Tentang Mimpi

Ada yang bilang, kalau kita mimpiin seseorang, itu berarti orang yang bersangkutan lagi mikirin kita. Baru-baru ini gue baca quotes di wall salah satu temen Facebook gue, bahwa ternyata hal itu sifatnya bukan mistis, melainkan berdasarkan hasil studi psikologi – entah gimana logikanya, yang jelas begitulah yang gue baca.

Terlepas bener atau enggaknya, gue justru lebih percaya bahwa orang yang paling sering kita mimpikan adalah orang yang paling sulit kita lupakan. Soalnya gue sering ngerasa, mimpi itu bisa berarti 3 hal:

  1. Wujud dari kekhawatiran atau rasa takut;
  2. Keinginan yang terpendam; dan
  3. Gambaran akan masa depan.

Untuk point yang ke tiga emang sifatnya agak kontroversial yah. Gue sendiri bukan orang percaya sama ilmu tafsir mimpi. Tapi kalo secara psikologis, gue percaya bahwa seringkali, sebetulnya kita sendiri udah tahu sama apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hanya saja, kita berusaha menepis pikiran itu karena merasa takut kalau sampai hal itu benar-benar terjadi dalam hidup kita. Jadi kalo menurut teori sok taunya gue, masa depan yang berusaha kita ingkari itulah yang kemudian mendatangkan mimpi yang bentuknya mirip ramalan.

Dulu waktu SMA, gue bisa tiba-tiba kangen sama gebetan masa SMP hanya karena tiba-tiba mimpiin dia. Efek dari mimpi itu, gue jadi kangen sama dia. Dan pernah, saking kangennya, gue sampe repot-repot mengusulkan acara reuni SMP hanya supaya gue bisa ketemu sama dia lagi!

Tapi sekarang, gue udah enggak pernah lagi tuh, mimpiin dia kayak jaman dulu itu. Kalaupun pernah pasti udah enggak berkesan lagi karena buktinya gue udah lupa kapan terakhir mimpiin dia. Jadi kalo menurut gue, gue udah enggak pernah kangen sama dia bukan karena udah enggak pernah mimpiin dia lagi, melainkan sebaliknya: gue udah enggak pernah mimpiin dia karena gue udah ikhlas dengan masa lalu gue dan dia. Gue udah enggak punya lagi rasa khawatir bahwa jangan-jangan, dulu itu gue udah melakukan kesalahan besar dengan tidak memilih dia. Gue juga udah enggak punya keinginan untuk ketemu lagi sama dia, apalagi sampe meneruskan kisah yang udah lama berakhir itu. Dan pastinya, gue udah menyadari sepenuhnya bahwa tidak akan pernah ada lagi masa depan antara gue dengan dia.

Semalem tiba-tiba aja, gue mimpiin seseorang yang sebenernya udah cukup lama enggak gue pikirin. Mimpinya terasa nyata banget. I could feel his touch when he hold my hand, and I could feel his warmth when he hugged me in that dream.

Jadi ceritanya, di mimpi itu gue dan dia duduk berdampingan di ruang tamu yang tidak gue kenal. Meski duduk sebelahan, kita berdua hanya saling diam. Nggak lama kemudian gue bilang, “Sekarang gue tau apa salah gue dulu… Harusnya waktu itu, gue enggak ngediemin elo kayak begini… iya kan?”

Ngedenger gue ngomong gitu, dia langsung menoleh dan mengulurkan tangan kirinya. Adegan selanjutnya… well, bukan sesuatu yang bisa gue sharing via blog ini. Maklum, gue tau blog readers gue banyak yang masih berusia di bawah 18 tahun, hihihihihi.

Intinya, ketika bangun gue kembali menyadari… bahwa dalam hati kecil, gue masih enggak bisa berhenti bertanya-tanya… apa sebenernya salah gue waktu itu? Dan meksipun gue udah enggak berusaha menjalin komunikasi sama dia, gue juga masih penasaran… what was that between us?

Kemudian soal adegan romantis itu… yeaaah, gue rasa itu salah satu keinginan terpendam gue kali yah, hehehehehhe.

Kalo soal kehangatan yang bener-bener gue rasain, begitu pagi hari gue baru sadar kalo ternyata badan gue emang agak panas 😀 Seems like I’ve been so tired at work recently.

