dalam waktu yang cukup lama! Saat gue kembali ke permukaan, ternyata gue sudah dekat ke perahu. Dan bukannya meneruskan niat awal balik ke perahu, yang ada gue malah balik badan dan kembali mencari pemandangan bawah laut yang bisa gue nikmati. Yaaay, I finally could do it right, hehehehe.

Setelah berputar-putar cukup lama, acara snorkeling gue terpaksa berakhir gara-gara nggak sengaja nabrak perahu gue sendiri. Waktu terbentur perahu, snorkel gue sampe copot, otomatis air laut pun berebut masuk ke tenggorokan dan telinga gue. Keasyikan snorkeling bener-bener bikin gue lupa daratan, dalam artian yang sebenarnya, hehehehe.

Begitu naik ke atas perahu, gue bilang sama Lili, “Gue jadi pengen balik lagi ke Phuket… nyesel waktu itu nggak snorkeling di sana.”

To be honest, pemandangan alam Phuket jauh lebih cantik daripada Karimunjawa. Pikiran sederhana gue, bisa jadi pemandangan bawah lautnya pun, jauh lebih cantik Phuket daripada Karimunjawa kan? Kalau tidak ada hambatan, insyaallah, tahun depan gue akan kembali lagi ke Phuket dan mencoba snorkeling untuk yang ke dua kalinya. Ada yang mau ikut? 🙂

The last stop

Setelah selesai acara snorkeling yang terakhir, kita dibawa ke sebuah pulau yang perairannya cenderung dangkal. Lagi-lagi, tempat yang bagus untuk berfoto. Dan kalo menurut gue, warna laut di pulau inilah yang paling cantik jika dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya. Perpaduan warnanya sedikit mirip dengan Phi-phi Island. Hanya saja sayangnya, dari beberapa kali foto yang gue ambil, tidak satupun yang berhasil mencerminkan cantiknya perpaduan warna yang gue maksud itu. Hal ini baru bisa tertangkap kamera dalam rekaman video, hanya saja sayangnya, gue nggak berlangganan fitur blog yang supaya bisa upload video. Jadi… gue cuma bisa share foto-foto yang seadanya saja lah yaa.

Liburan membumi, but it was fun!

Dari semua perjalanan gue, sejak kecil hingga dewasa, liburan Karimunjawa inilah yang boleh dibilang paling membumi, alias paling sederhana, dan… yah… paling murah meriah. Kepanasan di hotel, menu makanan seadanya, makan malam beralaskan tikar, island hoping naik perahu ala nelayan… Belum lagi surrounding area yang masih tampak seperti Indonesia tahun 80-an. Tapi setelah gue pikir lagi, justru di situ letak serunya! Gue jadi punya hal yang bisa gue ceritakan selain percobaan snorkeling dan foto underwater gue yang gagal itu, hehehehe.

P.s.: Selain paket hotel (yang mana gue dapat hotel yang lebih mirip kamar kos-kosan), ada pula pilihan paket homestay di Karimunjawa. Sedikit lebih murah, tapi gue sangat-sangat tidak merekomendasikan. Ada beberapa teman yang memilih homestay, dan mereka nyaris tidak bisa tidur saking panasnya. Jadi kecuali kamu tipe orang yang sangat tahan panas, lebih baik pilih paket hotel, cuma beda Rp. 150.000 per malamnya dengan hotel ala kos-kosan gue itu. Tapi jangan lupa yah, itu AC cuma nyala di jam-jam tertentu aja, hehehehe.

Karimunjawa Trip: First & Second Day

Buat yang belum tahu, Karimunjawa merupakan bagian dari kabupaten Jepara. Untuk sampai ke sana, gue naik pesawat ke Semarang. Dari Semarang, gue sewa mobil plus driver menuju pelabuhan Jepara (Semarang-Jepara kira-kira 2 jam perjalanan). Barulah dari Jepara, gue naik kapal cepat menuju Karimunjawa dengan jarak tempuh kurang lebih satu setengah jam.

