How I Manage Anger at Work

Sejak awal kerja jadi auditor, sampe kemudian pindah kerja jadi Company Accountant, gue termasuk tipe orang yang suka marah-marah di kantor. Gue gampang banget tersulut emosinya kalo lagi banyak kerjaan, dikejar deadline, pusing sama kerjaan yang susahnya setengah mati, atau ngomel saat melihat kesalahan yang dilakukan rekan kerja gue. Jangankan bawahan gue deh, sebelumnya gue bisa ngomel-ngomel sama orang lain yang jabatannya sama-sama manajer, atau bahkan, bersikap sedikit judes sama atasan gue sendiri.

Sampai kemudian suatu waktu, sekitar 3 bulan yang lalu, mulai terjadi beberapa hal yang membuat gue kepengen berubah. Sejak saat itu sampai sekarang, gue terus mencari cara untuk mengendalikan emosi gue di kantor. Dan berikut ini adalah cara-cara yang udah terbukti berhasil bikin gue jadi lebih kalem di tempat kerja.

  1. Kalo kerjaan lagi numpuk, sampe bikin bingung mana yang harus dikerjain duluan, untuk meredakan emosi, gue bakal inget-inget masa idle a.k.a masa-masa doing nothing a.k.a masa-masa magabut. Cuma magabut sehari-dua hari aja, gue udah kayak cacing kepanasan! Jadi ya sudah… nikmati aja semua tumpukan kerja yang ada daripada mati bosen karena doing nothing in the office. Setelah mulai bisa berpikir dengan tenang, gue akan mulai set priority berdasarkan tenggat waktu, tingkat kesulitan, serta jika diperlukan, gue akan mendelegasikan beberapa pekerjaan ke staf-staf gue;
  2. Kalo lagi bener-bener mepet dikejar deadline yang sangat-sangat penting, gue akan tutup pintu ruangan, turn-off YM, put my BB in silent (I do not use my BB for business matter), and sometimes, I will tell my staffs for not disturbing me for a while. Menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian seperti itu efektif banget untuk speed-up our work. Penting juga supaya kita bisa fokus sama satu pekerjaan yang sudah due itu;
  3. Kalo lagi stres sama kerjaan yang susahnya setengah mati, maka gue akan bilang begini sama diri gue sendiri, “Masih mending gue ngerjain hal-hal susah kayak gini daripada disuruh ngerjain hal-hal remeh yang anak SMA juga bisa kerjain.” Gue juga akan menekankan sama diri gue sendiri bahwa gimanapun, pekerjaan yang sulit akan selalu membuat gue jadi lebih pintar dan selangkah lebih maju;
  4. Kalo bos lagi banyak maunya, nyuruh ngerjain hal-hal ajaib yang bikin bingung, gue nggak lagi komplain. Gue inget-inget aja nasib orang-orang yang dicuekin dan nggak dianggap penting sama bosnya sendiri… Kalo ngutip komentar bos gue, “Dikasih banyak kerjaan itu artinya bos percaya sama kamu.” And remember one thing… banyaknya keluhan cuma akan membuat si bos lebih memilih untuk memberikan pekerjaan itu ke orang lain! I’m even gonna feel worse if I see someone else is taking over my job;
  5. Kalo mood bos lagi jelek, lagi ngadat, atau lagi suka ngelakuin hal-hal yang bikin kesel, gue inget-inget aja daftar kebaikan dia selama ini… Gue juga toh enggak selalu bisa jadi bos yang baik buat staf-staf gue… Jadi kalo gue pengen dimaklumin sama mereka, maka gue juga harus bia maklumin bos gue itu;
  6. Kalo lagi kesel sama orang-orang yang nggak bales e-mail gue… ya gue inget-inget aja, kalo gue juga enggak selalu balas e-mail mereka, hehehehe. Tapi sebetulnya, enggak bales message orang lain itu nggak sopan loh… Bales e-mail itu udah jadi bagian dari job desk kita. Kalo gue sih cuma suka males menutup e-mail dengan reply just to sayok” atau “noted”. Kalo ada yang ditanyain sih, gue pasti jawab. Makanya, kalau ada orang yang nggak jawab pertanyaan gue via e-mail, gue akan tegur langsung atau kirim e-mail yang berisi follow up;
  7. Kalo gue terima e-mail yang isinya menyebalkan… gue akan klik iconpending task’. Gue balas e-mail menyebalkan itu nanti aja kalo emosi gue udah mulai reda;
  8. Kalo gue lagi keseeeeelll banget sama salah satu rekan kerja, gue akan ngetik e-mail yang isinya panjaaaang banget, hanya untuk meluapkan amarah gue. Tapi abis itu, message-nya gue delete tanpa pernah dikirim. Kalo gue udah mulai anteng, baru deh gue ketik e-mail yang lebih kalem, mulai dari awal lagi ngetiknya, hehehehe;
  9. Kalo gue lagi kesel banget sama salah satu bawahan gue, maka gue nggak pernah lagi langsung manggil mereka cuma buat diomelin habis-habisan. Sekarang, gue cuma akan kasih tau mereka bahwa mereka melakukan kesalahan, suruh mereka melakukan koreksi, ditutup dengan kalimat, “You’re making a serious mistake… Jangan sampe terulang lagi.” Kalo mood gue udah membaik, baru gue panggil mereka lagi untuk discuss lebih lanjut tentang kesalahan mereka itu;
  10. Sekarang gue lebih prefer jaga jarak sama rekan kerja yang kepribadiannya enggak cocok sama gue. Berusaha bertemen sama mereka cuma akan memicu konfik yang ujung-ujungnya ganggu kerjaan di kantor. Kita emang nggak perlu akrab sama semua orang di kantor kok. Yang penting kita keep the good relationship supaya kerjaan berjalan lancar;
  11. Do my best but don’t put my hopes up. Gue kerja pake strategi, prediksi, dan gue akan mewujudkannya sebaik yang gue bisa. Gue juga tipe orang yang akan mencari cara untuk melebihi ekspektasi atasan. Akan tetapi, setelah semua itu selesai, gue tidak akan menyimpan harapan apa-apa dalam hati. Reaksi atasan atas hasil pekerjaan gue bukan sesuatu yang bisa sepenuhnya gue kendalikan. Kondisi mood mereka misalnya. Sometimes, no matter how good our performance is, bosses’ bad mood would make our hard work looks just ordinary. Jadi daripada gue kecewa trus jadi marah karenanya, once one work is done, gue akan langsung mengalihkan perhatian gue dengan mengerjakan tugas yang selanjutnya; dan
  12. Gue tidak lagi selalu peduli dengan pendapat orang lain tentang gue. Gue harus bisa memisahkan kapan gue harus mendengar, serta kapan gue harus menutup telinga rapat-rapat. Mendengarkan pendapat SEMUA orang cuma bikin gue jadi sakit kepala. Again, I think it was true what my boss has ever said, “We cannot always please everyone at work.”

