Jadi Atasan (yang Baik) Itu Susah!

Menulis review soal film My Stupid Boss membuat gue jadi kepikiran… Banyak orang (termasuk diri gue sendiri, to be honest) yang suka membicarakan daftar kejelekan bosnya diam-diam. Padahal kenyataannya, jadi atasan yang baik itu sangat-sangat susah lho. Could we do better than our boss if we were them?

Apa sih, yang paling sulit dari menjadi atasan? Menjaga tingkah laku, kalo menurut gue. Itulah sebabnya, menjadi bos itu sebetulnya pekerjaan 24 jam. Sudah di luar jam kerja bukan berarti gue boleh seenaknya nulis apapun yang gue suka di socmed dan blog gue sendiri, misalnya. Segala jenis omongan betul-betul harus disaring dan setidaknya buat gue, menahan diri itu betul-betul susah! Apalagi kalau sedang bad mood dan banyak masalah…  Bawaannya emang kepingin mengeluarkan segala pikiran jelek yang terlintas di benak gue aja gitu.

Selain itu, gue juga merasa tantangan terbesar dari memimpin tim adalah keharusan untuk selalu menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan gue pribadi. Gue sering mengambil keputusan yang gue sadari sudah merugikan kehidupan pribadi gue. Misalnya, menegur rekan kerja yang juga teman baik gue sendiri, membatalkan janji dengan keluarga hanya karena meeting yang luar biasa penting, atau yang paling menyebalkan, harus bisa bersikap tegas dengan rekan kerja pria yang diam-diam gue sukai. Sudah tidak terhitung berapa kali gue berhasil bikin cowok jadi menjauh hanya karena gue harus ‘mendisiplinkan’ mereka. Big sigh…

Kemudian yang tidak kalah sulitnya, saat kita sudah menjadi atasan, maka semua kesalahan bawahan adalah kesalahan kita sendiri juga. Kadang gue pribadi ngerasa kesal harus rela melakukan hal ini. Meminta maaf atas kesalahan tim gue misalnya. Gue juga kesal banget sama mereka, tidak setuju dengan tindakan mereka, tapi gue tetap harus minta maaf anyway. Kenapa harus begitu? Karena gue punya kewajiban untuk mengembangkan dan mendidik tim gue sendiri, dan dalam kasus ini, gue gagal untuk melakukannya.

Yang terakhir, yang tampaknya menjadi tantangan terbesar bagi atasan pada umumnya adalah menanggung resiko atas keputusan yang harus kita ambil. Keputusan kecil saja bisa jadi begitu mahal harga yang harus kita bayar karenanya. Semakin tinggi jabatan, semakin mahal harga dari kesalahan yang kita perbuat. Betul-betul bisa bikin keringat dingin, terus terbayang siang dan malam, atau bahkan bisa sampai terbawa mimpi!

Oh ya, hampir lupa satu lagi: sulitnya menjadi atasan adalah saat harus bisa berbesar hati saat tahu tim yang gue perjuangkan sekuat tenaga itu malah diam-diam menggunjingkan di belakang punggung gue. Benar-benar tidak enak rasanya. Itulah sebabnya, jika gue curhat soal atasan ke teman-teman gue, maka gue akan pastikan bahwa gue juga akan menyampaikan hal yang sama langsung ke atasan gue yang bersangkutan. Karena bagaimanapun, atasan juga hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

See? Menjadi atasan yang baik itu tidak mudah! Tidak semua orang bisa. TAPI, jika kita sudah terpilih jadi atasan di dunia kerja, maka sebetulnya kita tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus belajar untuk bisa menjadi atasan yang baik untuk tim kita itu.

I believe leadership is a responsibility. The leaders are paid higher for a reason. Be a good one and make yourself deserve every penny you earn as your salary. It’s not easy to be a good boss, but it’s totally doable! Good luck, leaders! Let’s be awesome! 

My Stupid Boss the Movie

Saat pertama dengar film ini akan tayang, awalnya gue lupa-lupa ingat; ini film adaptasi novel yang mana ya? Rasanya kok familiar banget gitu. Lalu entah kenapa, gue malah sempat teringat dengan novel yang bercerita soal atasan yang selingkuh dengan sekretarisnya! Baru saat melihat poster filmnya gue menyadari… Ini My Stupid Boss yang lucu banget itu! Yang diangkat dari kisah nyata itu! Jadilah gue yang awalnya pengen nonton AADC (lagi) malah beralih ke film ini.

Soal jalan cerita kurang lebih sama persis kayak bukunya. Sepanjang film dipenuhi kekonyolan Bossman yang bikin penonton tertawa geli. Di luar itu, ada pula interaksi antar pemain lainnya yang terasa cukup menghibur (untuk bagian ini rasanya tidak pernah ada di versi bukunya). Klimaks cerita hanya sekedar Diana marah besar tetapi langsung jadi luluh saat melihat sisi baik hati dari bosnya itu.

