Ada salah satu teman lama yang senang sekali menanyakan kapan gue married. Beberapa bulan sekali, dia akan Whatsapp gue benar-benar hanya untuk menanyakan soal getting married. Awalnya tanya kabar, setelah itu, dia akan bilang begini, “Elo udah tua, udah mau kepala 3, kapan married?”
Well, agak tajam memang. Gue juga enggak ngerti kenapa dia senang sekali mengulang pertanyaan dan pernyataan yang sama sejak dia sendiri mulai berumah tangga beberapa tahun yang lalu. Tipe orang seperti inilah yang menurut gue sering membuat kaum jomblo jadi suka tertekan dan akhirnya memutuskan untuk menikah as soon as possible.
Lalu bagaimana dengan reaksi gue sendiri?
Menurut gue, yang paling rugi adalah diri gue sendiri jika gue sampai married terburu-buru hanya karena termakan omongan orang. Gue yang rugi, dan bukan mereka yang rajin menekan gue dengan pertanyaan kapan married itu.
Ya, memang benar usia gue akhir tahun ini akan menginjak 30 tahun. Konon katanya nanti akan semakin sulit untuk punya anak dan sebagainya. Semakin lama pasti akan semakin stres kedua ortu gue ngelihat gue yang masih belum married juga. Dua adik gue sudah menikah duluan, dan bisa jadi yang paling bungsu pun akan melangkahi gue seperti dua kakaknya itu. Dan memang pasti terjadi, semakin lama akan semakin banyak omongan tajam yang nanti mampir ke telinga gue.
Tapi tetap saja, semua itu bukan alasan untuk bersikap terburu-buru. Memilih pasangan hidup itu keputusan besar. Pilih sepatu dan tas baru saja gue lama mikirnya, apalagi pilih pasangan hidup!
Hampir 30 bukan berarti gue harus mulai menurunkan standar. Laki-laki yang baik, yang bisa jadi pemimpin untuk gue, yang gue yakini rasa cintanya untuk gue, yang gue yakini potensi dan masa depannya, tetap akan selalu jadi syarat utama. I will never ever settle less than I deserve.
Hampir 30 bukan berarti gue harus cepat-cepat menerima cowok mana saja yang datang mendekat. Jika nanti sudah jadian pun, bukan berarti harus langsung married satu tahun kemudian. Bahkan bisa jadi, belum tentu gue nanti akan married dengan cowok yang jadi pacar gue tahun ini! We both may need some times to be convinced.
Dan hampir 30 bukan berarti gue harus mengorbankan segala-galanya hanya demi menikah tahun ini juga. Tidak semua pasangan dimudahkan persiapannya. Mudah mendapatkan restunya. Dan lain sebagainya. If it takes a while to get there, then be it.
Setiap orang boleh saja punya pendapat yang berbeda-beda, dan gue hargai semua pilihan hidup yang dibuat oleh perempuan-perempuan lainnya. Jadi gue harap, orang lain juga bisa menghargai pilihan gue.
Yes, I’m almost 30, but no, I’m not in rush to get married anytime soon. Good things take times, and I will take my times.
Halo there 🙂 suka bgt sm post ini. Setuju 100% milih pasangan hidup itu harus bener2 serius. Rugi bgt kalo nikah sama yg zonk cmn gara2 diwajibkan menikah sblm mencapai a certain age. Anw, setahun yg lalu aku pernah magang di zalora dan di kantin bawah aku sempet liat kamu. You looked so happy 🙂 i have been your reader for a couple of year but i was too shy to great you back then hehe cheers!have a great day
Awww… I’m so flattered 🙂 Please say hi anytime we meet each other yaa! Aku punya beberapa teman baru yang awalnya hanya dari baca blog ini aja lho. It would be nice to meet you!
Have a great day to you too!
hi ifa..i’m one of your blog reader..dan suka post ini..bentar lagi gw mau 28 nih…dan udah kalang kabut aje belum ketemu jodoh..pas bgd baca ini.hehe..jadi lebih positif..dan jadi belajar buat ga meratapi hidup..galau galau ga jelas..haha.malu deh gw…btw..congratz for ur promotion ya..
Hi Intan…
Hehe… don’t worry… it’s very understandable kok 😉
Thanks for leaving the comment yaa. Have a great day!
Mbak, aku pernah nemu quote yang bilang rata-rata perempuan cerdas akan ‘lambat’ menikah.
Antara percaya gak percaya, juga antara pengen ketawa dan sebel, haha
Sepakat sama mbak riffa, not in a rush yaa 😊
Hehehe… Yah, lose some gain some lah yaa 😉