Seperti yang kita semua ketahui, bos yang suka marah-marah itu selalu jadi topik favorit semua bawahannya. Malah diam-diam, bos yang seperti itu akan menjadi ‘public enemy’. Memang benar, kita tidak perlu menjadi angel yang disukai semua orang, tapi jangan juga menjelma menjadi devil yang suka menyakiti perasaan orang lain. Jangan pula sampai terjadi ada good staff yang malah resign karena enggak tahan dengan kelakuan gue yang udah kelewatan. Semua orang memang harus punya ability to work under pressure, tapi tetap saja, semua itu ada batasnya.

Jadi intinya, saat ini gue sedang berusaha mengurangi sikap marah-marah yang tidak pada tempatnya. Selalu marah sepanjang waktu akan membuat orang lain tidak bisa membedakan kapan kita benar-benar marah sehingga tidak akan ada manfaatnya. Gue pasti akan tetap marah, tetapi marah yang berguna dan bukan hanya sekedar pelampiasan emosi. Seperti nasehat yang sering gue dengar dari beberapa atasan gue, “Working is not only about how smart you are, but also how good you are in managing people around you.”

And of course, being angry all the time is never be a good idea to manage people around me.

Hotel & Tour Guide in Jeju

MY HOTEL IN JEJU

Gue nginep tiga hari dua malam di Jazz Village pension house. Jangan heran sama istilah pension house. Awalnya gue pikir isitlah itu represents rumah tua model jaman dahulu kala (karena kebetulan, Jazz Village itu bernuansa old country banget). Tapi ternyata, kalo kita buka kamus, pension itu bisa juga diartikan rumah penginapan, hehehehe.

Baru lihat dari tampak luar, gue dan teman-teman langsung jatuh hati sama hotel ini. Model penginapannya mirip-mirip bungalow gitu. Ada beberapa rumah terpisah untuk para tamu. Unit yang gue tempati punya satu kamar tidur plus satu tempat tidur di ruang tengah, satu sofa 3-seated, satu pantry plus meja makan dan bangkunya, dan satu kamar mandi yang berukuran cukup besar (ada bathtub dan shower terpisah). Hotelnya bersih, nice furniture, dan ukurannya cukup luas untuk enam orang.

Tampak depan.

Ayunan depan kamar.

The kitchen.

Gue suka banget deh nginep di sini. Meskipun tidak semua karyawannya pandai berbahasa Inggris, yang penting owner-nya itu friendly dan helpful banget. He helped us calling taxis, then he talked to the drivers (most of Korean taxi driver cannot speak English) to bring us to a fine restaurant where we could eat.

Sayangnya, tidak tersedia fasilitas wi-fi di dalam kamar. Kita harus nangkring di lobi, atau cukup duduk di ayunan depan rumah supaya gadget kita bisa menangkap sinyal wi-fi yang disediakan hotel. But you don’t have to worry… mereka menyediakan 2 buah unit komputer di bagian reception yang bisa kita pakai, for free. Kekurangan lainnya, there was no breakfast, no swimming pool (sebetulnya ada, tapi sepertinya sudah lama tidak dipakai), dan lokasinya agak jauh dari jalan raya.

The best thing about this hotel is the affordable price. Kalau dirupiahkan, satu unit kamar ini hanya 1,6juta per malamnya. Karena harga kamar tersebut dibagi untuk enam orang, jadi tidak terasa berat! Lagipula buat ukuran hotel di Korea, 1,6juta per malam untuk 6 orang itu sudah termasuk murah lho.

Kalau tertarik nginep di sini, bisa naik bis dari bandara kemudian turun di Jungmun Resorts. Dari Jungmun Resorts, tinggal naik taksi sekitar  10 menit.

MY TOUR GUIDE

Jika kalian perhatikan, tidak ada satupun Jeju travel review di blog gue ini yang menuliskan ‘how to get there’. Kenapa? Karena hari pertama, gue cukup naik taksi buat jalan-jalan di Jungmun Resorts. Kemudian hari ke dua dan ke tiga, gue pake jasa tour guide. Berkat salah satu review di Lonely Planet, akhirnya gue berhasil menemukan guide yang masih available. I had a feeling that he was going to be a right person to guide us.

Nama tour guide gue Andy Choi. He’s not a part of a big travel agency, he is running his own business instead. Meskipun bukan dari perusahaan besar, my friends and I were very satisfied with his service. Orangnya ramah, helpful, mau ikut mikir buat cariin makanan halal (yaah, at least tidak mengandung babi), enak diajak ngobrol, dan enggak suka perhitungan ini-itu. Asyiknya lagi, selama pergi bareng Andy, kita enggak pernah nyasar-nyasar (believe it or not, it often happens to other tour guide/taxi driver in Jeju). His GPS worked almost perfectly. Dia juga jago nentuin sendiri urutan tourist attraction dalam itinerary gue untuk mengoptimalkan waktu yang ada.