Selain sukses bikin gue tertawa terbahak-bahak, ada pula adegan yang membuat gue ngerasa tersentuh. Yang pertama adegan saat Diana menari-nari dengan teman sekantornya (friendships in office nowadays is hard to find!) dan apa lagi kalau bukan adegan di panti asuhan! Adegan yang seolah mengingatkan kita bahwa selalu ada sisi baik dalam diri setiap orang.

Ya, itu dia pesan moral dari buku dan film ini: selalu ada sisi baik dalam diri setiap orang; semenyebalkan apapun orang tersebut. Dan tiba-tiba saja, gue jadi teringat dengan bos gue yang dulu. Tipe bos yang tidak kelihatan seperti bos. Penampilan sederhana, suka ngomong blak-blakan, senang bercanda dan suka dengan polosnya bilang begini, “Kalo yang susah-susah tanya Riffa aja, dia lebih pintar dari saya, hahahaha.”

Believe it or not, bos gue yang satu ini justru masih jadi bos terbaik yang pernah gue punya. Gue pernah punya bos lain yang jauh lebih pintar, yang lebih bijaksana, bahkan ada pula bos lain yang lebih serius berupaya untuk mengembangkan karier gue, tapi tetap saja, mantan bos gue yang sangat unik itu tetap meninggalkan kesan yang paling mendalam.

Kenapa bisa begitu? Karena banyak hal yang gue pelajari dari dia!

Gue banyak belajar soal kepemimpinan dari bos gue itu. Misalnya, mau tahu kunci untuk mendapatkan loyalitas tim? Jangan pernah jadi atasan pelit yang suka hitung-hitungan! Dan tidak ada salahnya sesekali mengeluarkan uang untuk tim dari dompet kita sendiri! Bukan untuk membeli loyalitas, tapi untuk sekedar membuktikan bahwa kita punya niat baik untuk merangkul tim kita lebih dari hanya sekedar rekan kerja!

Gue juga banyak belajar memaafkan dari bos gue itu. Kelakuan gue di awal kerja benar-benar enggak banget deh. Terlalu labil dan suka heboh mendramatisir keadaan. Si mantan bos udah banyak banget memaklumi kelakuan gue itu. Alasannya sederhana, karena saat itu gue dianggap masih sangat muda. Itu pula sebabnya, jika sekarang gue melihat tim gue bersikap kekanakan, gue akan coba nasehati sambil coba memaklumi, “Mereka masih muda… Suatu saat juga mereka akan sadar dan belajar dari kesalahannya.”

Si mantan bos ini juga mengajarkan gue soal pentingnya berusaha memahami perasaan tim kita sendiri. Amati dan coba tempatkan diri kita sendiri di posisi mereka. Bukan berarti kita harus berusaha membuat mereka selalu merasa senang, melainkan untuk membantu mereka menyelesaikan masalah mereka di dunia kerja. Saat kita sedang menolong bawahan itu sebetulnya sama saja kita sedang menolong tim, perusahaan, dan juga diri kita sendiri sebagai atasannya!

Selain tiga pelajaran penting itu, masih banyak hal-hal kecil lainnya yang gue palajari dari mantan bos gue itu. Soal memberikan perhatian-perhatian kecil, pentingnya memberikan penghargaan atas kerja keras tim, soal team bonding dan lain sebagainya. Itulah sebabnya, tiap kali atasan-atasan gue selanjutnya memuji bakat kepemimpinan gue, dalam hati gue akan langsung teringat dengan atasan gue yang satu itu. Meski gue udah enggak kerja bareng dia lagi, segala hal yang dulu gue pelajari dari dia tetap selalu membantu gue di perjalanan karier gue selanjutnya.

Oh ya, tahu apa lagi satu hal penting yang gue pelajari dari dia? Bahwa sekeras apapun kita berusaha, kita tetap tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Kita tetap tidak akan pernah bisa jadi bos kesayangan semua orang. And it’s okay! As long as you’ve done your best, then the rest is none of your business.

Selamat hari Senin dan selamat mencoba untuk jadi atasan yang baik! Don’t be a stupid boss, okay? 😉

A Letter to 12 Years Old Me

I watched an episode in Asia’s Next Top Model and it inspired me to write this blog; a letter from me to little me many years ago. Don’t read it if you think you’ll hate it though, hehehehe.

Dear Riffa, 12 years old Riffa

I know you feel like an ugly duckling right now. I know that you get bored, angry, disappointed and all that negative feelings about your own life. But you don’t need to worry! It won’t last forever. It will take years until you get there, but YOU will change your own life.

You will meet your first love at 13. And just a little while after that, you will also meet someone else who changes your entire life. It’s unfortunate that right when you realize the one that really matters to you, it will be too late already. He will be gone and it will be your last met with him for so many years to come. It will be one of your biggest regrets in life, but that’s okay! That’s how you’ll learn how to cherish the ones who love you with all their hearts. He may never know it, but you will carry that passion he shared with you for the rest of your life. It will change you inside out until finally, you will make yourself proud for just being the very best of you.

