My South Korea Trip Budget

Here it is… finally, my last post about my Korea trip last year. Budget yang gue tulis di sini 90% akurat, semuanya nyaris sesuai dengan actual expenditures gue kecuali buat urusan makanan. Selama di Korea, gue banyak jajan dan beberapa beli makanan yang harganya melebihi budget. Tapi sebetulnya, meal budget di bawah ini udah cukup banget kok.

So here we gobudget liburan gue, 9 hari 8 malam, termasuk liburan 2 malam di pulau Jeju:

Description  Per person  Remarks
 In KRW   In IDR 
Flight Jkt-Seoul       217,024    1,823,000 Air Asia round trip
Flight Seoul-Jeju       158,600    1,332,240 Jeju Air round trip
AirAsia Baggage       109,777       922,124 20 & 35 KG
Hotel – Incheon        50,160       421,340 Sky Hotel 1 night
Hotel – Jeju        63,333       532,000 Jazz Village 2 nights
Hostel – Seoul       133,333    1,120,000 Hongdae Guesthouse
Breakfast – 11 times        33,000       277,200 Fixed budget per meal
Lunch – 11 times        77,000       646,800 Fixed budget per meal
Dinner – 11 times        77,000       646,800 Fixed budget per meal
Entrance fee – Jeju        52,800       443,520 Various tourist attractions
Entrance fee – Seoul       215,000    1,806,000 Various tourist attractions
Airport transfer Gimpo        11,667        98,000 By train
Airport transfer Jeju          5,000        42,000 Taxi, 3 persons in 1 car
Car rental Jeju        60,000       504,000 www.jejudotourguide.com
Transport cost – Seoul        62,300       523,320 By train, and sometimes taxi
Bike rental in Nami        20,000       168,000 2 hours rental
Total budget   1,345,993  11,306,344

Ada pun tempat-tempat yang harganya sudah termasuk dalam ‘entrance fee‘ antara lain:

Jeju:

  1. Teddy Bear Museum;
  2. Ripley’s Believe It or Not;
  3. Chocolate Land;
  4. Trick Art Museum;
  5. Sunrise Peak;
  6. Manjanggul Cave;
  7. Maze Park;
  8. Jeongbang waterfall;
  9. Cheonjiyeon waterfall;
  10. Oeldogae rock;
  11. Jeju Glass Castle; and
  12. Jeju Loveland.

Seoul:

  1. Nami Island;
  2. Petite France;
  3. Korean Folk Village;
  4. N Seoul Tower;
  5. Everland;
  6. DMZ;
  7. Jump Show;
  8. Nanta Show;
  9. 68 City Observation Deck;
  10. Lotte World;
  11. Gyeongbokgung Palace; and
  12. Seodaemun Prison.

Please take note gue pergi ke sana satu tahun yang lalu; bulan Mei 2012. Bisa jadi, harga per hari ini sudah berbeda dengan harga saat itu. Happy budgeting!

Penginapan di Seoul

Selama berlibur di Seoul, gue dan teman-teman sempat menginap di 2 tempat yang berbeda. Yang pertama di Sky Hotel Incheon, dan satu lagi Hongdae Guest House yang terletak dekat dengan Hongik University. Berikut ulasannya!

 

Sky Hotel

Sky

Kamar mandi Sky Hotel yang girly banget itu…

Untuk 2 malam pertama, kita memutuskan untuk menginap di kawasan bandara. Kenapa? Karena di hari pertama, kita baru tiba nyaris tengah malam, kemudian besok lusanya, kita harus naik penerbangan pertama dari Seoul menuju Jeju.

Sky Hotel ini sebetulnya tidak terletak di dalam kawasan bandara, tapi enaknya, kita bisa minta dijemput dari bandara, jam berapapun, tanpa dikenakan biaya tambahan. Jadi begitu mendarat di Incheon, gue tinggal cari ‘Tourist Information’, lalu pinjam telepon untuk menghubungi Sky Hotel, setelah itu kita tinggal menunggu jemputan di pintu keluar yang telah ditentukan. Sayangnya mereka hanya melayani free shuttle to Incheon, tidak ke Gimpo (bandara tempat Jeju Air beroperasi). Untunglah mereka setuju untuk mengantar kita sampai stasiun MRT supaya kita tidak usah jalan kaki sambil bawa-bawa koper.

Dari segi kebersihan dan kualitas furniture, gue dan teman-teman tidak menemukan masalah. Air panasnya mengalir dengan lancar dan petugas hotelnya pun terbilang ramah untuk ukuran hotel dengan harga terjangkau seperti ini. Makin menyenangkan karena dekorasinya yang girly; teman-teman gue sampai bergantian foto sendiri-sendiri di dalam kamar mandi imutnya, hehe…

Dari segi lokasi juga cukup menyenangkan kalo menurut gue. Persis di seberang hotel, terdapat 2 minimarket tempat gue beli sarapan, dan kita hanya perlu berjalan kaki sekitar lima sampai sepuluh menit untuk sampai ke stasiun MRT terdekat. Saat malam harinya pun, tidak sulit buat kita mencari tempat untuk makan. Lokasi yang strategis untuk kita yang membutuhkan penginapan dekat bandara dengan harga yang masih terjangkau.

 

Hongdae Guesthouse

Sepulangnya dari Jeju, gue dan teman-teman langsung check-in ke Hongdae Guesthouse. Memang hanya Guesthouse, tapi lokasinya sangat-sangat dekat dengan stasiun MRT. Sederhana tapi fasilitasnya cukup memadai, ada water heater, water dispenser, bahkan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan high-speed wi-fi! Dari segi kebersihan tidak kita temukan ada masalah, dan keramahan staf di sana terasa berkesan buat kita semua. Benar-benar melebihi ekspektasi kita banget deh.