Menurut pengamatan gue, memang sebaiknya kita hire tour guide untuk jalan-jalan di pulau Jeju. Jarak tourist attractions-nya relatif berjauhan dan jarang terlihat ada public bus yang melintas. Beda dengan Seoul, di Jeju ini tidak ada train system sama sekali.

Selain pakai jasa tour guide, kita bisa juga sewa taksi seharian. Fixed rate-nya tidak jauh beda dengan tour guide. Tapiii, secara supir taksi di sana jarang banget ada yang bisa bahasa Inggris, bakalan agak susah ngejelasin isi itinerary kita ke mereka. Beda sama tour guide yang udah siap dengan itinerary kita sejak awal. Kalau sampai terpaksa sewa taksi, solusinya, minta tolong resepsionis hotel untuk menerangkan isi itinerary kita ke supir taksi. Alternatif terakhir ya sewa mobil without driver a.k.a nyetir sendiri. However, gue enggak menyarankan hal ini buat orang Indonesia secara posisi setir di Korsel itu kan berbeda dengan Indonesia.

Tips dari gue buat kalian yang ingin hunting tour guide adalah kalian harus ngerasa sreg sejak korespondensi pertama dengan mereka. Kalo gaya bahasanya aja udah nggak ngenakin, responsnya lelet, mendingan cari yang lain aja deh. A good travel guide could be your key to successful trip… and I really thank Andy for this matter 🙂

If you wish to travel with Andy Choi, you may visit his website at www.jejudotourguide.com. Just drop him an e-mail, complete with your planned itinerary, then he will reply your e-mail together with his proposed fee in a short time.  

The Jungmun Resort

Jungmun Resort adalah kompleks besar di daerah Jungmun, Jeju, yang menyediakan berbagai tourist attractions dan juga beberapa pilihan hotel untuk menginap. Saat gue bilang kompleks, jangan bayangkan kompleks kecil, karena Jungmun Resort itu satu kawasan pariwisata yang luaaas banget. Gue malah enggak merekomendasikan kalian untuk jalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya. Ya kecuali kalian emang hobi jalan kaki siih…

THE TOURIST ATTRACTIONS

Teddy Bear Museum

Sepertinya Teddy Bear Museum ini merupakan objek wisata yang paling populer di Jungmun Resort. Isinya apa lagi kalau bukan deretan boneka, lukisan, dan patung Teddy yang lucu-lucu! Untuk review lebih detail, klik di sini.

Ripley’s Believe It or Not Museum

Lokasinya persis di seberang Teddy Bear Museum. Untuk review lebih detail, klik di sini.

Chocolate Land

Lokasinya persis di sebelah di sebelah Teddy Bear Museum. Isinya beberapa hasta karya yang terbuat dari cokelat, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak. Kalo emang beneran kepengen lihat museum cokelat, lebih baik jangan datang ke sini. Ada museum cokelat di Jeju, yang lebih besar, yang lokasinya tidak begitu jauh dari Jungmun Resort.

Cokelat rasa kaktus yang enak banget ituu…

Yang menarik dari Chocolate Land adalah kursus membuat cokelat yang disediakan oleh tempat ini. Sayangnya gue enggak sempat ikutan kursus ini waktu berkunjung ke sana. Oh ya, asyiknya lagi, harga tiket masuk yang kita bayarkan akan ditukar dengan voucher belanja cokelat dengan nominal yang sama. Waktu itu gue beli cokelat pinky rasa kaktus yang rasanya enaaaak banget. Kalo ada reader yang mau datang ke sana, please kasih tau gue yaa. Gue mau nitip cokelatnya. Serius loh ini, please please please.

P.s.: Atau mungkin, ada yang tau di mana toko di Jakarta yang jualan cokelat import dari Korea?

The Jungmun Beach

Katanya sih yaa, Jungmun Beach ini merupakan pantai paling populer di Jeju Island. Kalau berdasarkan deskripsi di website-nya Korean Tourism Board:

“Jungmun Beach (중문해수욕장) has a sandy shore so fine that it is called Jinmosal. The white sand beach is 560m long and the water has an average depth of 1.2m. Different shades of black, red, and grey are beautifully mixed into the white sand of the beach.”

Ternyata oh ternyata… saat gue menginjakkan kaki di Jungmun Beach… pemandangannya cuma begitu aja. I simply think that Bali has much more beautiful beaches than that. Gue bahkan tidak melihat ada fasilitas water sport di pantai itu. Gue lihat yang dilakukan para pengunjung di sana ya hanya main-main air di pinggiran pantai. Tidak ada orang yang berjemur, tidak pula orang-orang yang sedang asyik membuat istana pasir… Hmm, mungkin karena cuaca masih relatif dingin kali yaa.

THE ACCOMODATION

  • Lotte Hotel. Hotel ini keliahatan mewah banget dari luar. Dan yang paling gue anggap menarik dari hotel ini adalah… mereka punya Hello Kitty room! Kalo nanti gue balik lagi ke pulau Jeju, gue harus nginep di kamar Hello Kitty itu. Pokoknya harus, hehehehe;

Hello Kitty room @ Lotte Hotel Jeju

  • Jeju Seaes. Yang paling istimewa dari hotel ini adalah… ini kan lokasi syutingnya Secret Garden! Seneng banget rasanya saat berhasil menemukan lokasi ‘the bench kiss’. Look at my pictures below!

 

 

 

 

 

  • Hotel Hana. Dari semua hotel yang ada di Jeju, sepertinya Hana ini yang room rate-nya paling murah. Tapi ya gitu deh… gue pernah beberapa kali lihat bad review soal hotel ini di berbagai traveling website;
  • Masih ada 4 hotel lain: Shilla, Hyatt Regency, Korea Condo, dan The Suits.