Later in high school, you will start to learn how to build a true friendship. You will meet a couple of friends to share your teenage life with. You’ll find some new crushes, they will drive you crazy, and they will make your life at school become even more colorful than before! You will be a popular girl, you will have a teenage life that some people can only dream of. You will not graduate as the best student even after your very best effort and it will break your heart, but no worries! It will only encourage you to study even harder in your first degree. In your college, you will finally be known as a bright student, you will write a remarkable thesis, and you will start your career in a company that you always wanted.

Did you know the best part of your future 20’s life? You will be very good at your job. You will get bored with your first dream job but you will still make the best of it anyway. It will lead you to at least two other career opportunities that will turn your dreams to reality. It will be hard, you will stumble and fall, you will cry alone in the middle of the night the first time you realize the responsibility you hold on your shoulders, but you don’t need to be afraid! You will overcome it all. You will wipe your tears, get up and stand up even higher than before! Your career will make you a better, wiser, and happier you.

After growing up, many of your old friends will leave your life, they will no longer bother to make time for you like they always did. But it doesn’t mean you will end up all alone! Life will take you to the very best friends of your life. They will be your partners to laugh and cry. They are your ‘someone to call’ in your very bad days. And they will be brutally honest to wake you up from your own stupidity in many things in life. They are not perfect and they will really upset you sometimes, but they are the ones who will always forgive you and find their ways back to you all over again. And you too will always want to have them around for the rest of your life. There will be some times you look at them and you tell yourself, “I can’t picture my life without these amazing people!”

In your mid 20’s, you’ll come to learn how a real love feels like. You will really learn how to love this time. And to let go of the ones that you sincerely love to the moon and back. You’ll learn that when you really love somebody, all that you want is them to be happy, even if that happiness doesn’t include you as a part of their lives anymore. The heartbreaks will really knock you down, but again, it will only make you a better person! You’ll fall for the wrong ones over and over again but you will never lose your faith! Love will be very challenging to you, your loved ones will take you for granted and stop fighting for you, but did you know? You will be more than just fine! You’ll manage to stay happy even when you don’t always get the loves that you deserve. You will always believe that just like many other things in your life, you too will get there. Someday you’ll get there!

The older you are, the more you’ll realize that life is a battlefield. People can be cruel, mean, unfair, and all bad things that you can imagine. You will always be too little or too much for the one who doesn’t want you in their life. Some people will want to put you in the closet and they will make you feel like you’re unwanted. It’s heartbreaking, but you will be strong enough to walk away. You will love yourself so much that you realize you deserve better. You may cry inside but you will move on and you will be just fine! You only belong with the people who love you and want you as much as you do.

I know that it sounds like your life is not going to be easy. Life will push you almost beyond your boundaries. Your job will demand you to grow faster than your actual age, but it will also take you faster to your childhood dreams. You will finally see the world and you will eventually have all the fancy things you used to dream of. And even though your love story is always bumpy and tough, it will also be a very good story to tell! It will give you your kind of fairy tale with your own kind of happy ending. Believe me when I say, your life can be everything but ordinary.

Stay strong even in the worst possible time. Learn to smile after you cry. Learn to forgive as much as you can, and it includes forgiving yourself for your own failures and imperfections! Learn how to dance with the rains and storms as your music. And never ever be too tired for your own dreams. Do it persistently and you will be right where I am right now. Don’t be too worried because you will finally know how a happy life feels like.

 

Love;

Yourself

Every Girl Would Love to Have Her Fairy Tale

 

IMG_8234It’s all started while I was copying the pictures of my last vacation to Disneyland. A Cinderella Movie just started playing at HBO and it got me thinking… Deep in their heart, all girls I know are dreaming of a fairy tale in their own life. All girls, including myself.

I know that people know me as a modern female ‘warrior’. I fight hard for my dreams and for everything that I believe is right. I don’t give up easily, I stand up even higher after I fall. And as many of you know, I’m never afraid to speak up my mind. So yes, I believe it’s true that I’m a warrior on my own.

But did you know? Once upon a time, I was just an ordinary little girl who was falling for fairy tales. Everytime I read them in my books or watched them on TV, I smiled alone and told myself that someday I would meet my prince charming too. He would come to rescue me and we would live happily ever after. A happy ending; me and him against the world.

Many years have passed me by and I have survived (even more that just survive I would say) so many tough battles in my life, even though I am all alone. With that being said, does it mean that I no longer need my prince charming to rescue me?

Rescue me? You’re kidding me! Why would I need to be rescued from this amazing life I already have? 😉 But seriously… I no longer think that I need to be rescued. All that I need right now is just a right person who is willing to fight the battles to come, together with me; just me and him against the world.

