Jadi Atasan (yang Baik) Itu Susah!

Menulis review soal film My Stupid Boss membuat gue jadi kepikiran… Banyak orang (termasuk diri gue sendiri, to be honest) yang suka membicarakan daftar kejelekan bosnya diam-diam. Padahal kenyataannya, jadi atasan yang baik itu sangat-sangat susah lho. Could we do better than our boss if we were them?

Apa sih, yang paling sulit dari menjadi atasan? Menjaga tingkah laku, kalo menurut gue. Itulah sebabnya, menjadi bos itu sebetulnya pekerjaan 24 jam. Sudah di luar jam kerja bukan berarti gue boleh seenaknya nulis apapun yang gue suka di socmed dan blog gue sendiri, misalnya. Segala jenis omongan betul-betul harus disaring dan setidaknya buat gue, menahan diri itu betul-betul susah! Apalagi kalau sedang bad mood dan banyak masalah…  Bawaannya emang kepingin mengeluarkan segala pikiran jelek yang terlintas di benak gue aja gitu.

Selain itu, gue juga merasa tantangan terbesar dari memimpin tim adalah keharusan untuk selalu menempatkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan gue pribadi. Gue sering mengambil keputusan yang gue sadari sudah merugikan kehidupan pribadi gue. Misalnya, menegur rekan kerja yang juga teman baik gue sendiri, membatalkan janji dengan keluarga hanya karena meeting yang luar biasa penting, atau yang paling menyebalkan, harus bisa bersikap tegas dengan rekan kerja pria yang diam-diam gue sukai. Sudah tidak terhitung berapa kali gue berhasil bikin cowok jadi menjauh hanya karena gue harus ‘mendisiplinkan’ mereka. Big sigh…

Kemudian yang tidak kalah sulitnya, saat kita sudah menjadi atasan, maka semua kesalahan bawahan adalah kesalahan kita sendiri juga. Kadang gue pribadi ngerasa kesal harus rela melakukan hal ini. Meminta maaf atas kesalahan tim gue misalnya. Gue juga kesal banget sama mereka, tidak setuju dengan tindakan mereka, tapi gue tetap harus minta maaf anyway. Kenapa harus begitu? Karena gue punya kewajiban untuk mengembangkan dan mendidik tim gue sendiri, dan dalam kasus ini, gue gagal untuk melakukannya.

Yang terakhir, yang tampaknya menjadi tantangan terbesar bagi atasan pada umumnya adalah menanggung resiko atas keputusan yang harus kita ambil. Keputusan kecil saja bisa jadi begitu mahal harga yang harus kita bayar karenanya. Semakin tinggi jabatan, semakin mahal harga dari kesalahan yang kita perbuat. Betul-betul bisa bikin keringat dingin, terus terbayang siang dan malam, atau bahkan bisa sampai terbawa mimpi!

Oh ya, hampir lupa satu lagi: sulitnya menjadi atasan adalah saat harus bisa berbesar hati saat tahu tim yang gue perjuangkan sekuat tenaga itu malah diam-diam menggunjingkan di belakang punggung gue. Benar-benar tidak enak rasanya. Itulah sebabnya, jika gue curhat soal atasan ke teman-teman gue, maka gue akan pastikan bahwa gue juga akan menyampaikan hal yang sama langsung ke atasan gue yang bersangkutan. Karena bagaimanapun, atasan juga hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

See? Menjadi atasan yang baik itu tidak mudah! Tidak semua orang bisa. TAPI, jika kita sudah terpilih jadi atasan di dunia kerja, maka sebetulnya kita tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus belajar untuk bisa menjadi atasan yang baik untuk tim kita itu.

I believe leadership is a responsibility. The leaders are paid higher for a reason. Be a good one and make yourself deserve every penny you earn as your salary. It’s not easy to be a good boss, but it’s totally doable! Good luck, leaders! Let’s be awesome! 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s