Untunglah mimpi itu enggak sampe bikin gue kangen sama orang ini. Rasanya satu tahun patah hati udah cukup, gue enggak mau memperpanjang lagi. Tapi jujur… hari ini gue jadi kembali bertanya-tanya… Kapan ya, gue bisa benar-benar melupakan cowok ini seperti gue yang udah berhasil melupakan gebetan-gebatan gue jaman ABG dulu? Ironisnya di saat yang sama, gue juga berpikir kenapa gue selalu aja jadi orang yang mengharapkan time-will-heal? Kenapa gue cuma bisa terjebak dalam kenangan, lalu berharap waktu lah yang akan menghapus semua kenangan itu? Kenapa untuk soal cinta-cintaan, gue enggak pernah berhasil jadi orang yang bertahan? Jadi orang yang berusaha mengubah keadaan… Atau lebih tepatnya, jadi orang yang berusaha mewujudkan mimpi untuk jadi kenyataan.

Seriously... kalo lagi terjebak dalam keadaan seperti ini, gue bener-bener berharap dulu gue terlahir sebagai laki-laki. A guy could try his best to catch the girl of his dream, while a girl… she only could hope for somebody who is willing to take her as a part of his dream. Big sigh…

P.s.: Sialnya lagi, cowok-cowok yang menjadikan kita sebagai gadis impiannya itu justru belum tentu cowok yang masuk kriteria cowok impian kita. Big sigh again

Don’t Bring Your Kids to Watch Breaking Dawn!

Gue akui gue tipe orang yang suka mengolok-olok jalan cerita Twilight tapi anehnya, gue tetep aja baca keempat novelnya sampe habis, dan… gue juga enggak pernah ketinggalan nonton filmnya di masa-masa awal penayangan di layar lebar. Kenapa gue suka mengolokg-olok? Karena menurut gue, ada beberapa hal aneh yang enggak well connected dalam cerita berseri ini.

Kenahean pertama soal tidak konsistennya keistimewaan Bella sebagai manusia biasa: dia tidak bisa dibaca isi pikirannya oleh Edward, tidak bisa pula ditembus oleh berbagai keistimewaan para keluarga vampir Volturi, tapi anehnya, si vampir Alice masih bisa menggunakan kemampuannya dalam meramal masa depan untuk menerawang hal-hal buruk yang akan menimpa Bella.

Keanehan yang ke dua, kok bisa vampir yang seluruh organ tubuhnya sudah membeku, yang juga tidak lagi mempunyai denyut jantung dan darah mengalir dalam tubuhnya itu masih bisa memproduksi sperma yang kemudian membuahi sel telur istrinya?

Yang paling aneh menurut gue, bener-bener enggak kebayang gimana kesakitannya Bella saat malam pertama mereka, dan lebih enggak kebayang lagi gimana bisa dia malah jadi ketagihan? I have heard from so many friends that their first time sex didn’t work as easy as they thought mostly because it was very painful for the women. Ada beberapa dari mereka yang memutuskan untuk menunda ‘percobaan’ berikutnya sampai mereka kembali siap. Jadi gimana mungkin Bella si manusia biasa yang ceritanya masih virgin itu malah jadi ketagihan setelah dibuat memar di sana-sini sama Edward si powerful vampire setelah malam pertama mereka?

Lupakan semua keanehan itu dan mari kita bahas esensi dari judul tulisan gue di blog ini: don’t bring your kids to watch Breaking Dawn. In my opinion, berikut ini daftar alasannya:

  1. As you know, ada adegan seks pertama kalinya antara Edward dengan Bella selama honeymoon mereka. Dan ternyata, adegan seks itu ditampilkan sang sutradara film dengan cara yang melebihi imajinasi gue. Nggak nyangka aja Kristen Stewart berani tampil almost naked di film itu. Lagian bukannya Twilight ini banyak digemari oleh anak-anak dan ABG di seluruh dunia yah? Kalo buat gue sih enggak terlalu vulgar lah ya, tapi tetep aja… I don’t think it’s appropriate for the children;
  2. Adegan Bella melahirkan juga bukan sesuatu yang boleh dilihat sama anak-anak. Bayangin aja… ada perut hamil dibelah pisau bedah, sebuah suntikan besar yang ditancapkan sekuat tenaga langsung ke jantungnya Bella, serta kondisi Bella yang terlihat sangat mengerikan setelah melahirkan anaknya. Jangan aja anak-anak jadi berpikir memang seperti itulah proses melahirkan yang sewajarnya; dan
  3. Yang terakhir, adegan-adegan sepele kayak isi mimpinya Bella satu malam menjelang pernikahan, adegan Edward menghisap darah manusia yang masih hidup, atau waktu Bella minum segelas besar darah manusia selama kehamilannya. I’m afraid those scenes would harm the children’s mind.