As a grown up, I’ve come to learn that life is not as easy as a fairy tale. Real life is a battlefield, a never ending one. One ending is always just another beginning. That’s why to me, as long as I can find someone who stays with me to conquer it all, then it would be all that I need. It would be nice if he comes with flowers, sweet surprises, and all sweet things to make me smile alone when I think of him. He doesn’t need to be perfect, he only needs to be the very best of him, loves me, and fights for me sincerely.

Just by that, I would already have my happy ending in my love story. And that’s my friend, my kind of fairy tale that I would love to have.

Wish you all a lovely week ahead!

Why do We Fall for AADC 2?

Spoiler alert! Jangan baca kalau enggak mau tahu jalan cerita dan ending film-nya!

Belakangan ini gue baru menyadari bahwa sebetulnya, jalan cerita AADC 2 itu tidak ‘ideal’. Sebetulnya, Rangga dan Cinta melakukan hal yang kalau menurut istilahnya Cinta, hal yang ‘jahat’. Coba dipikir lagi… Rangga ngerebut tunangan orang lain dan Cinta selingkuh dari tunangannya. Well, she kissed Rangga first in that movie, didn’t she? Buat gue itu sama aja dengan selingkuh, hehehehe.

Tapi entah kenapa, fakta bahwa mereka berdua melakukan hal yang sifatnya jahat sama sekali tidak mengganggu gue selama nonton film itu. Padahal biasanya, gue paling sebal kalau nonton film tentang orang-orang yang selingkuh. Kesannya kok, seperti membenarkan hal yang salah gitu. Tapi sekali lagi, anehnya, gue tidak merasakan rasa sebal yang sama saat nonton AADC 2.

Kenapa bisa begitu?

Mungkin, tulisan gue setelah ini tidak merepresentasikan pendapat semua orang, tapi jika kamu juga merasakan hal yang sama dengan gue, maka bisa jadi, berikut ini alasannya.

Bisa jadi, kita tidak merasa ada yang salah dengan lanjutan kisah Rangga dan Cinta karena pada dasarnya, kita semua ingin melihat bahwa pada akhirnya, cinta sejati pasti akan bersatu. True love will win, it will always find a way back to each other. 

Kalau meminjam nasehatnya salah satu teman gue, “Jangan sampai elo mutusin buat give up tapi nanti, bertahun-tahun dari sekarang, elo bertanya-tanya sama diri lo sendiri; what if you did it differently? Jangan pernah bikin keputusan yang bikin elo berakhir dengan pertanyaan ‘what if‘ itu.”

Hanya saja kenyataannya, tidak semua orang punya kemampuan atau mungkin kemauan yang cukup keras untuk memperjuangkan true love itu sendiri. Tidak selalu soal mantan pacar yang pernah terlanjur kita tinggalkan, tapi juga semua kesempatan yang pernah kita lewatkan hanya karena kita anggap sebagai ‘mission impossible‘. Itulah sebabnya, saat kita melihat kisah percintaan di layar kaca, kita seolah berkaca pada pengalaman diri sendiri dengan harapan akan melihat ending yang berbeda. Kalau pemikiran gue sendiri, “Di dunia nyata aja hidup gue udah nggak happy ending, masa’ gue nonton film enggak happy ending juga sih?”

Nyaris semua orang yang nonton AADC 2 sudah mengikuti kisahnya Rangga dan Cinta dari film pertamanya. Seolah masih segar di ingatan kita naik-turunnya mereka berdua, betapa cute-nya proses pdkt mereka berdua, sehingga saat melihat merasa nyaris terpisahkan, kita jadi cenderung berpikir, “Seriously? You want to let it go?” Kita jadi melupakan bahwa dalam kisah itu, ada Trias yang tersakiti hatinya 😉

By the way, omong-omong soal Trias, meskipun amit-amit banget sih ya, tapi kalo gue jadi dia, gue akan lebih memilih untuk mengikhlaskan Cinta. Gue malah akan bersyukur Rangga datang kembali di saat yang ‘tepat’. Buat apa married sama seseorang yang hatinya masih ‘milik’ orang lain? Cepat atau lambat, Rangga akan jadi masalah dalam pernikahan mereka anyway. Dan percaya nggak percaya, gue cukup sering menemukan kejadian seperti ini dalam kehidupan nyata.

Dan ya, selain soal cinta segitiga, banyak hal dalam kisah AADC ini sangat dekat dengan kehidupan kita sendiri.

Jatuh cinta dengan orang yang jauh berbeda dengan kita.

Jatuh cinta dengan orang yang sama sekali tidak terduga.

Kisah cinta yang awalnya tidak ‘direstui’ orang-orang terdekat kita.

Terpaksa pisah atau putus karena keadaan.

Perpisahan tanpa penjelasan.

Waktu yang terbuang hanya untuk bertanya-tanya, “Apa yang salah?”

Dan penyesalan yang datang kemudian.