Kamar yang kita tempati itu modelnya mirip-mirip loft apartment; terdiri dari 2 lantai, dan sebetulnya bisa menampung sampai 7 orang. 4 orang di lantai bawah, dan 3 orang di lantai atas. Untuk yang tidur di lantai atas harus hati-hati… ceiling-nya sangat rendah sehingga tidak memungkinkan untuk berdiri. Intinya sih, rawan kejedot kalo belum terbiasa, hehehe… Oh ya, meskipun kapasitas kamar untuk 7 orang, kamar mandi dalam kamar tetap cuma ada satu sehingga butuh waktu yang cukup lama sampai gue dan 5 orang teman seperjalanan selesai mandi.

Lantai bawah...

Lantai bawah

Hongdae 2

Lantai atas

Hongdae Guesthouse letaknya berseberangan dengan kompleks pertokoan yang ramai dikunjungi oleh mahasiswa dan mahasiswi dari Hongik University. Banyak café, fast food restaurant, bahkan, Hello Kitty Café favorit gue itu juga letaknya tidak jauh dari sini. Ada pula semacam warung tenda yang menjual berbagai jenis camilan khas Korea. Favorit gue itu malah okonomiyaki yang sebetulnya makanan khas Jepang. Pulang dari Korea, gue langsung pesan okonomiyaki saat tengah makan siang di Sushitei, hehehehe.

Hongdae Guesthouse ini sebetulnya memang cukup populer di kalangan backpackers Indonesia. Staf di sana bahkan mengaku kenal dengan salah satu penulis traveling book di Indonesia yang memang pernah mengulas tentang guesthouse ini di salah satu buku perjalanannya. Isi buku itu emang bener banget deh… Hongdae Guesthouse is highly recommended for budget travelers.

Shopping in Seoul

Dalam setiap aktivitas traveling, biasanya gue selalu punya satu hari khusus untuk belanja oleh-oleh. Saat hendak berangkat ke Korsel pun, gue udah list down shopping area di Seoul yang ingin gue kunjungi. Berikut laporannya!

Namdaemun market

Kalo mau belanja oleh-oleh murah meriah, di sini tempatnya! Tipe pasar yang harganya bisa ditawar, terutama kalau kita beli dalam jumlah besar. Tapiii, nawarnya jangan kelewat sadis ya! Pedagang di sana suka tersinggung kalo kita nawar terlalu murah. Mereka bakal bilang, “This is made in Korea, not China!” Oh ya, pedagang di sana umumnya menguasai basic English. Nggak jago, tapi sudah cukup untuk mempermudah transaksi jual-beli.

Toko-toko di Namdaemun umumnya menjual jenis barang yang sama persis, jadi jangan malas compare harga sebelum membeli. Oleh-oleh favorit gue di sini set sendok + sumpit (ada banyak jenis, makin bagus kualitas bahan, ukiran, dan kemasannya, harganya juga makin mahal), gantungan boneka Teddy Bear yang pake hanbok (jangan beli gantungan jenis ini di tempat lain, karena di Namdaemun udah paling murah dan kualitasnya juga bagus), dan berbagai macam gantungan kunci (dari semua negara yang pernah gue kunjungi, gantungan kunci khas Korea ini yang paling lucu). Untuk oleh-oleh makanan, nori di sana enak banget. Ada banyak jenisnya, jadi jangan ragu untuk minta sampel sebelum membeli. Trus banyak dijual teh ginseng, tapi… rasa tehnya nggak enak banget! Kalo kata yang jual siih, teh ini berkhasiat untuk menyehatkan jantung.

Namdaemun terbagi jadi dua: area indoor dan outdoor. Take note area indoor tutup di hari Minggu. Tapi nggak usah khawatir, belanja di area outdoor-nya saja udah cukup kok. Gue juga dateng ke sana waktu hari Minggu. Hanya saja kata penjual di sana, aksesoris yang berbau Korean pop star lebih banyak dijual di dalam gedung.

Untuk sampai ke Namdaemun market, naik kereta line 4, turun di stasiun Hoehyeon dan keluar di Exit 5. Begitu melangkah keluar dari stasiunnya, di situlah Namdaemun market. Banyak turis yang bilang Namdaemun market itu kumuh, tapi kalo menurut gue, masih lebih bagus daripada pasar Tanah Abang lama, hehehehe. Gue pribadi suka belanja di sini, dan cuma Namdaemun saja satu-satunya shopping area yang gue kunjungi sampai 2 kali.

This slideshow requires JavaScript.

 

Dongdaemun

Dongdaemun ini terkenal sebagai pusat grosirnya Seoul. Mirip-mirip tanah abang, satu kompleks pusat perbelanjaan yang terdiri dari beberapa shopping mall. Hanya saja bedanya, Dongdaemun ini ukurannya jauh lebih luas daripada Tanah Abang. Saking luasnya, di kawasan shopping complex ini sampai ada 2 MRT station. Meski begitu, nggak usah takut nyasar! Kita dapat dengan mudah menemukan peta di dalam stasiun MRT yang menampilkan berbagai pusat perbelanjaan di kawasan tersebut.

Untuk sampai di Dongdaemun shopping complex, kita bisa memilih untuk turun di statsiun Dongdaemun History & Culture Park. Saat hendak mencari jalan keluar stasiun, gue menemukan pintu masuk menuju Goodmorning City. Jadilah Goodmorning City tempat pemberhentian pertama gue untuk belanja.

Konsep Goodmorning City dan juga shopping malls lainnya di Dongdaemun itu menyerupai ITC di Jakarta. Isinya deretan toko yang menjual berbagai jenis fashion items yang harganya masih bisa ditawar. Kalo kamu penggemar baju-baju Korea yang sering dijual di online shops itu, maka di sinilah pusat belanjanya!