Hari pertama lebih banyak gue habiskan di hotel saja. Gue kaget banget saat tahu listrik baru akan tersedia jam setengah 5 sore sampai dengan jam 5 Subuh. Artinya, AC baru bisa dinyalakan di jam-jam tersebut saja… hiiiks. Untunglah sebagai gantinya, kita masih boleh minta dinyalakan kipas angin.

Makan malam di bawah cahaya rembulan

Saat hari sudah menjelang sore, gue dan teman-teman pergi berjalan kaki menuju alun-alun. Niatnya mau lihat sunset di bukit Joko Tuo, tapi ternyata si tour guide malah missing in action. Akhirnya gue dan teman-teman lebih memilih untuk duduk-duduk menikmati angin sore, ngobrol-ngobrol, makan gorengan, minum es cendol, dan foto-foto di dermaga dekat alun-alun. And you know what… the sunset was also looked pretty from the pier. Siluet perahu-perahu tua dan cahaya sunset itu terlihat fotogenik.

Sunset @ the pier.

Malam harinya, gue dan rombongan kembali lagi ke alun-alun untuk cari makan malam. Surprise-nya adalah… kita semua makan malam hanya beralaskan tikar di tengah lapangan aja dong… Saat itu gue berpikir… ini sih bener-bener one life time experience. Kapan lagi coba, gue makan malam beralaskan tikar di tengah lapangan kayak gitu? Bahkan rombongan bule di sana pun terlihat menikmati acara makan malam mereka. Kalau mau pake istilah romantisnya… kita semua makan malam di bawah cahaya rembulan, hehehehe.

Wahana ala laut Karimunjawa

Keesokan paginya, gue langsung dandan cantik buat island hoping. Gue sengaja beli satu summer dress, dan repair koleksi kalung lama jaman kuliah dulu, hanya demi mendapatkan dress code yang sesuai untuk liburan kali itu. Jadilah hari itu gue pakai manset hitam, legging hitam, dan summer dress berwarna orange dipadu dengan kalung kayu dan sunglasses. Tapi begitu sampai di dermaga… ternyata kita semua udah langsung disuruh pake jaket pelampung. Terpaksa lah gue copot dress dan kalung gue… Supaya terasa lebih nyaman aja gitu.

Me and my island hoping team^^

Tidak lama setelah boat melaju… barulah gue mengerti alasan kenapa kita semua disuruh pakai life vest. Ombaknya itu lho… dahsyat banget! Secara gue duduk di barisan paling depan, gue benar-benar merasakan betapa serunya saat ombak datang menerjang dari depan. Naik-turunnya boat, atau saat boat miring ke kanan dan ke kiri dihajar ombak, rasanya tuh lebih seru daripada wahana kora-kora di Dufan! Setiap kali melihat gelombang yang cukup tinggi di depan sana, gue dan teman-teman langsung berteriak heboh. Dan saat ombak itu mengguyur wajah dan tubuh kita semua… gue malah ketawa girang sambil bertepuk tangan. Ternyata naik boat yang lebih mirip perahu nelayan itu cukup seru juga loh. Masih goyang-goyang tiap kali ada ombak 😀

Pemberhentian pertama kita bernama pulau Gosong (entah pulau Gosong atau pulau Kosong, not sure). Cuma pulau kecil yang nggak ada apa-apanya, tapi ternyata foto di pulau itu hasilnya cukup seru juga. Gue sempet keseleo waktu berhenti di sana, untunglah ada Lili, dan kemudian ada juga Pauline yang megangin gue saat jalan balik ke perahu. Masalahnya nggak boleh ada ombak dikit, jalan gue langsung miring-miring, hehehehe.

Setelah insiden keseleo di Pulau Gosong… giliran difoto, harus tetep bergaya, hehehehe.