Segala hal yang sifatnya common itulah yang membuat AADC melekat erat di hati kita. Setidaknya, melekat di hati gue. Dan sekali lagi, kesamaan itu pula yang membuat kita mengidam-idamkan happy ending antara Rangga dan Cinta. Happy ending yang diam-diam, kita harapkan untuk diri kita sendiri.

Dan tahu apa yang bisa kita pelajari dari film AADC? Happy ending itu tidak ditemukan, tapi diusahakan. Fight for someone you love. Give your very best fight, before you give it up.

Another Solo Traveling Will Be Fun!

Tiba-tiba, gue teringat dengan solo travel gue di 2 hari pertama gue di Greece September tahun lalu. Dan tiba-tiba pula, mumpung masih single, gue kepingin  sekali pergi traveling sendirian. Ke Eropa. Kenapa Eropa? Karena menurut gue, berlibur ke Eropa itu betul-betul paling terasa nuansa traveling ke negeri asingnya. Budayanya, penduduknya, gaya arsitektur dan tata kotanya…

Lalu apa menariknya traveling sendirian? Banyak!

Gue pernah ngobrol akrab dengan supir taksi yang gue book seharian untuk keliling Kalambaka, Greece. Banyak obrolan menarik yang tidak akan terjadi jika saat itu gue tidak sendiri secara bisa jadi gue akan lebih banyak ngobrol dengan teman gue sendiri. Asyiknya lagi, si supir taksi ini senang banget fotoin gue di begitu banyak tempat yang fotogenik. He insisted me to jump to a cliff just to get a stunning picture and I’m glad he did! Foto-foto hari itu udah jadi salah satu koleksi foto paling keren yang pernah gue punya.

Di Kalambaka itu gue sempat juga ikut tur bareng travel agent resmi, berbaur dengan satu keluarga asing lainnya. Gue banyak ngobrol dengan mereka, banyak ngobrol dengan tour guide-nya, bahkan, gue dan si tour guide berlanjut berteman di beberapa social media.

Satu malam di Santorini juga sempat gue habiskan sendirian. Gue pergi nonton live show yang tidak diminati teman seperjalanan gue. Melihat gue hanya duduk sendiri, sekelompok wanita paruh baya dari US mengajak gue untuk bergabung dengan meja mereka. Gue pun menghabiskan sisa malam dengan bernyanyi dan bertepuk tangan bersama dengan mereka.

Kembali lagi ke Kalambaka, di kereta pulang menuju Athens, gue sempat duduk satu coach dengan cowok asal Dubai. Cowok yang jago banget flirting kalo menurut gue. Baik, lucu, dan sangat membantu gue dengan koper gue yang super berat itu. Holiday fling? Bisa jadi. Dan gue sangat menikmatinya! Ngerti kan sekarang, kenapa gue ingin traveling sendirian mumpung gue masih single? Hehehehe.

Segera setelah ide itu muncul di benak gue, gue langsung sibuk menyusun rencana.

Gue ingin menghabiskan lebih banyak waktu di Paris dan sekitarnya. Gue ingin mewujudkan salah satu things to do before 30-nya gue: beli satu tas LV langsung di butik Paris! Gue naksir berat sama hat box-nya LV yang sepertinya tidak dijual di Jakarta.

Kemudian gue ingin mampir sebentar ke Italia, Spanyol, dan Jerman untuk meet up dengan mantan teman-teman sekantor yang pernah kerja di Lazada. Sudah waktunya memanfaatkan privilege kerja di perusahaan multinasional yang banyak ekspatnya, hehehe. And it’s gonna be fun to catch up with them again after long time no see!

Kemudian masalah foto-foto. Tadinya gue pikir, rugi pergi jauh ke Eropa kalo nggak ada teman yang bantu fotoin gue. Tapi sekarang gue sudah punya solusinya! Gue bisa sewa 1 travel photographer untuk 1 sampai 2 hari penuh! Mereka itu penduduk lokal yang khusus menangani turis-turis asing. Mereka pasti lebih tahu tempat-tempat menarik untuk berfoto!

Aaaah, it sounds so exciting, right? Masalahnya cuma satu… Jatah cuti gue tahun ini sudah habis! 😦 I think I’m gonna spend the next few weeks to figure out how to make it happen before I turn 30 November this year, hehehehe.

Terlalu Sibuk itu Hanya Mitos!

Gue pernah baca satu quote di Instagramnya Mandy Hale, “Too busy is just a myth.”

Baca quote itu mengingatkan gue sama teman-teman lama yang sangat sulit diajak meet up. Alasannya, karena terlalu sibuk. Ada yang sibuk dengan pekerjaan, ada yang sibuk dengan acara keluarga.

Mari kita bahas satu per satu. Gue punya alasan kuat untuk meyakini bahwa terlalu sibuk itu betulan hanya ‘mitos’ semata.