Terlepas dari semua review negatif yang gue sebutkan di atas (oh iya, masih ada satu lagi negative review dari gue: special effect saat para serigala ‘menggelar meeting’ terlihat sangat fake… seems like the producer didn’t spent a lot of money for this), tetap ada beberapa hal yang gue sukai dari film Breaking Dawn.

Yang pertama adegan pernikahan pernikahan Bella dengan Edward. Berlokasi di taman belakang rumah The Cullens yang dihiasi dengan bunga-bunga rampai yang turun dari langit-langit. To be honest… that is the wedding decoration I’ve been dreaming of. Dan meski gue bukan tipe cewek yang pengen cepet-cepet getting married, gue tetep ngerasa adegan pernikahan di film ini terlihat sangat mempesona. Sederhana, sakral, dan menyentuh hati.

Yang ke dua, bayi Renesmee di film ini bener-bener sesuai sama imajinasi gue saat baca novelnya: bayi mungil yang cantik, lucu, dan menggemaskan. Sayang banget bayi ini cuma muncul sebentar di akhir film…

Yang ke tiga, interior cantik rumah Edward dan juga cantiknya villa pribadi tempat Edward dan Bella menghabiskan bulan madu. I guess everyone is dreaming of such a beautiful place to spend their honeymoon.

Yang terakhir adalah akting Robert Pattinson yang berhasil menunjukkan betapa Edward sangat-sangat mencintai Bella. Dan menurut gue, alasan kenapa banyak cewek tergila-gila sama Twilight adalah keinginan dalam hati kecil mereka untuk dicintai sampai sebesar itu. Apalagi ada pula si Jacob sang serigala yang juga tergila-gila sama Bella Swan. Gue rasa semua cewek pernah punya semacam khayalan diperebutkan dua cowok yang sama-sama ganteng dan keren kayak Edward dan Jacob.

Overall, this movie is still entertaining for me. Buat cowok-cowok yang ngerasa males nemenin ceweknya nonton juga enggak usah sebegitu ogahnya. Lagian gue yakin, hanya dengan baca review dari gue di blog ini aja udah cukup bikin cowok-cowok jadi penasaran pengen nonton, hehehehehe. Finally gue cuma mau bilang… dibanding tiga film pendahulunya, film Breaking Dawn inilah yang realisasinya paling mendekati imajinasi para pembaca. Two thumbs up for the movie makers.

Real Steel

Yesterday, I’ve just watched another awesome Hollywood movie. Dari awal, gue udah tau dari temen-temen kalo Real Steel ini bagus. Setelah gue nonton sendiri, gue setuju bahwa film ini emang bagus, keren, dan gue suka banget!

Real Steel bercerita tentang Charlie, cowok urakan yang tiba-tiba harus mengasuh anak kandungnya untuk sementara waktu. Jadi ceritanya, semenjak Max – anak Charlie, lahir sebelas tahun yang lalu, Charlie tidak pernah ikut membesarkan anak itu. Baru setelah sang mantan pacar a.k.a ibunya Max meninggal dunia, Charlie jadi harus berhadapan kembali dengan puteranya itu.

Charlie ini berprofesi sebagai fighter yang mengendalikan robot-robot canggih dalam pertandingan tinju. Tadinya Charlie hampir saja bangkrut. Satu per satu robot yang dimilikinya malah jadi hancur berantakan karena kalah bertanding melawan robot-robot lainnya. Tetapi berkat robot bekas yang ditemukan Max di pembuangan sampah, yang kemudian dimodifikasi dan dilatih oleh Charlie dan Max, Atom sang robot bekas berhasil membawa nama kedua orang itu ke puncak popularitas dalam dunia pertandingan robot profesional.