Melihat baju-baju lucu itu, sudah tentu gue tidak sabar ingin segera membeli. Tapi saat itu gue berpikir… Goodmorning City terlihat terlalu bagus untuk tempat belanja murah (dan memang harganya enggak semurah Namdaemun) sehingga gue memutuskan untuk terlebih dulu membandingkan harga dengan mall lain di Dongdaeumun. Tapi sayangnya, begitu gue keluar gedung, ternyata sedang turun hujan yang cukup deras. Gue pun kembali lagi ke dalam mall untuk mencari payung… and thank God it was raining… pencarian payung membawa gue pada payung Hello Kitty yang lucuuuu banget. Untuk barang yang kemungkinan besar memang asli Sanrio itu, harga yang hanya Rp. 120.000 sudah tentu termasuk murah. Gue pernah lihat payung setipe ini dijual dengan harga di atas Rp. 300.000 di salah satu Facebook online shop. Such a tempting profit huh?

Keluar dari Goodmorning City, gue masuk ke AM/PM. Mall ke dua ini terlihat lebih tua dan lebih sederhana daripada Goodmorning City. Barang-barang yang dijual hampir sama persis, dan di sinilah akhirnya gue putuskan untuk membeli baju-baju dan sepatu lucu untuk dibawa pulang. Gue juga menyempatkan makan siang di foodcourt dalam mall ini.

Puas belanja di AM/PM, gue putuskan untuk beralih ke Insa-dong. Padahal sebetulnya, masih banyak mall di Dongdaemun yang belum gue datangi. Ada pula satu mall yang seluruh lantainya khusus menjual sepatu! Tapi karena keterbatasan waktu, gue lebih memilih untuk beralih ke Insa-dong.

 

Insa-dong

Insa-dong ini sebetulnya daerah yang khusus menjual barang-barang seni. Ada beberapa art gallery, atau sekedar toko kecil yang khusus menjual kerajinan tangan yang umumnya bernuansa tradisional Korea. Jangan bayangkan Insa-dong ini seperti pasar grosir ala Tanah Abang yah, karena Insa-dong ini konsepnya beberapa ruas jalan yang di kanan-kirinya berjejer toko-toko. Suasananya jauh lebih rapih daripada Namdaemun, lebih bersih, dan kualitas barang-barangnya juga lebih bagus. Tapi tentu saja, harganya pun bisa berkali-kali lipat lebih mahal daripada Namdaemun.

Dua hal yang paling gue suka dari Insa-dong adalah premium Korean t-shirt dan berbagai souvenir Hello Kitty. Gue berhasil menemukan boneka Hello Kitty yang mengenakan hanbok di salah satu toko souvenir di Insa-dong (barang-barang HK di toko itu semuanya asli Sanrio, jadi jangan heran jika melihat label harganya). Di toko yang sama, gue juga membeli beberapa buah t-shirt yang bertuliskan kaligrafi Korea. Tanpa perlu melihat label harga, sudah jelas terlihat t-shirt ala Insa-dong ini mempunyai kualitas yang lebih baik dan juga terlihat lebih mewah daripada t-shirt ala Namdaemun. Padahal t-shirt yang gue beli di Namdaemun itu saja kualitas produknya udah termasuk bagus lho.

Saat berkunjung di Insa-dong, gue beberapa kali bolak-balik menyusuri jalan yang sama, just to make sure I did not miss anything out there. Gue suka sama suasananya, suka pula sama keramahan pramuniaganya, kualitas produknya, yang mana semua itu membuat gue ngerasa apa yang gue beli itu emang worth the price. So if you have more budgets to buy something for your families, lovers, or best friend, this is definitely the right place to shop.

P.s.: salut buat badan pariwisata Korea… mereka sadar di Insa-dong ini banyak turisnya, sehingga jangan kaget kalau melihat ada 2 orang yang menyusuri jalan dengan payung bertuliskan “Tourist Information”. They were so helpful to find the shop I was looking for. Thanks!

 

Myeong-dong

Myeong-dong ini konsepnya lebih mirip ke Insa-dong daripada Namdaemun, hanya saja, Myeong-dong ini lebih luas, lebih ramai, produknya lebih bervariasi, dan lebih banyak menjual barang-barang dengan well-known brand. Jangan heran jika kalian menemukan ada lebih dari satu toko Etude dan Face Shop di shopping area ini. Gue berhasil melengkapi daftar titipan make-up teman-teman gue saat berbelanja di Myeong-dong. Sekedar info, kosmetik made-in Korea dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga jual di Indonesia. Selisih harganya bisa lebih dari 50% lho.

Selain menyediakan merk-merk yang terbilang populer, ada pula beberapa toko kecil yang menjual  produk-produk yang sifatnya eksklusif. Ada satu toko yang harga handmade souvenir-nya luar biasa mahal, tapi ada juga yang masih terjangkau. I bought two very cute pens in that store. Ada pula toko sepatu kecil, yang letaknya agak tersembunyi di ujung jalan, yang menjual koleksi sepatu yang tampak manis dan feminim. Hanya saja sayangnya, bahkan ukuran sepatu terbesar di sana pun masih nggak muat buat gue 😦

Oh ya, gue juga sempat menemukan beberapa toko pakaian yang konsepnya mirip-mirip factory outlet di Indonesia. Toko-toko ini biasanya terdiri dari 2 lantai yang cukup luas dengan berbagai koleksi t-shirt yang lucu-lucu, mulai dari t-shirt bergambar Hello Kitty sampai Korean premium t-shirt ala di Insa-dong. So if you want to do some fashion shopping, then Myeong-dong could be a good choice.