Yang pertama soal terlalu sibuk bekerja. Well, gue sendiri kebetulan bukan tipe orang yang bekerja hanya 9 to 5 alias datang tenggo dan pulang tenggo. Gue kerja lembur hampir tiap hari. Selalu ada saja kesibukan yang bikin gue harus pulang lebih larut. Malah terkadang, pekerjaan bisa saja mengganggu akhir pekan gue. Texting soal pekerjaan saat sedang asyik nonton di bioskop? Harus cepat pulang ke rumah hanya untuk buka laptop dan kirim report? Mendadak harus datang ke kantor di hari Sabtu dan Minggu? Sudah bukan hal baru buat gue. Tapi apakah ada sahabat gue yang mengeluh sangat sulit bikin janji ketemuan sama gue? Dijamin tidak ada!

Kemudian soal acara keluarga. Gue kebetulan terlahir di keluarga yang sangat besar. Bokap dan nyokap masing-masing punya 6 saudara kandung. Belum lagi saudara jauh dari kakek-kakek dan nenek-nenek gue yang masih cukup erat kekerabatannya. Saking banyaknya, misal gue married dan mau mengundang semua keluarga, bisa-bisa 500-600 undangan akan habis untuk keluarga gue saja. Nah, meski gue belum married, jumlah keluarga gue sendiri sudah cukup banyak, bukan? Jadi banyak acara keluarga? Memang. Tapi tidak sebanyak 30 hari dalam sebulan! Belum tentu ada yang married, tunangan, sunatan atau merayakan ulang tahun tiap bulannya. Arisan keluarga juga paling banyak hanya 2 acara tiap bulannya. Itupun jujur, gue jarang banget menghadirinya. Makanya gue suka penasaran apa benar ada keluarga besar yang selalu punya hajatan setiap akhir pekan setiap minggunya? Hehehe.

See? Terlalu sibuk itu hanya mitos. Gue selalu punya waktu untuk teman-teman gue. Gue toh bukan selebritis yang sibuk tur, bukan bula presiden RI yang sangat padat agenda kerjanya. Bahkan selebriti pun masih sering posting foto hanging out bareng teman-temannya kan!

By the way, jika hal ini juga terjadi dalam pertemanan kamu, sebetulnya tidak perlu berkecil hati. Hal ini bisa terjadi sama semua orang yang sudah beranjak dewasa. Yang penting cukup pastikan saja bahwa kita tidak ketularan pura-pura sibuk! Jangan jadi teman yang egois. Sibuk cari teman saat hanya sedang kesepian atau butuh pertolongan. It’s a big no no!

Finally, sisi positif dari fenomena ini adalah kesediaan untuk meluangkan waktu sebetulnya bisa jadi kriteria yang memudahkan kita untuk menyeleksi teman-teman lama kita. Kita jadi tahu mana yang sahabat sejati serta mana sahabat yang hanya datang saat ada maunya. Atau mana sahabat yang masih menganggap kita penting serta mana sahabat yang hanya menganggap kita bagian dari masa lalunya. If we still matter to them, they will make time for us. Period.

AADC dan ‘Rangga Syndrome’

Warning! This post contains spoiler! Save this post for later unless you are keen on having some kind of sneak peek here 😉

Jadi ceritanya hari ini gue nonton AADC 2 setelah tertunda satu minggu gara-gara Hong Kong-Macau trip gue. Tadinya gue pikir, asyik juga kalo nontonnya sekalian movie date. Tapi berhubung masih jomblo juga, ya sudahlah, nonton sama teman-teman sekantor juga nggak masalah. Dan bener deh, meskipun kamu suka nonton sendirian, khusus untuk AADC lebih baik cari teman nonton. Secara AADC itu identik dengan cerita percintaan dan persahabatan  kan tuh. Sedih aja kalo jadi berasa udah pacar nggak punya, masa’ teman nonton juga nggak punya? Hehehehe.

Di awal film, gue sibuk menganalisa penampilan Cinta and the gank. Mereka itu kan ceritanya kelahiran tahun ’86, which is seangkatan sama gue, dan sempat terpikir di benak gue, “Well… Gue masih lebih awet muda kalo dibanding sama mereka, hehehehe.”

Semua pemain ceweknya lebih cantik sekarang kalo menurut gue. Paling salut sama Titi Kamal. Masih langsing meskipun anaknya udah lebih dari satu! Lalu untuk si ganteng Rangga… Gue yakin banget Nicholas Saputra sampe diet ketat hanya untuk main film sekuel ini, hehehehe.

Hal selanjutnya yang gue amati sudah tentu akting para pemainnya! Gaya akting yang masih nggak jauh beda dengan AADC 1 belasan tahun yang lalu. Dan entah kenapa, ada beberapa adegan Rangga-Cinta yang bikin gue bergumam, “Ih apaan sih” saking kaku dan jadulnya. Maksud gue, emangnya masih ada ya, orang Jakarta yang ngobrol dengan kosakata dan intonasi seperti itu di tahun 2016 ini? Terlalu kaku, baku, dan nggak enak didengar. Dan satu lagi, saat pertama Rangga muncul di layar, gue langsung cekikikan, “Si Rangga masih galau aja!”

