Hari ini gue baca tweet salah satu teman yang isinya bercerita tentang cowok-cowok dalam bis TransJ yang tidak mau memberi tempat duduk buat seorang ibu hamil. Hal ini mengingatkan gue sama pengalaman gue sendiri di Patas 6. Waktu itu, cowok-cowok di Patas yang gue tumpangi enggak ada yang mau mengalah sama nenek-nenek yang untuk berjalan saja sudah harus memakai tongkat! Adik gue juga pernah mengeluhkan hal yang sama: selalu ada saja cowok yang menolak memberikan tempat duduknya untuk ibu hamil atau manula di dalam bis umum.
Hal ini juga ngingetin gue sama salah satu thread di Kaskus yang isinya menyindir emansipasi wanita. Menurut mereka (cowok yang menulis thread yang kemudian banyak disetujui oleh cowok-cowok lainnya), adalah sangat aneh kalo cewek masih minta dikasih tempat duduk di jaman di mana mereka menuntut emansipasi. Intinya menurut mereka, kalo cewek minta diberikan kesamaan kedudukan, maka jangan tanggung-tanggung. Jangan mau emansipasi hanya untuk bagian yang enak-enaknya aja, kira-kira begitu pendapat mereka.
Nah, kalau begitu apa boleh gue simpulkan bahwa jangan-jangan, cowok-cowok yang dikeluhkan oleh gue, temen gue, dan adek gue itu juga ngotot mempertahankan tempat duduknya atas nama emansipasi?
Sebetulnya gue masih enggak ngerti apa hubungannya emansipasi sama nggak mau ngasih tempat duduk buat cewek di bis. Dan bukan cuma soal tempat duduk di bis umum aja lho yaa. Semakin lama gue juga semakin sering mendengar kritik-kritik lain yang mirip-mirip tempat duduk di bis ini. Lama-lama gue jadi gemes sendiri… apa emang cowok-cowok itu aja yang suka cari pembenaran atau mereka emang enggak benar-benar mamahami esensi dari emansipasi yang dulu diperjuangkan oleh Ibu Kartini itu?
Emansipasi yang dulu diperjuangkan oleh mendiang Ibu Kartini adalah kesamaan hak perempuan dalam hal mengenyam pendidikan. Kalau dikembangkan lebih luas, emansipasi di sini adalah kesamaan hak perempuan dalam mengejar cita-cita. Dalam definisi yang lebih konkret dalam dunia kerja masa kini, emansipasi berarti kesamaan hak untuk perempuan memperoleh pekerjaan, memperoleh imbalan, serta memperoleh promosi dari perusahaan yang memperkerjakan dia. Sudah nggak jaman lagi anak cewek nggak boleh sekolah, dan sudah nggak jaman lagi perempuan enggak boleh duduk di tampuk pimpinan perusahaan. It’s simply a fair competition, guys.
Jadi coba ya… gue tanya ulang: apa sih hubungannya emansipasi dengan berdiri di bis? Kalaupun kalian masih mau ngotot dengan pendapat ngaco itu, ya sudahlah ya… gue ngalah aja. Gue sih enggak pernah tersinggung kok sama cowok-cowok yang ngebiarin gue diri di bis umum. Tapi please yaa, masa’ sih kalian masih mau sebegitu ngototnya duduk sementara di depan kalian ada ibu-ibu hamil, atau ada orang tua yang sudah seusia kakek-nenek kalian? Emansipasi tidak berarti excuse buat laki-laki bersikap tidak gentle. Dan harap dicatat bahwa emansipasi tidak berarti melemahkan kedudukan laki-laki. Jadi nggak usah segitu sentimennya.
Sepertinya ada satu hal yang terlewat dalam pemahaman kita soal emansipasi yaitu fakta bahwa sampai kapanpun, laki-laki dan perempuan tidak akan pernah 100% sama. Jadi jangan lupa bahwa mau diperjuangkan sampai sekeras apapun, faktanya, tidak akan ada pergerakan perempuan yang bisa membuat mereka bisa menjadi lebih kuat secara fisik daripada laki-laki. Kalau dirata-ratakan, tetap saja kalian tetap jauh lebih kuat secara fisik daripada kami. Jadi apa kalian – yang terlahir lebih kuat itu – tidak merasa malu mempertahankan tempat duduk sementara ada ibu hamil dan manula yang lebih berhak?
Jujur yah… kadang gue ngerasa kalaupun ada cowok yang ngasih tempat duduknya buat perempuan muda, biasanya, karena perempuan itu terlihat menarik secara fisik. Makanya, kadang gue suka iseng menjadikan hal itu sebagai parameter apakah hari itu gue tampil ok. Kalo sampe ada cowok yang ngasih gue tempat duduk, berarti hari itu gue lagi kelihatan cantik, hehehehehe.
At the end of the blog, gue pengen kasih satu bocoran buat cowok-cowok di luar sana: semandiri apapun seorang perempuan, dia tetap akan lebih memilih laki-laki yang bisa memperlakukan dia sebagai perempuan. Tambahan dari gue, di saat yang sama, gue lebih memilih laki-laki yang juga bisa menghargai dan mendukung hak gue untuk mengejar cita-cita setinggi yang gue bisa. Bukan berarti gue mau enaknya aja. Karena balik lagi ke atas: emansipasi itu enggak ada hubungannya sama gue boleh diperlakukan seenaknya, hehehehehe. Tapi serius deh, cowok gentle itu selalu kelihatan keren dan macho banget di mata cewek manapun 😉
Jadi mulai sekarang, kalo pengen jadi cowok yang kebanjiran fans, nggak usah repot-repot dandan keren ala selebritis. Berikan tempat duduk buat ibu-ibu yang lebih tua, bantu teman-teman perempuan yang sedang membawa barang berat – tidak peduli dia cantik atau biasa-biasa aja, atau hal-hal kecil seperti menyebrang di sisi luar dan menahan pintu buat kita aja udah bikin kalian kelihatan keren lho.
Nah, sekarang kalian lihat kan? Emansipasi tidak mengubah sudut pandang kami tentang sisi maskulin pria manapun di muka bumi ini. So, start to be a gentle one!
realita jaman peh… cwo2 yg udah pada ga jantan lagi…
Hehe, iyaa, cowok gentle jumlahnya emang makin langka. Tapi tenang aja, walaupun sedikit, cowok yang gentle juga masih ada kok, Nek. Tapi yang lebih penting, mari kita didik cowok-cowok di keluarga kita supaya terbiasa bersikap jantan.
Sptnya ada faktor kalo mereka yg gak gentlÉ gak diajarin untuk ‘baik’ sama cewek…
Kalo di kampus saya, krn cowoknya minoritas, pas mabim mereka lebih digojlok ke-gentle-annya & skrg temen2 angkatan saya yg cowok jd pd (lumayan) gentle..
Wooow… kampus kamu pasti serasa surga yah, buat cewek-cewek di sana, hehehehehe.
Hahaha.. Gak juga.. Adek kelas saya banyak yang gak peka, liat cewek2 angkat barang berat-berat ga ada inisiatif buat bantuin…
Bangga deh sm temen2 angkatan sy, mereka sangat helpful, sayang gak ada yg bisa digebet.. *lho*