 

Everland Souvenir Shop

Sama seperti kegemaran gue belanja di Disneyland, gue juga seneng banget waktu belanja di Everland. Di sana gue beli satu boneka little fox yang baru pertama kali gue lihat di kebun binatang Everland, dan beberapa souvenir Teddy Bear. Saking lucunya benda-benda itu, dalam hati gue berujar… “Aduh… ikhlas nggak yaa, gue kasih ini ke orang lain? Apa gue simpen buat diri gue sendiri aja yaah?” Hehehehe.

Barang yang dijual di toko ini ya tipikal toko-toko dalam amusement park lah yaa. Ada t-shirt, mug, boneka, pulpen, pensil, aksesoris rambut, dan masih banyak lagi! Untuk harga jelas relatif mahal. Gue beli oleh-oleh di sini cuma untuk teman-teman yang gue anggap teman baik aja. Yup… pada akhirnya, semua benda lucu itu berhasil gue ikhlaskan untuk orang lain, hohohoho.

 

Kesimpulannya, gue bisa bilang Namdaemun itu the best place buat belanja oleh-oleh, Insa-dong the best place buat belanja barang-barang yang sifatnya unik, dan Dongdaemun the best place untuk beli baju dan sepatu lucu dengan harga relatif murah. Buat yang niat bisnis, sudah tentu harus datang ke Dongdaemun. Pedagang di sana sudah terbiasa mengekspor barangnya ke negara lain. Jika kita serius mau jadi partner bisnis, mereka akan kasih kartu nama dan katalog produk terbaru akan selalu mereka kirim via e-mail.

If someday I go back to Seoul, I definitely will go back to Insa-dong and Dongdaemun. My shopping day in Seoul was my best day during that trip and I simply want to have such another great day like that! And maybe next time… I’ll be there for a business purpose too, hehehehe.

DMZ Tour, South Korea

Di Seoul, terdapat 2 wisata perbatasan Korsel-Korut yang paling populer: Joint Security Area (JSA) dan Demilitarized Zone (DMZ). Sesuai namanya, JSA merupakan satu area di mana terdapat tentara Korsel dan Korut yang sedang bertugas menjaga perbatasan, sedangkan DMZ merupakan wilayah tidak berpenghuni yang terletak di antara Korsel dan Korut.

Pada saat tahap persiapan, gue sempat bingung… pilih DMZ atau JSA? Masing-masing tur memakan waktu sekitar 6 s/d 8 jam, sehingga sayang rasanya jika belasan jam habis untuk wisata yang berbau-bau perbatasan Korea.

Salah satu travel agent yang gue hubungi (untuk kedua jenis tur ini wajib menggunakan jasa travel agent) mengatakan bahwa JSA lebih menarik daripada DMZ. Based on review yang gue baca pun, atmosfer tur di JSA itu menegangkan tapi menyenangkan. Bayangin aja… sederet tentara Korsel dan sederet tentara Korut saling berdiri tegak berhadapan… Banyak orang suka berlelucon, jika sampai kembali pecah perang, maka orang-orang yang sedang berada di JSA itulah yang nanti akan mati duluan 😀

Setelah diskusi panjang lebar dengan teman-teman seperjalanan, akhirnya pilihan jatuh kepada DMZ. Alasannya, durasi tur DMZ lebih singkat dari JSA. Kemudian ada teman gue yang penasaran kepingin masuk ke dalam terowongan bawah tanah sisa masa-masa perang di jaman dulu, dan terowongan ini hanya bisa kita temui di DMZ, bukan JSA. Pertimbangan lainnya, prosedur memasuki JSA itu lebih ribet daripada DMZ. Harus ada digital passport segala (bingung juga… apa sih yang mereka maksud dengan digital passport?).

Ya, JSA memang lebih strict, itu sebabnya tidak semua agent boleh menjadi penyelenggara utama dari tur ini. Untuk mengakalinya, ada banyak travel agent yang menjadi ‘feeder’ di mana turis yang mereka bawa akan diserahkan kepada penyelenggara berlisensi itu.

Tiba pada hari H, rombongan dibawa mengunjungi beberapa tempat bersejarah yang berlokasi di sana. Selama berada di sana, gue selalu aja nemuin orang-orang yang berusaha buat ‘mengintip’ negara Korut di seberang sana. Mulai dari memasukkan uang koin untuk mengaktifkan teleskop, sampai ada juga cowok yang sampe sengaja gendong ceweknya di atas pundak hanya supaya si cewek bisa mengambil gambar Korut dengan lebih jelas!

Korut terletak persis di ujung sana… di belakang gue.

Yang paling gue suka dari DMZ adalah pada saat berkunjung ke Dorasan Station. Bukan karena gue bisa lihat bangkai kereta jaman perang dulu (jangankan keretanya, ngelihat rel keretanya juga enggak tuh, enggak sampe diajak  masuk ke dalem banget sih), melainkan karena di sana ada beberapa tentara ganteng! Tinggi, putih, perut rata, dada yang bidang… ouch, rasanya udah kayak ngelihat artis Korea, hehehehe.

My favorite army 😉

Kemudian yang paling gue nggak suka dari tur DMZ malah si terowongan itu sendiri. Awalnya gue excited mau masuk ke ex war tunnel untuk pertama kalinya, tapi ternyataa, tunnel-nya itu rendah banget! Cewek jangkung kayak gue mau nggak mau harus jalan sambil bungkukin badan. Nggak keitung berapa kali kepala gue kejedot terowongan (thank God semua pengunjung diwajibkan pakai helm), sehingga lama-lama gue jadi stres takut kejedot lagi. Dalam hati gue berharap supaya cepet-cepet sampe ujungnya dan bisa puter balik ke mulut terowongan.