Terlepas dari beberapa adegan kaku yang bikin gue berkerut dahi itu, tetap ada, bahkan lumayan banyak, adegan yang bikin gue senyum-senyum sendiri. Berantemnya Rangga dan Cinta emang selalu bikin gemas! Komentar salah satu teman nobar gue, “Pelajaran dari AADC 2: kalo cewek lagi galak mode: on, jangan langsung dikonfrontasi. Ajak jalan-jalan dulu! Bravo, Rangga!” Dan emang bener, cara Rangga mengatasi amarahnya Cinta udah berhasil bikin hati penonton jadi ikutan lumer, hehehehe.

Selain bikin senyum-senyum sendiri, ada pula adegan romantis dan sedih yang bikin gue merinding. Bener-bener merinding. Kayaknya ini film yang paling banyak bikin gue jadi merinding deh. Tipikal merinding yang bikin gue mempertanyakan keputusan yang baru saja gue ambil untuk love life gue sendiri. Tipikal merinding yang bikin sedih sekaligus bikin kita kangen sama orang yang kita suka. Tipe merinding yang bikin kita kepingin jatuh cinta lagi 😉

Tahu apa lagi yang gue suka dari AADC 2? Lokasi syutingnya! Gue tidak menyangka Yogyakarta bisa tampak seindah itu. Dari sekedar vila tempat Cinta dan teman-temannya menginap saja sudah luar biasa cantiknya! Belum lagi sederetan tempat kencan reuninya Rangga dan Cinta! Aaah… Jadi pengen balik lagi ke Yogyakarta! Tempat gue pertama kali ketemu sama first love gue dulu! 😉

Finally soal jalan cerita. Agak-agak klise sih menurut gue. Nggak sengaja ketemu di Yogya dalam waktu yang bersamaan? Cinta nyaris ketabrak truk dan jadi sadar kalo dia harus ngejar Rangga lagi? Oh, come on! Belum lagi Cinta yang udah nyaris married sama cowok lain itu… Cintapuccino banget nggak siih?

Yang konsisten kerennya apa lagi kalau bukan kisah persahabatannya! Persahabatan sepanjang masa dalam suka dan dalam duka. Nggak gampang dan jarang ada, makanya tadi saat nonton, gue jadi ngerasa beruntung! Gue emang payah buat urusan cinta-cintaan, tapi untuk persahabatan, gue masih beruntung punya beberapa sahabat yang sudah gue kenal belasan tahun lamanya! Tadi saja, gue nonton bareng teman sekantor yang juga sahabat gue dari bangku kuliah dulu!

Pada akhirnya, terlepas dari segala kekurangannya, gue tetap suka banget sama AADC 2. Tetap movie of the year kalo buat gue. It’s simply sweet and heartwarming. Tipe film yang bikin gue kepingin nonton sekali lagi! It’s a must watch, terutama buat generasi ABG di tahun 2000 awal kayak gue ini, hehehehe.

Speaking of AADC 2, film ini bikin gue jadi menyadari sesuatu: entah sejak kapan, gue udah terjebak dalam ‘Rangga syndrome‘. You know… Cowok puitis, tukang galau, misterius, susah ditebak, insecured dan kurang usaha buat ngejar cewek yang dia suka… Bahkan ternyata, selain hobi menulis, ceritanya Rangga itu suka fotografi dan traveling juga! Ya ampuun, deskripsinya mirip banget sama cowok terakhir yang gue sukaaa, uups 😀

Tanpa sengaja gue jadi berpikir… Apa yang bikin cowok seperti Rangga kelihatan menarik? Mari gue ulang: tukang galau, insecured dan kurang usaha buat deketin cewek yang dia suka! Apa menariknya coba? Cowok kok ya mellow banget gitu. Kenapa si Cinta bisa tergila-gila? Dan kenapa begitu banyak cewek Indonesia juga ikut tergila-gila sama si Rangga?

Ah sudahlah, itu toh bukan pertanyaan yang ada jawabannya. Toh si Rangga juga, ujung-ujungnya ada perubahannya. Realitanya pun begitu juga. Kalau Rangga tetap Rangga yang menutup diri dari Cinta, siapa pula yang masih akan jatuh cinta sama pujangga ini? Percuma jago nulis puisi kalau merasa mampu terus hidup sendiri…. Penonton juga pasti bosan kalau sepanjang film isinya tetap kebanyakan Cinta yang sibuk ngejar-ngejar si Rangga kayak film pertamanya dulu itu. If the feelings are mutual, the effort will be equal, remember?

Whatever it is, I would say AADC already had a perfect ending. And that tender kiss in a beautiful place like that… It may make you want to have someone by your side too 😉 Watch it and feel what I feel!