THE TRANSPORTATION

  1. By taxi. Ada cukup banyak taksi yang mangkal di beberapa titik ramai di Jungmun Resort, misalnya di sekitar Teddy Bear Museum. Tapi yaah, bukan berarti selalu gampang dapat taksi di kawasan ini! Gue pernah harus menunggu agak lama sampai akhirnya mendapatkan taksi yang kosong;
  2. Travel agent. Liburan di Jeju akan sangat-sangat sulit jika tidak dibantu oleh travel agent. Untuk detail travel agent gue di Jeju, klik di sini. Akan tetapiuntuk hari pertama di Jeju yang hanya dihabiskan di kawasan Jungmun Resort, gue masih belum menggunakan jasa agent tersebut. Lalu cara apa yang gue pilih untuk keliling Jungmun Resort?
  3. Sewa sepeda atau mobil elektrik mini. Yup… ini dia alat transportasi yang gue pilih: sewa mobil mini untuk keliling Jungmun Resort! Bermodalkan penjelasan dari pemilik mobil plus berbekal selembar peta, gue dan teman-teman keliling Jungmun Resort menggunakan mobil mini ini. Karena jumlah kita ada 6 orang, jadilah kita menyewa 3 unit mobil.

    My mini electric car in Jeju^^

Tips dari gue, sebaiknya orang yang mengendarakan mobil mini ini tetap orang yang sudah terbiasa nyetir mobil beneran. Ada banyak mobil lalu lalang di kawasan ini, banyak pertigaan, perempatan, dan tikungan tajam, ditambah posisi setir mobil yang berbeda dengan Indonesia.

Oh ya, kalau mau sewa mobil mini atau sepeda, tidak perlu langsung sewa begitu sampai di resort. Nikmati dulu semua attraction yang berada di sekitar Teddy Bear Museum. Jika sudah semuanya, barulah datang ke tempat penyewaan yang lokasinya terletak di antara Teddy Bear Museum dan Chocolate Land.

Waktu itu gue sewa mobil mini selama 2 jam, dan sebetulnya 2 jam itu sudah cukup untuk keliling resort. Hanya saja sayangnya waktu itu kita sempat nyasar dan gagal menemukan lokasi Cheonjeyeon waterfall. Pada saat jam sewa sudah hampir habis, barulah gue menemukan jalan yang tepat menuju air terjun itu. Tapi apa boleh buat… udah waktunya si mobil mini dikembalikan ke pemiliknya.

Overall, gue sangat menikmati kunjungan gue ke Jungmun Resort. Gue suka banget sama Teddy Bear Museum, dan yang nggak disangka-sangka, naik mobil sewaan itu rasanya seru banget loh. Meskipun gue cuma duduk di bangku penumpang, tapi saat itu tetap salah satu saat terbaik gue di Jeju Island. Mulai dari sok jago baca peta buat mencari tempat tujuan, nyasar sampe keluar kawasan resort, si Luzy yang nyetir nekad sampe bikin gue deg-degan, bahkan sempet ada pengemudi yang membuka kaca mobilnya karena marah sama kita! Apapun yang terjadi, gue tetap senang dan tidak menyesal sudah bayar cukup mahal untuk sewa mobil mini tersebut.

Kalo suatu hari gue balik lagi ke pulau Jeju, gue mau aaah, sewa mobil mini di tempat itu lagi. Oh ya, harga sewa di sana bisa ditawar loh. Jadi jangan ragu untuk menawar harga ok!

The Amazing Spiderman on IMAX

Awalnya, gue enggak ngeh bakal ada film reboot dari Spiderman. Tapi waktu lagi mampir di Sency, gue terkejut juga ngelihat poster besar filmnya… Spidey yang baru ganteng banget booo… Jauh lebih ganteng dari Peter Parker versi pertama! Gue pun langsung enggak sabar pengen nonton filmnya. Dan waktu tahu ada versi 3D untuk film ini, gue tambah penasaran. Film 3D yang satu ini pasti akan diputar di IMAX Gandaria City. Pasti bakalan perfect banget kalo gue nonton the new Spidey di layar IMAX.

Kesan pertama gue begitu masuk ke studio IMAX itu adalah bentuk layarnya agak melengkung ke depan. Kalo bentuk kacamata sih mirip-mirip lah yaa. Enggak ngerti juga apakah ada bedanya sama kacamata 3D yang biasa. Kemudian sound system juga lebih kenceng, lebih mampu menggetarkan lantai studio. Kemudian saat tulisan tanda kacamata 3D sudah harus digunakan, mulai terasa betapa istimewanya IMAX… Nyaris sesuai dengan yang dijanjikan, nonton di IMAX itu rasanya emang seperti be a part of the movie. Meskipun bangkunya hanya diam saja, tapi rasa-rasanya tuh kayak kita ikut bergerak seirama dengan adegan di dalam film!

Tapi efek spektakuler itu enggak selalu terasa sepanjang film pastinya. Tergantung apa yang sedang ditampilkan di layar juga. Untuk film The Amzaing Spiderman itu sendiri, jumlah 3D effect-nya udah cukup banyak lah ya. Terlalu banyak efek yang spektakuler bisa bikin pusing juga soalnya.

Bicara soal cerita film… secara garis besar sih masih sama aja kayak versi pertama. Soal Peter Parker culun yang berubah jadi superhero gara-gara digigit laba-laba, serta soal Peter yang dibesarkan Paman dan Bibi-nya, yang kemudian sang Paman meninggal gara-gara tertembak penjahat yang sebetulnya bisa saja dihentikan oleh power-nya Peter.