Entah ini monumen apa… nggak ngerti sama tulisannya 😀

Oh ya, selain menderita karena harus jalan bungkuk sambil kejedot-jedot, penderitaan lainnya adalah jalan menanjak menuju pintu keluar. Makanya saat gue melihat ada tempat duduk, rasanya kayak melihat surga! Gue biarin temen-temen jalan duluan sementara gue beristirahat dulu. Kemudian saat gue ngelirik ke kanan dan ke kiri… ya ampuuun, gue itu satu-satunya anak muda yang duduk istirahat di deretan bangku itu! Whoaa, jadi malu, hehehehe.

Overall, meskipun gue tidak menilai DMZ as one of the best destinations in Korea, tapi kalo dipikir-pikir lagi… pengalaman yang gue dapatkan lumayan seru. Gue jadi bisa pamer ke orang-orang, “Gue pernah lho, masuk ke dalem terowongan bawah tanah sisa perang jaman dulu di Korea.” At least, it’s one life time experience lah yaa 🙂 Tapi tetep aja sih… kalo saran gue, misal kalian juga punya keterbatasan waktu, lebih baik pilih JSA daripada DMZ.

Hello Kitty Cafe in Seoul

It might sounds funny, tapi salah satu most wanted place gue di Seoul adalah Hello Kitty Café. Gue sampe nyiapin satu baju warna pink buat dateng ke sini 😀 Gue suka banget sama warna pink, dan suka banget pula sama Hello Kitty. No wonder kalo gue pengen banget dateng ke tempat ini. Dan benar saja… gue enggak kecewa menyempatkan diri datang ke café ini!

Interior-nya serba pink, serba Hello Kitty, dan serba cute! Bukan cuma dekorasi ruangannya, bahkan makanan dan minumannya pun bernuansa Hello Kitty. Asyiknya lagi, makanan dan minuman itu bukan cuma enak dilihat, tetapi terasa enak juga di lidah. Wafel yang gue pesan rasanya enak, manisnya pas, dan sandwich yang dipesan sama teman gue Tiara juga nggak kalah enaknya! Aaah, jadi pengen makan lagi 😀

Selain menjual makanan, Hello Kitty Café juga menjual cukup banyak pernak-pernik Hello Kitty. Di sana, gue beli satu strap buat kamera gue, dan satu tumbler yang sampe sekarang masih suka gue bawa ke kantor. Kayak anak kecil? Well, emang agak kontradiktif sama kepribadian gue yang cenderung serius dan suka sok tua, tapi buat gue, Hello Kitty itu penyeimbang dalam diri gue, biar nggak cepet tua gitu, hehehehe.

Tapi bicara seriusnya sih, alasan kenapa gue masih suka Hello Kitty meskipun umur sudah 26, karena tokoh ini udah jadi teman bermain gue sejak kecil. Waktu kecil, gue pernah bercita-cita kayak gini, “Kalo nanti aku udah punya banyak uang, aku mau beli Hello Kitty yang banyak!” Jadi jelas, dateng ke tempat yang serba Hello Kitty kayak café ini serasa a dream comes true 😀

Hello Kitty Café Seoul terletak di kawasan Hongik/Hongdae University. Peta yang ada di official website-nya cukup jelas, atau kalau tidak jago baca peta, begitu keluar dari stasiun Hongik, tinggal tanya-tanya saja sama orang-orang yang jualan di sana. Lokasinya memang agak tersembunyi, but once I found it, the little girl inside me screamed, “Hoooray… I found it I found it!”

Jadi, jangan sebut gue norak kalo gue foto di berbagai pelosok Hello Kitty Café, bahkan sampe ke toiletnya juga, hehehehe.

Gyeongbokgung Palace

Sebetulnya, gue bukan tipe orang yang menyukai wisata sejarah. Gue enggak gitu tertarik buat dateng ke tempat-tempat peninggalan sejarah. It always looks old and boring for me. Akan tetapi, anehnya, gue tetep memilih untuk datang ke Gyeongbokgung Palace, salah satu istana yang masih tersisa di tengah kote Seoul. And you know what… gue tertarik datang ke sana hanya karena foto sebuah danau yang tampak cantik dengan warna-warni daunnya. Tapi saat gue datang ke sana… yang ada cuma warna hijauh di mana-mana… Tapi tetep aja, gue ngerasa lumayan excited saat berhasil menemukan danau yang gue cari itu. Memang enggak secantik yang gue kira, tapi gue tetap suka!

Yang namanya istana, ya nggak banyak yang bisa gue ceritakan sebenarnya. Tapi sebetulnya, yang istimewa dari kunjungan ini, sebetulnya kita bisa lho, pinjam hanbok secara cuma-cuma dan kita diperbolehkan berkeliling istana mengenakan hanbok itu! Kebayang nggak sih… berfoto pakai hanbok berlatarbelakang kerajaan Korea asli? Sayangnya… karena keterbatasan waktu, gue dan teman-teman tidak sempat meminjam hanbok gratisan itu 😦

 

 

 

 

 

 

 

Ada satu hal unik yang gue temukan di stasiun kereta Gyeongbok. Di dekat pintu keluar stasiun, ada satu gerbang yang namanya “Gerbang Panjang Umur”. Katanya, kalau kita sekali melintasi gerbang itu, maka kita akan panjang umur. Nah, karena saat berfoto di gerbang itu gue jadi 2 kali ngelewatin gerbang, maka setelah foto, gue lewat sekali lagi, supaya tetap panjang umur, hehehehe.