Yang paling gue suka dari film ini adalah kekuatan karakter tokoh-tokoh utamanya. Penonton bisa dengan mudah mendalami karakter mereka tanpa perlu banyak-banyak berpikir. Misalnya memahami dengan sendirinya bahwa karakter Max itu benar-benar sama persis dengan karakter ayah kandungnya: menyukai robot boxing, gambling freak, keras kepala, serta sangat suka menjadi pusat perhatian . Akting para pemainnya, termasuk akting pemeran si kecil Max benar-benar sangat memukau penonton. Karakter Charlie dan Max jadi terasa benar-benar nyata.

Meskipun tema utama film ini adalah action robot, unsur drama tetap cukup terasa menyentuh hati. Konflik emosi antara Charlie dengan Max lumayan bisa bikin penonton jadi mengharu-biru. Hanya saja sayangnya, unsur ikatan emosi yang sama tidak tampak dalam hubungan Charlie dan Max dengan Atom sang robot binaan mereka. Beda banget sama ikatan emosi antara Bumblebee dengan Sam di Transformers misalnya. Adek gue bilang, dia sempet sampe nangis waktu melihat adegan Bumblebee hampir saja musnah saat bertarung melawan musuh-musuhnya. Hal yang sama tidak begitu terasa saat melihat Atom babak belur karena dipukuli oleh Zeus saingan terberatnya.

Biasanya, suatu film bisa jadi film favorit gue karena ada unsur moral of the story yang sangat mengena di hati gue. Tapi untuk film yang satu ini, rasa-rasanya hampir tidak ada moral of the story yang bisa gue bawa pulang. Tidak ada pula inspirational quotes yang berkesan banget buat gue. Satu-satunya kalimat yang lumayan mengena di hati gue adalah pada saat dialog sebagai berikut:

Charlie  : “What do you want from me?”

Max       : “I only want you to fight for me all the way.”

I simply think that deep in their hearts, everyone is longing for someone who is willing to always fight for their existences.

Meskipun enggak ada moral of the story yang gue anggap penting, hal ini sama sekali tidak mengurangi kesenangan yang gue rasakan saat dan setelah nonton film ini. Ada cukup banyak adegan lucu, pertandingan yang seru, special effect yang semakin keren, serta adegan yang tanpa banyak bicara sudah mampu menyentuh hati para penontonnya. Kesimpulannya, it’s a must watch movie, and yes… I have just added this movie title as one of my favorite movies.

Apa Ya, Hubungannya Emansipasi Dengan Cewek Berdiri di Bis?

Hari ini gue baca tweet salah satu teman yang isinya bercerita tentang cowok-cowok dalam bis TransJ yang tidak mau memberi tempat duduk buat seorang ibu hamil. Hal ini mengingatkan gue sama pengalaman gue sendiri di Patas 6. Waktu itu, cowok-cowok di Patas yang gue tumpangi enggak ada yang mau mengalah sama nenek-nenek yang untuk berjalan saja sudah harus memakai tongkat! Adik gue juga pernah mengeluhkan hal yang sama: selalu ada saja cowok yang menolak memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil atau manula di dalam bis umum.

Hal ini juga ngingetin gue sama salah satu thread di Kaskus yang isinya menyindir emansipasi wanita. Menurut mereka (cowok yang menulis thread yang kemudian banyak disetujui oleh cowok-cowok lainnya), adalah sangat aneh kalo cewek masih minta dikasih tempat duduk di jaman di mana mereka menuntut emansipasi. Intinya menurut mereka, kalo cewek minta diberikan kesamaan kedudukan, maka jangan tanggung-tanggung. Jangan mau emansipasi hanya untuk bagian yang enak-enaknya aja, kira-kira begitu pendapat mereka.

Nah, kalau begitu apa boleh gue simpulkan bahwa jangan-jangan, cowok-cowok yang dikeluhkan oleh gue, temen gue, dan adek gue itu juga ngotot mempertahankan tempat duduknya atas nama emansipasi?

Sebetulnya gue masih enggak ngerti apa hubungannya emansipasi sama nggak mau ngasih tempat duduk buat cewek di bis. Dan bukan cuma soal tempat duduk di bis umum aja lho yaa. Semakin lama gue juga semakin sering mendengar kritik-kritik lain yang mirip-mirip tempat duduk di bis ini. Lama-lama gue jadi gemes sendiri… apa emang cowok-cowok itu aja yang suka cari pembenaran atau mereka emang enggak benar-benar mamahami esensi dari emansipasi yang dulu diperjuangkan oleh Ibu Kartini itu?