Meskipun secara garis besar masih mirip-mirip, ada juga beberapa perbedaan yang sangat mencolok:

  1. Yang paling mencolok adalah cewek yang disukai oleh Peter Parker. Di Amazing Spiderman, tidak ada Mary Jane. Yang ada malah Gwen Stacy, teman sekolah Peter yang cantik dan cerdas. Di versi lama, Gwen Stacy ini pernah muncul di seri ke tiga… Ingat kan, cewek pirang yang juga pernah dicium dengan posisi terbalik oleh Spiderman?
  2. Musuh pertama Spiderman tidak langsung berhadapan dengan Norman Osborn, melainkan seorang profesor yang pernah menjadi rekan kerja ayahnya Peter. Osborn itu sendiri masih belum benar-benar muncul… Hanya diceritakan bahwa Osborn adalah orang yang men-support dana penelitian sang profesor. Gue yakin banget, Osborn baru muncul di seri yang ke dua nanti; dan
  3. Di seri terbaru ini, ada cuplikan masa kecil Peter, dan… ada misteri soal hilangnya kedua orang tua Peter. Dan misteri ini masih menjadi teka-teki sampai akhir cerita… Sengaja digantung di akhir, supaya penonton jadi penasaran dan akan kembali menonton sekuelnya kelak. Oh ya, kalau nanti nonton film ini, jangan langsung pulang begitu filmnya selesai. Tunggu agak lama, akan ada satu scene kemunculan Osborn yang menyebut-nyebut soal orang tua Peter. Just stay tune until the end!

Satu hal yang terasa kurang sreg dari film ini buat gue adalah dua tokoh utama yang tampak ketuaan untuk ukuran usia 17 tahun. Udah gitu entah kenapa, karakter Peter Parker dan Gwen Stacy itu juga terlalu dewasa buat ukuran ABG. Aneh aja kalo bisa ada ABG sedewasa, seberani, dan secerdas mereka berdua… Untunglah akting Andrew Garfield dan Emma Stone sebagai dua tokoh utama itu terlihat sangat meyakinkan. Chemistry antara mereka juga lumayan dapet kalo menurut gue. Garfield kelihatan lebih ganteng daripada waktu dia main di Social Network. Tapi kadang-kadang… gue ngerasa gerak-gerik Peter Parker ala Garfield itu kok jadi mirip-mirip Edward Cullen ala Robert Pattinson yaah?

The Amazing Spiderman jelas juara untuk ukuran special effect. Jalan cerita juga lebih menarik dan ada beberapa adegan yang sangat mendebarkan. Ada satu adegan yang bikin gue cukup terharu… Ceritanya saat harus mencegah The Lizard menyebarkan racun, sang Spidey malah sedang cedera. Dia kesulitan melompat-lompat untuk menuju menara tempat The Lizard hendak menyebar racun. Melihat Spidey kesulitan, seorang operator tower crane yang pernah diselamatkan anaknya oleh Spidey, mengkoordinasi semua operator tower crane agar mengarahkan alat berat mereka untuk digunakan sebagai tempat Spidey bergelantungan… supaya dia bisa cepat sampai ke menara tujuan.

Gue bisa bilang… reboot Spiderman seri pertama ini udah cukup berhasil. Memikat penonton, dengan cara yang berbeda. Pemilihan Garfield sebagai the new Spidey juga udah tepat banget kalo menurut gue… ya walaupun itu tadi, agak ketuaan buat jadi anak SMA. Gimana enggak ketuaan kalo orang yang umurnya udah 29 disuruh memerankan ABG umur 17 tahun? Tapi yang penting sih, gantengnya itu lho… Jangkung dan body yang atletis pulaaa… Calon idola baru cewek-cewek sepertinya, hehehehe.

Overall… Spiderman on IMAX was pretty impressive for me. Sempet bikin mata gue terasa agak perih dan capek di awal… tapi cuma sebentar. Selanjutnya, gue sangat menikmati jalan cerita plus efek 3D yang jauh berbeda dengan studio 3D yang biasa. The 3D effect has made the movie became more amazing to me. Totally worth the price… in my opinion.

Oh ya, just in case you have this question in your mind… nonton di IMAX tetap ada subtitle-nya kok. So you don’t need to worry about getting lost in translation, hehehehe.

P.s.: Buat yang belum tau, sampai saat tulisan ini gue publish, studio IMAX di Indonesia baru ada di Gandaria City aja ya, guys.

Short Stories… About My Bosses

Gara-gara abis baca buku “My Stupid Boss”, gue jadi terinspirasi buat nulis tentang orang-orang yang pernah atau masih jadi atasan gue. Dari belasan orang yang pernah jadi atasan gue, berikut ini 3 atasan yang gue pilih untuk gue ceritakan. Gue kasih nama mereka menggunakan inisial yang bukan merupakan singkatan nama, melainkan singkatan dari julukan yang baru aja gue buat pagi ini 🙂

 

Mr. MS

Waktu pertama kali ketemu MS untuk keperluan job interview (untuk posisi accounting software consultant), gue langsung punya good feeling soal si calon bos. Orangnya kelihatan baik, dan enggak sungkan untuk memuji… Gara-gara pujiannya itu, gue sampe langsung yakin banget kalo gue pasti diterima kerja di sana, hehehehe.

Seingat gue, gue enggak pernah punya konflik yang cukup berarti dengan bos yang satu ini. Akan tetapi, cukup sering terjadi, MS ngasih gue assignment yang sebetulnya melebihi kapasitas gue.

Gue pernah dikasih klien yang bergerak di bidang manufacturing, padahal saat itu, gue belum menerima training tentang modul produksi. Waktu gue lapor via telepon, MS sepertinya lupa kalo sebetulnya gue belum boleh pegang klien itu. Kemudian MS bilang, gue pulang aja… enggak papa. Fee gue akan tetap dibayar. But of courseI didn’t do that. Gue sok-sok-an nanya step by step yang dilakukan si klien dengan alasan, supaya gue tahu apakah ada yang salah dari operasional harian mereka (padahal sebetulnya, gue lagi mempelejari cara kerja modul produksi saat klien menjelaskan prosedur harian mereka itu, hehehehe). Berbekal ilmu yang udah gue punya, thank God, I could find the solution just right in time!