Pada akhirnya menurut gue, suka nggak suka sama wisata sejarah dan budaya, datang ke Geyongbokgung tetap wajib hukumnya. Kayaknya belum sampe Korea kalo belum dateng ke salah satu istananya gitu. Tempatnya masih terpelihara dengan baik, begitu pula dengan originalitass dan kebersihan lingkungannya. So I think you won’t regret visiting this place. Dan kalau berminat, kita bisa sewa semacam alat pemandu berbentuk mirip MP3 player. Tinggal sentuhkan ujung alat ke salah satu tempat dalam peta, maka alat itu akan bercerita tentang sejarah tempat yang kita sentuh nomornya itu. Dan pastinya… kalau datang ke Gyeongbokgung, jangan lupa befoto pakai hanbok ok! Ini juga akan jadi to do list gue kalo someday balik lagi ke Korsel 🙂

P.s.: Ada traveler lain yang bilang pertunjukan pergantian pengawal penjaga gerbang di istana ini menarik untuk turis, tapi kalo menurut gue sih biasa-biasa aja.

Cooking Nanta VS Jump Show

Salah satu pemicu gue beli tiket berlibur ke Korsel adalah film Hello Stranger, yang bercerita tentang gadis asal Thailand yang berlibur ke Korsel sendirian. Dalam film itu, ceritanya dia nonton live show bernama ‘Jump’ dan dia sangat tergila-gila sama show itu. Jadi sudah pasti, saat gue berkunjung ke Seoul pun, gue tidak boleh melewatkan live show yang satu itu.

Kemudian saat persiapan liburan, gue menemukan satu live show lain yang tidak kalah populernya di Korea Selatan, namanya Cooking Nanta.

Jump dan Cooking Nanta menyajikan 2 jalan cerita yang berbeda. Jump menceritakan kehidupan sebuah keluarga yang jago taekwondo, sedangkan Nanta bercerita tentang kehidupan para koki di dalam dapur sebuah restoran. Perbedaan lainnya, Jump itu semacam pertunjukan bisu, berbeda dengan Nanta yang masih memperdengarkan beberapa baris kalimat, campuran antara bahasa Inggris dengan bahasa Korea.

Yang pertama gue tonton adalah Jump. Pertunjukan dibuka dengan kemunculan seorang kakek di tengah-tengah penonton. Usaha si kakek untuk naik ke atas panggung sudah cukup efektif memancing tawa para penonton. Overall ceritanya lucu, ada unsur cinta-cintaannya juga, tapi sempat terasa membosankan saat bagian mengejar maling yang masuk ke dalam rumah. Untuk pertunjukan taekwondo-nya lumayan memukau, tapi masih bisa dibikin lebih keren lagi kalo menurut gue.

Di hari lainnya, gue nonton Nanta Show. Pertunjukan musiknya terkadang rasanya terlalu lama, tetapi atraksi-atraksinya, misalnya saat atraksi memotong sayuran dengan cepat dan atraksi lempar-tangkap piring-piring yang bertumpuk, buat gue terasa lebih mengesankan daripada martial arts ala Jump. Selain itu ada juga beberapa adegan lucu yang berhasil bikin gue ketawa sampe sakit perut… Hanya saja sayangnya, menurut gue dan teman gue… pusar si koki cewek itu bisa bikin penonton jadi distracted, hehehehe. Oh ya, satu kekurangan lain dari Nanta Show adalah pengucapan kata dalam bahasa Inggris yang tidak tepat. Misanya cabbage yang harusnya dibaca ‘kebej’ malah dibaca ‘kebiji’ sama si koki cowok. Tapi ternyata kesalahan pronunciation itu jatuhnya malah bikin gue jadi cekikikan juga sih. Rasanya malah kayak extra entertainment, hehehehe.

Jika dibandingkan mana yang lebih bagus antara Jump dengan Nanta… gue pribadi lebih memilih Nanta. Alasannya, gue tertawa lebih kencang saat nonton live show ini. Pertunjukan memasaknya yang akrobatis itu juga terlihat baru buat gue ketimbang pertunjukan berantem yang sudah sering gue lihat di acara televisi. Akan tetapi, bagus tidak bagus itu tergantung selera masing-masing. Berbeda dengan gue, kelima teman seperjalanan gue lebih menyukai Jump daripada Nanta. Jadi kalo saran gue sih… lebih baik nonton aja dua-duanya, hehehehe.

Everland South Korea

Udah pernah ngunjungin Disneyland Hongkong dan Universal Studio Singapore bikin gue ngerasa wahana di Everland Korsel itu biasa-biasa aja. Tapi kalo buat gue, seharusnya amusement park itu enggak pernah bisa jadi biasa-biasa aja. Sekitar 2 bulan sebelum mengunjungi Everland, gue dateng ke Trans Studio Bandung sama temen-temen kantor. Cuma Trans Studio yang cupu banget kalo menurut gue, tapi tetep aja, that was one of the best trip I’ve ever had. Gue selalu suka saat-saat ngantri yang diisi dengan tukeran gosip, cekikikan, dan ngobrol ngalor ngidul, kemudian  ketawa-ketawa, atau bahkan teriak heboh saat naik wahana, dan saling komentar, “Gilaaa ya, gila!” saat baru aja turun dari wahana yang mendebarkan. I expected to have those moments in Everlandhanya saja sayangnya, bukan itu yang gue rasakan. But never mindI’ve got bunch of beautiful pictures instead!

Yup, Everland ini bener-bener amusement park paling cantik yang pernah gue kunjungi. Disneyland cantik dengan Sleeping Beauty Castle-nya, tapi Everland lebih cantik dengan beberapa taman bunga dan kolam air mancurnya.

This slideshow requires JavaScript.

