Beda sama Nami Island yang sudah sejak awal nangkring di itinerary, Petite France baru mulai masuk jadi agenda perjalanan gara-gara idenya Luzy. Dia bilang, dia kepengen dateng ke tempat yang merupakan lokasi syuting Secret Graden, serial Korea yang sedang sangat dia gemari waktu itu. Setelah gue Google, ternyata tempatnya emang lucu. Kita pun agree datang ke sana, yang ternyata, berada tidak jauh dari Nami Island. Semakin mantap lah niat gue buat datang ke sana. Bahkan untuk lebih menghayati kunjungan ke Petite France, gue sampe sengaja beli DVD Secret Garden segala lho, hehehehe.
Hari ke dua di Seoul (yang mana hari pertama cuma habis di perjalanan Jakarta-Malasyia-Korsel), gue dan teman-teman langsung berangkat menuju Nami Island. Tadinya kita berencana pergi ke sana naik MRT, tapi kemudian sempat berubah rencana jadi naik shuttle bus menuju Nami. Ternyata oh ternyataa, lokasi pemberhentian shuttle bus to Nami Island itu susah banget dicarinya! Ujung-ujungnya, gue dan teman-teman kembali lagi ke rencana awal: pergi ke Nami dan Petite France naik MRT disambung taksi.
Berhubung hari sudah beranjak siang dan kita takut malah baru dateng ke Petite France setelah tempatnya tutup, kita sepakat buat menukar agenda: Petite France dulu baru Nami Island. Kita pun menempuh perjalanan panjang menuju Petite France… Rasa-rasanya dari semua tempat yang kita datangi selama di Seoul dan sekitarnya, perjalanan ke Petite France dan Nami Island inilah yang jarak tempuhnya paling jauh.
Untuk sampai ke Petitte France, setelah keluar dari stasiun Cheongpyeong, kita langsung naik taksi selama sekitar 15 menit melewati jalan menikung dan naik-turun khas daerah pegunungan. Pokoknya si Petite France itu bener-bener jauh ke mana-mana deh. Gue nggak yakin tempat ini bisa populer di kalangan turis kalo bukan karena drama Korea yang mengambil gambar di pusat kebudayaan Prancis itu. Soalnya bisa dibilang, nyaris tidak ada aktivitas apapun yang bisa kita lakukan di Petitte France kecuali foto-foto. Meski begitu, gue tidak menyesal datang ke sana. Gue belum tentu bisa berfoto di tempat lain dengan background yang sama uniknya. Arsitekturnya tampak cantik, dengan permainan warna bangunan yang eye catching.


Di Petitte France gue juga menemukan kandang besar berisi beberapa ekor kucing yang lucu-lucu. Tapi anehnya, nggak lama kemudian datang bapak-bapak yang sangat ditakuti oleh kucing-kucing itu. Ternyata… si bapak datang untuk masukin kucing-kucing itu ke dalama karung! Si kucing jelas meronta sambil mengeong dengan kencangnya. Gue pun jadi kepikiran… itu kucing mau diapain? Mau dibawa ke mana???
Di depan kandang kucing, terdapat sebuah bangunan bertingkat yang berisi banyak sekali lukisan dinding. Di lantai paling atas, gue menemukan dinding yang dipenuhi oleh coretan. Jika dilihat dari dekat, dinding itu bertuliskan pesan-pesan cinta yang ditinggalkan oleh para pengunjung. Sepertinya orang-orang Korea emang percaya banget ya, sama mitos-mitos romantis seperti itu…
Setelah makan siang di dalam area Petite France, gue dan teman-teman minta tolong dipesankan taksi oleh si ibu penjual tiket, dan kita pun harus menunggu taksi itu datang sekitar setengah jam lamanya. Sebetulnya saat hendak minta dipesankan taksi, gue sempat lihat selembar kertas yang mencantumkan jadwal bis yang bisa mengangkut pengunjung Petite France menuju Nami Island. Hanya saja sayangnya, jadwalnya tidak pas dengan kunjungan kita saat itu. Jadi sudahlah… kita tetap lebih memilih naik taksi untuk tiba di Nami Island, 30 menit kemudian.
Sesuai namanya, Nami ini memang sebuah pulau yang terpisah, letaknya di tengah-tengah danau. Itulah sebabnya tiket masuk Nami Island sudah otomatis satu paket dengan tiket ferry round trip. Kita tidak perlu mengantri terlalu lama untuk naik ferry, dan tidak pula perlu menunggu lama untuk sampai di pulau tujuan. Oh ya, saat tiba di depan pintu masuk menuju port, jangan kaget saat melihat tulisan “Immigration Office.” Immigration Office itu maksudnya ticketing office, jadi sama sekali bukan kantor imigrasi betulan. Karena ceritanya, si Nami Island ini merupakan ‘negara pura-pura’ yang bernama Naminara Republic.
Lalu apa yang bisa kita lakukan di Nami Island? Apalagi kalau bukan bersepeda mengelilingi pulau! Bersepeda jadi sangat populer di pulau ini karena hal yang sama juga dilakukan oleh tokoh utama di serial Winter Sonata. Kemudian di tengah-tengah pulau, kita akan menemukan patung first kiss Winter Sonata yang selalu menjadi photo spot favorit turis-turis yang datang ke sana.
Sebetulnya gue sama sekali enggak pernah nonton Winter Sonata, dan menurut gue pun, pemandangan di Nami Island juga enggak bagus-bagus amat. Tapi tetap saja… gue suka banget bersepeda di pulau itu! Hembusan anginnya terasa menyenangkan, pantulan air danau dari kejauhan, pohon-pohon besar yang menjulang di sepanjang jalan, dan jalan berdebu yang sesekali naik dan turun, udah berhasil bikin gue ngerasa gembira hanya dengan mengayuh sepeda di pulau itu. Oh ya, meskipun bukan tempat paling indah yang pernah gue datangi, Nami Island ini tetap terlihat sangat fotogenik. Take a look at the pictures below!



Overall, gue menikmati acara jalan-jalan pertama gue di Korea Selatan itu. Tempatnya memang jauh dari pusat kota, but both of Petite France and Nami Island are worth to visit. Oh ya, buat kamu yang nggak bisa mengendarai sepeda… nggak usah khawatir! Selain menyewakan sepeda, pengelola pulau itu juga menyewakan mobil mini dan juga otoped elektrik. Jangan ragu untuk menyewa salah satu kendaraan itu, and enjoy the rides 🙂
P.s.: Untuk pulang dari Nami Island ke Seoul, jalan kaki sedikit menuju taxi stopper di dekat Seven Eleven, antri untuk dapat taksi, dan bilang sama supirnya kamu kepengen pergi ke stasiun Gapyeong. Dari situ, kamu bisa ambil kereta menuju Seoul.