Setelah itu, MS seneng kasih gue klien-klien sulit yang banyak maunya. Gue udah cukup sering dikirim untuk menggantikan konsultan lain yang di-reject oleh klien karena dianggap tidak cukup capable. Pernah suatu hari, gue dapat klien yang punya sifat luar biasa jelek. Dia suka nge-reject konsultan lain bukan karena lack of skill, tapi lebih karena sifat si klien yang emang rese, terlalu banyak maunya, emosional, dan punya sensitivitas yang sangat berlebihan. Klien rese itulah yang bikin gue untuk pertama kalinya, nyaris di-reject dengan alasan: gue ini judes. Si bos langsung telepon gue dari kantor… Tadinya gue pikir gue bakal diomelin, tapi ternyata, MS malah bilang beigni, “Ya udah… kamu pulang aja. Saya juga udah ngomong sama orang-orang sales, kita udah sepakat refund uang si customer. Biar nanti software-nya kita tarik kembali. Soalnya kalo kamu juga udah nggak bisa handle, berarti emang customer itu yang keterlaluan.”

Sebetulnya, gue pantang banget minta maaf untuk sesuatu yang bukan kesalahan gue. Tapi karena tersentuh dengan kalimat bos di telepon, gue memberanikan diri datang ke klien belagu itu… untuk meminta maaf. Akhirnya gue enggak jadi di-reject, dan gue selesaikan semua assignment di sana sampai tuntas. Ego gue emang penting, tapi image perusahaan, dan kepercayaan bos sama gue, itu jauh lebih penting.

Beberapa saat menjelang gue resign dari perusahaan itu, seorang anak baru yang ditugaskan untuk on-job training sebagai asisten gue bilang begini, “Pak MS sering banget lho, cerita tentang Mbak di kelas training. Kelihatannya dia bangga, punya staf kayak Mbak Riffa.”

Gue kerja bareng MS tidak terlalu lama. Tapi sebagai bos pertama dalam sejarah karier gue, dia udah berhasil menumbuhkan kepercayaan diri gue dalam dunia kerja. Asalkan gue mau berusaha, gue pasti bisa… apapun rintangannya.

 

Mr. OA

Bos gue yang satu ini terkenal nyentrik. Tipe bos yang jelas-jelas menyadari bahwa ada banyak bawahan yang sebel sama dia. Tapi dia selalu bilang sama gue, dia sedang berusaha untuk berubah. Dan emang kalo sama gue, sikap menyebalkannya secara signifikan lebih mendingan daripada sikap dia ke beberapa orang lainnya. Bahkan, bukan cuma mendingan… dalam beberapa hal, dia juga baek banget sama gue. Misalnya kalo pulang malem dalam waktu yang bersamaan, dia suka nganter gue pulang sampe ke gang depan rumah… Abis itu dengan entengnya dia bilang, “Walaupun gua anter, elo tetep charge taksi aja… nanti gue tanda tangan. Nggak bakal ada yang tau.”

Tapi tentunya, sebagai karyawan jujur, gue enggak pernah reimburse taksi lembur kecuali gue beneran pulang naik taksi, hehehehe.

Hidup gue terbilang jadi enak selama kerja bareng OA. Mau cuti gampang, reimburse gampang, charge overtime gampang, chargeable hours juga gampang, bahkan… promotion pun, menjadi sesuatu yang relatif lebih mudah buat gue. Oh ya, di luar pekerjaan, OA juga suka curhat… Gue jadi suka ngerasa, sepertinya dia bukan cuma nganggep gue sebagai stafnya dia aja, tapi juga sebagai teman yang bisa dipercaya.

Sama seperti bos pertama gue, OA ini juga mempercayai kapasitas gue melebihi kepercayaan gue terhadap diri gue sendiri. Baru satu tahun gue bekerja, gue udah dipercaya buat jadi person in charge (acting senior) untuk satu klien baru yang bergerak di bidang produksi. Padahal sebelumnya, pekerjaan gue masih nggak jauh dari prosedur yang gampang-gampang. Prosedur remeh yang selalu gue keluhkan dengan, “Kerjaan kayak gini sih, anak SMA juga bisa!”

Tapi waktu disuruh jadi PIC, gue sempet takut juga. Dari kerjaan remeh ala anak SMA, tiba-tiba disuruh jadi in charge untuk all procedures, di klien baru pula! Masalahnya kalo klien baru itu artinya belum ada working paper tahun lalu yang bisa gue jadikan contoh! Udah gitu, gue kerja dibantu dua staf yang masih baru banget kerja di perusahaan gue itu.

Syukurlah sampai akhir, pekerjaan selesai dengan baik. At the end of the project, OA bilang begini, “Selama elo jadi in charge di sana, gua jadi bisa tidur nyenyak. Gua gak pusing mikirin itu klien, hehehehe.”

Sayangnya di saat-saat terakhir gue kerja di perusahaan itu, entah kenapa, OA bersikap antipasti sama gue. Padahal waktu itu, gue sedang kerja under manajer lain. Jadi bukan karena ada konflik kerja terus dia jadi sebel sama gue. Bahkan anehnya, pada saat gue mengajukan surat resign, dia enggak mau tanda tangan surat resign gue loh. Untunglah gue masih punya 2 manajer lainnya, jadi gue tetep bisa resign tanpa perlu ada tanda tangan dari OA.

Pada saat itu gue ngerasa, mentang-mentang dia udah enggak butuh gue lagi, dia jadi seenaknya. Tapi setahun kemudian, bos gue di kantor yang baru (yang emang kebetulan kenal sama si OA) bilang begini, “Saya rasa sebenernya dia itu kecewa kamu malah resign.”