Hal yang sangat menarik perhatian gue saat mengunjungi Everland adalah ternyata cowok Korea itu enggak sungkan ikutan pake bando-bando lucu di kepala mereka! Hal yang sama belum pernah gue temukan di amusement park lainnya. Dan gue juga nggak mau kalah dong… Gue juga beli satu bando pita pinky buat gue pake selama main di Everland 😀

Salah satu cowok berbando lucu 😀

Untuk wahana, terus terang enggak banyak yang sempat gue coba. Antrian yang super panjang bikin teman-teman gue malas untuk coba naik. Mereka juga kepengen cepet balik ke Seoul untuk acara belanja kosmetik. Jadi enggak ada banyak hal yang bisa gue tulis dari wahana ala Everland. Ada satu yang paling berkesan, wahana rotating house. Keren aja gitu… rasanya atas jadi bawah, dan bawah jadi atas. Untuk wahana lainnya mirip-mirip sama yang ada di Dufan atau Trans Studio. Untuk wahana 3D Pororo-nya juga biasa aja, tapi ternyata cukup menyenangkan juga ngelihat anak-anak balita sebegitu excited-nya sama si Pororo itu.

That cute little fox^^

Selain berbagai jenis wahana, di Everland ada juga kebun binatangnya. Tadinya gue berharap ngelihat jerapah, tapi tidak kesampaian. Polar bear-nya kelihatan kurus dan bulunya tipis. Untunglah di sana ada bayi singa dan yang paling lucu, gue ngelihat rubah berwarna beige yang imut banget! Saking sukanya sama si rubah, gue nggak ketinggalan beli boneka rubah untuk dibawa pulang ke Indonesia. I really hope to see the same species in Indonesian zoo. A very cute fox!

Hal lain yang cukup menyenangkan dari Everland adalah toko souvenir-nya. Lagi-lagi, gue kalap belanja sama seperti gue kalap belanja di Disneyland. Suka banget deh, sama pernak-pernik Everbear yang dijual di sana… Untuk pertama kalinya, gue beli oleh-oleh tapi bertanya-tanya dalam hati, “Gue ikhlas nggak yah, ngejadiin semua ini oleh-oleh? Mending buat gue aja, hehehehe.”

Kesimpulannya… Everland was fine, but it supposed to be much more fun than that. Gue malah sempat berpikir, “Gue malah lebih hepi waktu pergi ke si Trans Studio yang biasa banget itu…” Bukan salah Everland-nya sih… it’s just the matter of taste. If you wish to have fun in an amusement park, then you’d better go with the people who also love it as much as you do. Di luar itu, Everland termasuk top 3 dalam the best tourist attraction in Seoul versi gue. If you love amusement park, then this place is a must visit in South Korea.

N Seoul Tower

N Seoul Tower ini terkenal karena dua hal: museum Teddy Bear dan lokasi pemasangan gembok cinta. Meski begitu, anehnya, gue malah tidak sempat mampir ke 2 tempat itu saat berkunjung ke N Seoul Tower. Temen-temen gue berubah pikiran, mereka merasa sudah cukup berkunjung ke museum Teddy Bear yang di Jeju, jadi sudahlah… waktunya juga sudah agak mepet waktu itu. Kemudian untuk lokasi gembok cinta… gue juga enggak sempet mampir gara-gara takut ketinggalan kereta gantung terakhir. Ini juga ya sudahlah… nggak lucu juga kalo dateng ke si gembok cinta kalo cuma sendirian… Nggak punya gembok yang mau gue pasang pula, hehehehe. Jadilah gue dan teman-teman cuma naik ke observation deck dan juga belanja-belanja di dalam tower.

Tadinya gue pikir, observation deck di menara ini sifatnya outdoor terrace seperti Victoria Peak di Hongkong. Tapi ternyata cuma ruangan indoor yang meyediakan banyak teleskop jarak jauh. Dengan salah satu teleskop di sana, temen gue bilang dia bisa lihat simbol hotel JW Marriott di Kuningan lho. Jadi untuk mempermudah pengunjung menemukan negaranya masing-masing, sudah tersedia tulisan berapa jarak dari N Seoul Tower ke negara ybs.

Jakarta was 5,268.18 from here

Sebetulnya ada 2 aktivitas yang bisa jadi cukup menyenangkan untuk dilakukan di NSeoul Tower: kirim postcard dari kantor pos paling tinggi di Korea itu, dan menulis di atas balok kayu, yang kemudian balok kecil tersebut ditempelkan ke dinding yang memang khusus disediakan untuk menampung balok-balok yang sudah ditulisi. Di sana, gue sempat menemukan sebuah balok bertuliskan bahasa Indonesia. Isi tulisannya:

“Ini pertama kalinya kita ke Seoul, kita happy banget di sini. We love Korea!”

For a while, I envied those kids… Seems like they enjoyed Seoul much more than I did.

Malam itu, gue lihat salah satu teman seperjalanan gue menulis begini saat check-in via Twitter-nya, “I wish you were here…” yang pasti dia tujukan untuk suaminya.

Dan gue pikir benar juga… N Seoul is a romantic place for couples. Jadi ingat sama adegan favorit gue di Boys Before Flower… Itu lho, yang Jun Pyo dan Jan Di terperangkap di menara dan terpaksa tidur di dalam kereta gantung itu. Kemudian di tengah malam, Jun Pyo menulis begini di dinding kereta, “Jun Pyo loves Jan Di.” Tapi sepertinya tulisan itu sudah dihapus dari kereta gantung yang emang betulan ada di sana. Padahal lucu juga kalo gue bisa ambil foto tulisan si ganteng Jun Pyo itu 😀

Oh ya, ada satu lagi hal yang menurut gue cukup unik dari N Seoul Tower. Jadi saat kita naik lift, kita akan diminta melihat ke bagian atas lift. Di sana ada video 3 dimensi yang menggambarkan seolah-olah kita sedang meluncur naik dengan kecepatan tinggi. Kemudian di dalam, ada pula lantai yang jika kita injak,  maka monitor di lantai itu akan menampilkan gambar seolah-olah lantai itu retak dan berjatuhan ke bawah. Dengan sentuhan teknologi yang lebih mutakhir, gue yakin ide itu bisa jadi sesuatu yang keren banget di mata para pengunjung.