Emansipasi yang dulu diperjuangkan oleh mendiang Ibu Kartini adalah kesamaan hak perempuan dalam hal mengenyam pendidikan. Kalau dikembangkan lebih luas, emansipasi di sini adalah kesamaan hak perempuan dalam mengejar cita-cita. Dalam definisi yang lebih konkret dalam dunia kerja masa kini, emansipasi berarti kesamaan hak untuk perempuan memperoleh pekerjaan, memperoleh imbalan, serta memperoleh promosi dari perusahaan yang memperkerjakan dia. Sudah nggak jaman lagi anak cewek nggak boleh sekolah, dan sudah nggak jaman lagi perempuan enggak boleh duduk di tampuk pimpinan perusahaan. It’s simply a fair competition, guys.

Jadi coba ya… gue tanya ulang: apa sih hubungannya emansipasi dengan berdiri di bis? Kalaupun kalian masih mau ngotot dengan pendapat ngaco itu, ya sudahlah ya… gue ngalah aja. Gue sih enggak pernah tersinggung kok sama cowok-cowok yang ngebiarin gue diri di bis umum. Tapi please yaa, masa’ sih kalian masih mau sebegitu ngototnya duduk sementara di depan kalian ada ibu-ibu hamil, atau ada orang tua yang sudah seusia kakek-nenek kalian? Emansipasi tidak berarti excuse buat laki-laki bersikap tidak gentle. Dan harap dicatat bahwa emansipasi tidak berarti melemahkan kedudukan laki-laki. Jadi nggak usah segitu sentimennya.

Sepertinya ada satu hal yang terlewat dalam pemahaman kita soal emansipasi yaitu fakta bahwa sampai kapanpun, laki-laki dan perempuan tidak akan pernah 100% sama. Jadi jangan lupa bahwa mau diperjuangkan sampai sekeras apapun, faktanya, tidak akan ada pergerakan perempuan yang bisa membuat mereka bisa menjadi lebih kuat secara fisik daripada laki-laki. Kalau dirata-ratakan, tetap saja kalian tetap jauh lebih kuat secara fisik daripada kami. Jadi apa kalian – yang terlahir lebih kuat itu – tidak merasa malu mempertahankan tempat duduk sementara ada ibu hamil dan manula yang lebih berhak?

Jujur yah… kadang gue ngerasa kalaupun ada cowok yang ngasih tempat duduknya buat perempuan muda, biasanya, karena perempuan itu terlihat menarik secara fisik. Makanya, kadang gue suka iseng menjadikan hal itu sebagai parameter apakah hari itu gue tampil ok. Kalo sampe ada cowok yang ngasih gue tempat duduk, berarti hari itu gue lagi kelihatan cantik, hehehehehe.

At the end of the blog, gue pengen kasih satu bocoran buat cowok-cowok di luar sana: semandiri apapun seorang perempuan, dia tetap akan lebih memilih laki-laki yang bisa memperlakukan dia sebagai perempuan. Tambahan dari gue, di saat yang sama, gue lebih memilih laki-laki yang juga bisa menghargai dan mendukung hak gue untuk mengejar cita-cita setinggi yang gue bisa. Bukan berarti gue mau enaknya aja. Karena balik lagi ke atas: emansipasi itu enggak ada hubungannya sama gue boleh diperlakukan seenaknya, hehehehehe. Tapi serius deh, cowok gentle itu selalu kelihatan keren dan macho banget di mata cewek manapun 😉

Jadi mulai sekarang, kalo pengen jadi cowok yang kebanjiran fans, nggak usah repot-repot dandan keren ala selebritis. Berikan tempat duduk buat ibu-ibu yang lebih tua, bantu teman-teman perempuan yang sedang membawa barang berat – tidak peduli dia cantik atau biasa-biasa aja, atau hal-hal kecil seperti menyebrang di sisi luar dan menahan pintu buat kita aja udah bikin kalian kelihatan keren lho.

Nah, sekarang kalian lihat kan? Emansipasi tidak mengubah sudut pandang kami tentang sisi maskulin pria manapun di muka bumi ini. So, start to be a gentle one!