Gue sih enggak pernah kepikiran sampe segitunya yah… Tapi gue malah jadi mikir, apapun alasannya, I owe OA quite a lot. Belum tentu gue bisa naik ke level senior meskipun belum sampai 2 tahun bekerja, kalo bukan berkat jasa OA. Tugas-tugas yang dia percayakan juga udah bikin gue jadi bisa berkembang lebih cepat. Jadi ya sudahlah… di luar gimana ending-nya, tapi yang penting, gue enggak boleh ngelupain kebaikan OA selama gue kerja bareng dia.

 

Mr. CB

Dari semua bos yang pernah gue punya, CB ini gayanya paling slengean. Orangnya santai, lucu, dan suka kelewat cuek bebek. Berlawanan banget sama gue yang relatif serius dan serba well-planned.  However, meskipun gaya kerjanya beda banget sama gue, meskipun orangnya moody dan kalo lagi kumat suka enggak bales e-mail atau SMS gue, dan meskipun dia cuma ‘extra-sweet’ kalo gue lagi dapet ‘extra-job’, kadang-kadang gue suka berpikiran, dia itu bos yang paling baik yang pernah gue punya.

Gue sempet curiga si Mr. CB ini punya semacem indra ke enam yang bikin dia bisa baca isi pikiran orang. Ada beberapa hal yang lebih gue pilih untuk dipendam, tapi dia suka bisa nebak, dengan tebakan yang nyaris 100% akurat. Malah pernah, dia ngucapin kalimat yang isinya sama persis dengan isi kepala gue! Tapi semakin lama gue kerja sama dia, semakin gue tau kalo dia itu bukannya punya indera ke enam, tapi… he simply spends some times to observe his own team. Seringnya, tebakan dia itu benar, tapi kadang tebakannya bisa salah besar juga. Makanya gue jadi tau kalo dia enggak punya indera ke enam… Lagian gue mah nggak percaya sama hal-hal mistis kayak gitu, hehehe…

Yang paling gue suka dari CB itu adalah sifat supportive dan willing to listen-nya. Dia peduli banget sama kenyamanan anak buahnya. Dia juga percaya banget sama gue, yang pastinya, kepercayaannya itu  bikin gue jadi cepat berkembang. Asalkan sifat moody CB lagi nggak kumat, he could be the best boss I’ve ever had lah… Dan dia bakal jadi bos paling baek sedunia kalo ngijinin gue pergi lihat sakura di bulan April 😀 Asal dijinin pergi bulan April, gue rela deh, pergi ke Jepang bawa-bawa laptop, hehehehe.

 

Overall, gue ngerasa cukup beruntung untuk urusan bos. Beda banget sama ‘stupid-boss-nya’ Amoy Kerani… Di manapun gue kerja, gue selalu punya bos yang selalu men-support gue dengan baik. Gue dikasih banyak kesempatan untuk berkembang, diberikan kepercayaan melebihi yang bisa gue bayangkan, dan yang tidak kalah penting, mereka selalu dengan tulus memaafkan gue di saat sedang khilaf, hehehehe. Intinya sih, they were not perfect, but at least, they were good for my career.

Pada akhirnya gue pengen bilang… meskipun gue enggak pernah sampaikan secara langsung sama semua orang yang pernah jadi bos gue, tapi sebetulnya… I am nobody without my bosses. Wish you all success and a great life as always yaa, bapak-bapak, mas-mas, dan mbak-mbak semuaa 🙂

How to Deal with a Bad Face Day

Secara singkat, bad face day buat gue berarti hari di mana muka kelihatan lagi jelek. Berikut ini ciri-ciri gue sedang mengalami bad face day, penyebabnya, cara menutupinya, serta cara mengatasinya.

Kulit wajah kusam dan kering

Kulit wajah gue akan langsung kelihatan kering setelah polesan bedak padat yang pertama. Kulit wajah terlihat tidak mulus, mengelupas kecil-kecil, dan bedak juga tidak terasa nyaman di permukaan kulit. Semakin banyak bedak, semakin kelihatan kering! Selain itu, wajah juga terlihat kusam, pori-pori kulit tidak tampak halus/membesar, dan warna kulit cenderung lebih gelap.

Penyebabnya: Kurang tidur, kecapekan, stres, kurang minum air putih, sakit, suhu udara/AC yang terlalu dingin.

Cara menutupinya: BB cream! Make sure BB cream ini cocok untuk kulit wajah kamu, warnanya pas, dan produknya berkualitas prima. Menurut pengamatan gue, orang yang terlahir dengan kulit wajah yang ‘sulit’ biasanya tidak berjodoh dengan bedak, alas bedak, BB cream, dan tinted moisturizer yang murah meriah.

Cara mengatasinya: Hindari daftar penyebab yang gue sebutkan di atas, dan gunakan masker yang punya fungsi melembabkan. Extra moisturizer could be helpful (tapi tidak perlu terlalu banyak juga, yang ada malah bikin pori-pori tersumbat dan kulit wajah akan jadi more oily).

 

Kelopak mata gue terlihat kecil sebelah!

Nggak enaknya punya mata berkelopak agak besar adalah ukuran kelopak yang suka tiba-tiba berubah dengan sendirinya. Efeknya, mata gue jadi kelihatan kecil sebelah!

Penyebabnya: Kurang tidur, kecapekan, kulit kelopak kering, make-up mata yang tidak dibersihkan dengan baik sebelum tidur.

Cara menutupinya: Gunakan eye cream, kemudian poleskan eye shadow warna cokelat tua, dan untuk kelopak yang mengecil, baurkan eye shadow sedikit lebih tinggi daripada eye shadow di kelopak mata yang satunya lagi. Kemudian gunakan eyeliner, sedikit lebih tebal di kelopak yang bermasalah. Eye shadow cokelat tua itu ahlinya menciptakan ilusi kelopak lebih besar, dan eyeliner selalu mampu membuat seseorang jadi terlihat lebih cantik (asalkan tahu cara pakainya ya) serta mampu mengalihkan perhatian orang lain dari ketidaksempurnaan di wajah kita.