Kesimpulannya… gue cuma bisa bilang… N Seoul Tower masih bisa lebih berkesan daripada itu. Yaah, maybe later, in the next trip gue dateng ke sana lagi sekalian buat nge-date, hehehehe.

 

P.s.: Jangan kaget kalau lihat antrian lift naiknya itu bisa panjaaang banget. Saat mau turun ke bawah juga ngatri lagi. Dan pas mau naik kereta gantung pun, kita masih harus ngantri lagi! Fufufufu.

Korean Folk Village

Korean Folk Village merupakan sebuah theme park yang menyajikan replika pedesaan Korea Selatan di masa yang lampau. Rumah-rumah tradisional, mulai dari rumah sederhana sampai rumah saudagar kaya, pasar tradisional, gedung-gedung pemerintahan, dan masih banyak lagi. Yang gue rasa cukup menyenangkan adalah replika gedung pengadilan Korea jaman dulu. Di sana, gue dan teman-teman sempat berfoto menggunakan alat yang dulu dipakai untuk ‘mengikat’ pada narapidana. Ceritanya saat berfoto, ada yang bertugas jadi pengawal, ada pula yang berakting jadi sang napi!

Untuk membuat suasana pedesaan semakin tampak nyata, seluruh pegawai di sana, mulai dari penjaga pintu sampai penjaja makanan, mengenakan pakaian tradisional Korea. Ada pula orang-orang yang terlihat sedang ‘bekerja’ di pasar tradisional, atau ‘bekerja’ di replika semacam tukang pandai besi gitu. Belum lagi beberapa cowok ganteng dan cewek cantik yang berkeliaran mengenakan hanbok yang lebih mewah. Yang bikin gue senang, gue sempat berfoto dikelilingi 3 pengawal yang unyu-unyu. Kesannya kok, kayak tuan puteri yang lagi dikelilingi sama pengawalnya, hehehehe.

The princess and 3 warriors;)

Selain menyajikan suasana Korea tempo dulu, tempat ini juga terkenal dengan beberapa pertunjukan rutinnya. Gue sempat lihat 3 show: pernikahan tradisional, pertunjukan taekwondo, dan satu pertunjukan street dance. Untuk pernikahan tradisional sebetulnya cuma begitu-begitu aja, tapi lucu juga kalo ngelihat sepasang pemeran pengantin yang kelihatan malu-malu betulan. Padahal ternyata, sepertinya sih mereka itu cuma dua orang tamu yang aslinya udah punya anak balita! Yang unik dari pernikahan tradisional Korea, kalo di sini ada budaya melepas sepasang burung merpati, maka kalo di sana, ada tradisi melepas dua ekor ayam! Apesnya, salah satu ayam itu sempat mendarat di punggung gue dengan manisnya… Setelah upacara pernikahan, pasangan pengantin itu diarak keliling kampung yang juga diiringi oleh para penonton.

Untuk pertunjukan taekwondo, yang bikin gue ngerasa takjub adalah pertunjukan itu dilakukan oleh anak-anak usia SD! Hebat aja gitu masih kecil udah bisa beratraksi sekeren itu… Sempet ada satu anak yang gagal menendang balok sampai patah, tapi anak itu tetap kelihatan tenang dan meneruskan penampilannya dengan baik.

Yang terakhir street dance… ini dia yang menuwut gue paling biasa banget. Gue pernah ngelihat street dance yang jauh lebih keren di Universal Studio Singapore. Bosan nonton street dance yang cuma gitu-gitu aja, gue dan Tiara kembali keliling untuk cari tempat yang menarik untuk berfoto. Tadinya kita sempat pengen coba diramal garis tangan, just for fun, tapi sayang, ternyata harus bayar dengan harga lumayan mahal. Waktu itu pikir gue, belum tentu si peramal bisa ngomong bahasa Inggris… Jadi sudahlah, toh gue juga sama sekali enggak pernah percaya sama ramalan.

Setelah makan siang, gue dan teman-teman langsung menunggu bis untuk mengantar kita kembali ke pusat kota. Gue pribadi ngerasa kecewa hari itu… enggak sempat melihat pertunjukan Man on the Rope. Soalnya dari beberapa blog yang pernah gue baca, justru pertunjukan itulah yang paling meninggalkan kesan dari kunjungan ke Korean Folk Village. Tapi sudahlah… there might be another time to watch the show.

Overall, Korean Folk Village was not bad for me, tapi nggak juga meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Beda banget sama beberapa blogger lain yang sampe betah main seharian di tempat itu. Jadi gue rasa sih, bagus atau enggak itu sifatnya relatif lah ya. Temen gue malah ada yang kelihatan sangat tidak menikmati kunjungannya ke sana. However, buat penggemar drama Korea, tempat ini termasuk must visit. Ada cukup banyak serial tv yang mengambil gambar di tempat ini. Misalnya saja, Jewel in The Palace favorit gue itu! Dan pastinya, kalau kamu berkunjung ke tempat ini, jangan lewatkan rangkaian live show-nya! Kemudian jangan malu-malu buat minta foto bareng cowok-cowok ganteng di tempat itu oke 😉