Tapi jangan salahin gue kalo abis itu jadi baper sendiri lho yaa, hehehehe.

Selamat menonton!

Beda Orang, Beda Pula Rezekinya

Akhir-akhir ini, sedang marak beredar di social media satu photo quote yang menyorot soal rezeki. Gue lupa persisnya, tapi pada intinya, rezeki tiap orang berbeda-beda. Ada yang lebih cepat datang jodohnya, ada pula yang lebih cepat datang kemapanan karier-nya.

Dalam bahasa gue sendiri, ada yang dimudahkan jodohnya, sudah dipertemukan dalam usia kepala 2, ada pula yang harus lama menunggu atau jatuh-bangun terlebih dulu sampai akhirnya dipertemukan dengan Mr. Right-nya. Di sisi lainnya, ada yang sangat melesat cepat perjalanan karier-nya, memiliki kemapanan yang diimpikan semua orang dalam usia relatif muda, namun ada pula yang harus menunggu lebih lama hasil dari kerja kerasnya.

Dan tahukan kamu? Tidak selalu ada alasan di balik semua itu. Tidak selalu ada syarat pasti yang dapat membuat kita bisa dengan cepat mendapatkannya.

Sulit jodohnya karena tidak rupawan? Atau karena badan kita kurang kurus atau kurang gemuk? Tidak juga. Coba saja lihat sekitar. Adakah persamaan yang sifatnya absolut?

Atau susah jodoh karena sifat masih kurang bijaksana? Bisa jadi, tapi tetap saja… Banyak juga yang sudah sangat bijaksana malah disia-siakan begitu saja…

Kemudian soal rezeki juga sama. Banyak orang sudah berusaha keras memperbaiki diri. Banting tulang tanpa banyak hitung-hitungan. Sudah berusaha semampu mereka, tapi masih belum mendapatkan promosi yang mereka impikan.

Intinya jika sudah berusaha maksimal tapi masih belum dapat juga, jangan lantas berkecil hati! Memang hanya belum rezekinya. Tetap lakukan yang terbaik dan nikmati prosesnya! Segala sesuatu akan datang tepat pada waktunya. Dan sekali lagi, nikmati prosesnya! Terlalu sibuk meratapi hal-hal yang sudah dimiliki orang lain hanya akan membuat kita lupa menikmati hal-hal yang sudah kita miliki.

Nikmati masa-masa di mana kita masih punya cukup waktu untuk sesekali haha-hihi di tengah jam kerja. Atau masa-masa di mana kita masih selalu bisa berkonsultasi dengan atasan-atasan kita. Kelak pada level tertentu, keistimewaan itu akan perlahan berkurang, bahkan nyaris hilang. Pada posisi tertentu, justru atasan akan meminta pendapat profesional kita, bukan lagi sebaliknya. Memang menarik dan menantang, tapi jelas tidak mudah dan pasti ada saja konsekuensinya.

Atau bagi yang sama-sama masih single, nikmati saja kesendirian kita ini. Pergi jalan-jalan sebanyak yang kita bisa. Tekuni hobi setiap ada waktu untuk melakukannya. Konon setelah berumah tangga nanti, keadaan tidak akan lagi sama. Masih bisa traveling, masih bisa menekuni hobi, tapi tentu tidak seleluasa dan sebebas dulu. Bahkan sensasinya pun, sudah pasti akan berbeda. Bisa jadi sama menyenangkannya, tapi tetap berbeda. Misalnya, mana boleh ada holiday fling jika sudah ada suami dan anak-anak yang menunggu di rumah? Hehehe.

Nikmati perjalanan hidup kita. Jangan terlalu fokus mengejar ini-itu sampai-sampai hal yang kita ingat dari masa lalu kita hanya masa-masa penuh rasa depresi saja. Hal-hal yang akan kita kenang di masa depan sedang terjadi saat ini! Masa-masa ini tidak akan terulang dua kali. Jadi nikmati dan maksimalkan sebanyak yang kita bisa! Sulit soal jodoh atau sulit soal kekayaan, cukup usahakan dan dinikmati perjalanan jatuh-bangunnya! Dan ingat, hidup tidak hanya soal jodoh dan materi saja! Malah kalau buat gue, hidup itu yang penting bahagia 😉

Syukuri segala hal yang sudah kita miliki, sampai kelak kita mendapatkan hal-hal lain yang ingin kita miliki. Pantaskan diri, tapi jangan terlalu keras pada diri sendiri. Ikhlas dan berbahagialah dengan hidup kita saat ini. Jika kita berhasil membahagiakan diri dalam tiap hari yang kita lewati, bukankah itu sudah sama saja dengan “live happily ever after“? 😉

Always remember, you don’t need to have everything just to be happy. And do you know? The real happiness is when you’re capable to stay happy even when many things in your life are not so friendly to you.

Enjoy your life and happy long weekend!