Cara mengatasinya: Rajin pakai eye cream disertai pijitan ringan dengan arah membentuk kelopak mata kita.

 

Kantung mata

Selain kantung mata, bagian bawah mata gue juga suka terlihat lebih gelap.

Penyebabnya: Kurang tidur, capek, stres, anemia.

Cara menutupinya: Eye concealer… Gunakan tipis-tipis setelah eye cream dan sebelum bedak. Kemudian lagi-lagi, eyeliner juga bisa mengalihkan perhatian orang lain dari si ‘mata panda’.

Cara mengatasinya: Pakai irisan timun yang sudah didinginkan, atau kalau mau praktis, pakai saja eye patch. Jangan lupa pakai eye cream juga yaa…

 

Bibir kering dan pecah-pecah

Kalau sedang parah, bibir gue bisa sampai mengeluarkan sedikit darah! Ouch!

Penyebabnya: Kurang tidur, kecapekan, kurang minum air putih, sakit, sedang minum obat, sariawan, dan bibir kurang pelembab.

Cara menutupinya: Cukup pakai pelembab bibir yang sedikit berwarna. Sebagus apapun lipstiknya, sebaiknya dihindari dulu sampai bibir kembali normal.

Cara mengatasinya: Banyak minum air putih, minum vitamin C dan konsumsi buah-buahan, oleskan madu pada bibir, atau kalau mau praktis, pakai pelembab yang rich moisturizer (pelembab bibir khusus keadaan emergency) sambil dipijat pelan-pelan.

 

Wajah berjerawat kecil-kecil! Arrrgghhh

Sekarang ini, jerawat besar di wajah gue cuma muncul sesekali pada periode PMS. Tapi jerawat kecil masih suka menghantui di saat bad face day!

Penyebabnya: Lain orang lain juga pemicu jerawatnya. Kalau buat gue: kepanasan, kurang minum air putih, dan bergumul dengan debu plus asap kendaraan. Satu hal yang pasti bisa menyebabkan jerawat: lupa membersihkan make-up sebelum tidur.

Cara menutupinya: Kalau terpaksa ditutupi (misalnya karena ada pesta), gue akan pakai concealer. Pakai concealer -nya jangan terlalu banyak ya, nggak ada gunanya dan cuma bikin belepotan. Senjata lainnya. alas bedak juga selalu jadi andalan gue buat menutupi jerawat di saat-saat genting.

Cara mengatasinya: Pakai masker lumpur, dilanjutkan dengan membersihkan wajah menggunakan spons khusus untuk membersihkan wajah (tekstur spons terasa keras dalam keadaan kering, tapi akan langsung sangat fleksibel dan empuk setelah terkena air). Nggak ketinggalan pakai obat jerawat sebelum tidur. Oh ya, toner jeruk nipis juga bisa sangat membantu lho. Tapi cukup ditekan lembut menggunakan kapas pada bagian berjerawatnya saja ya. Toner jeruk nipis itu berpotensi bikin kulit jadi kering.

 

Gejala dan timing terjadinya bad face day memang berbeda-beda untuk semua orang. Cara terbaik untuk mengatasinya pun, bisa jadi berbeda-beda juga. Jadi tidak menutup kemungkinan, apa yang gue tulis di sini tidak applicable untuk para pembaca. Dan kalau ternyata solusi ala gue ini tidak membantu, maka mulailah putar otak! Cari benang merah dari hari-hari buruk kamu dan pecahkan masalah itu dengan solusi ala kamu sendiri. Selamat mencoba!

Percakapan Siang Itu, Lebih dari 10 Tahun yang Lalu…

Waktu jaman ABG dulu, gue pernah patah hati berat sama salah satu gebetan yang tiba-tiba aja ngejauh tanpa ada penyebab yang jelas. Dalam keadaan emosi, gue ngomong begini sama Intan, salah satu teman baik gue di SMA, “Liat aja nanti… dia nggak mungkin bisa nemuin cewek yang lebih baik daripada gue. Someday dia bakal nyesel dan bakal gantian dia yang ngejar-ngejar gue.”

Waktu itu, dengan kalemnya Intan jawab begini, “Jangan gitu… Belum tentu Allah ngebales dengan cara seperti itu. Bisa aja Allah ngebales ketulusan elo sekarang dengan ngasih elo cowok yang jauh lebih baik.”

Percakapan siang itu cuma satu dari sekian banyak obrolan gue sama Intan. Sesuatu yang gue rasa udah dilupakan sama temen gue itu. Tapi buat gue, nasehat pendek itu udah jadi sesuatu yang mengubah pola pikir gue, sejak saat itu dan hingga saat ini.

Sekarang, saat ada orang lain yang sangat-sangat menyakiti perasan gue, maka gue tidak pernah lagi mengucapkan atau bahkan, tidak pernah pula terlintas dalam pikiran gue untuk bersumpah-serapah mendoakan hal-hal jelek akan menimpa orang yang bersangkutan. Menurut gue, balasan berupa hal-hal baik dari Tuhan untuk hidup gue jauh lebih menyenangkan daripada melihat hal-hal buruk menimpa hidup orang-orang yang pernah menyakiti perasaan gue itu. Mereka ketimpa sial juga gue enggak dapet untung apa-apa kan? Dan hal ini bukan berlaku dalam urusan cinta-cintaan aja lho. Dalam hubungan pertemanan, keluarga, bahkan dalam pekerjaan pun, gue menerapkan pola pikir yang sama.

Lalu apa timbal balik yang gue dapatkan?

Gue nggak bisa sebutkan secara detail di sini lah ya… Jatuhnya nggak bagus dan kesannya bisa kayak orang lagi pamer. But one thing for sure, I’ve got a happy life in return 🙂