Snorkeling and underwater picture taking

Pada pemberhentian selanjutnya, barulah kita mulai snorkeling babak pertama. That was my first time snorkeling anyway. Sayangnya, pada percobaan pertama, gue gagal terus. Entah kenapa, air terus menerus masuk ke mulut gue. Tapi meskipun sebentar, gue sempat menikmati indahnya pemandangan bawah laut. Batu karang, tanaman laut, ikan-ikan kecil… Bener-bener kelihatan indah! Sekarang gue jadi bisa ngerti kenapa banyak banget orang yang tergila-gila sama snorkeling dan diving. Pemandangan atas dan bawah laut memang benar menyajikan 2 jenis keindahan yang jauh berbeda.

Pada waktu makan siang, kita berhenti di sebuah pulau yang menurut feeling gue, bakal kelihatan fotogenik. Gue pun melepas pelampung dan kembali mengenakan dress dan kalung gue. Hasil fotonya? Look at these pictures below!

Oh ya, hari itu gue sempat memberanikan diri ikutan foto underwater. It was pretty scary for a person who cannot swim like me. Masalahnya untuk dapat hasil foto yang memuaskan, sudah tentu life vest harus dilepas supaya badan tidak terus terapung di permukaan air. Nggak heran kalo foto underwater gue nggak ada bagus-bagusnya. Setiap kali sedang difoto, yang ada dalam pikiran gue cuma, “Where is my life vest? Where is it?” Bawaannya pengen cepet-cepet naik ke atas dan meraih kembali pelampung gue itu, hehehehe.

Napping time!

Pada aktivitas snorkeling setelah makan siang, gue putuskan buat enggak ikutan nyemplung. Gue lebih memilih untuk tidur siang di atas perahu yang sedang kosong. Cuma tidur siang, tapi rasanya menyenangkan. Tidur di atas perahu serasa tidur di atas ayunan, tambah sempurna dengan aroma laut yang lembut, hembusan angin, dan suara tawa teman-teman dari kejauhan seolah jadi ‘lagu’ pengiring tidur. Boleh dibilang, itu salah satu tidur siang terbaik dalam hidup gue, hehehehe.

Berfoto bersama hiu, dilanjutkan crazy banana boat

Satu hal yang paling gue nanti-nantikan adalah befoto bersama baby sharks. Jadi di sana itu ada satu penangkaran, di dalam sebuah kolam, yang berisi hiu-hiu jinak berukuran kecil. Asalkan kita tidak sedang datang bulan, maka foto-foto di kolam itu dijamin aman!

Meskipun dijamin aman, herannya suka ada aja orang yang takut masuk ke sana. Padahal hiu-hiu itu enggak bakalan ngegigit kok. Malah yang suka gigit itu ikan-ikan kecil yang berada di kolam yang sama. Digigitnya juga nggak sakit kok, so you don’t need to worry! Gue sebetulnya malah kecewa… pada gilirannya gue foto-foto di kolam hiu, ikan-ikannya malah berenang menjauh ke pinggiran. Hasil fotonya jadi enggak sekeren foto lain yang gue temuin via googling.

In the shark pool… Cuma ada satu ekor hiu melintas di depan gue >,<

Setelah mampir ke penangkaran hiu, gue dan teman-teman tergoda buat naik banana boat. It was not my first time, but that was the craziest banana boat I’ve ever ride! Awalnya masih asyik, nyemplungnya juga masih bikin ketawa-tawa… Tapi setelah itu, ada teman gue yang terbawa suasana dan bilang begini, “Mas… yang ngebut dong!”

Memang seru kalau dibawa ngebut, tapi saat jatuh ke air… sakitnya bukan main! Kuping kanan gue rasanya seperti bertabrakan dengan air, dan air laut pun langsung menyerbu masuk ke tenggorokan gue. Batuk-batuk nggak terhindarkan, dan betenya, sekarang gue kena infeksi di THT sebelah kanan… hiiiks.

Untuk cerita Karimunjawa di hari selanjutnya, baca blog gue yang setelah ini yaa.