Hotel, Tour, & Dining Tips in Phuket

 

Sebelum berangkat ke Phuket, gue udah merencanakan perjalanan ini sejak berbulan-bulan sebelumnya. Gue rajin baca review hotel buat nemuin hotel yang murah tapi nggak murahan, rajin buka-buka website buat nentuin nanti di Phuket mau ke mana aja, sama kirim-kirim e-mail ke 4 travel agent di Phuket buat dapetin harga yang paling murah.

Akhirnya, gue putusin buat nginep di Patong Resort. Kenapa Patong Resort? Karena hotel ini letaknya strategis banget, deket mall dan pusat hiburan di Patong, sehingga gue pikir akan memudahkan gue buat cari makan. Selain itu, hotel ini gue dapetin dengan harga murah dari http://www.agoda.com, hanya sekitar Rp. 325.000 per malamnya, ditambah sekitar Rp. 210.000 untuk extra person (termasuk extra bed dan extra breakfast). Ditambah service charge, biaya menginap kita jadinya sekitar Rp. 650.000 per malam.

Menurut gue, hotel ini udah bener-benar bagus. Kalo di Bali, dengan harga segitu palingan juga dapetnya cuma sekelas hotel melati… Tapi Patong Resort ini fasilitasnya ok banget. Ada kolam renang yang lumayan besar, fasilitas spa, berbagai jenis restoran, dan beberapa fasilitas olahraga lainnya. Udah gitu, di sana kamar kita di-upgrade dari Standard ke Deluxe room! Thank you so much Patong Resort!

Tapi yang namanya hotel murah, ya pastilah ada beberapa celah kekurangannya. Pertama masuk ruangan, aromanya agak aneh, tapi lama-lama aroma aneh itu hilang setelah AC dinyalakan. Terus ada semacam karat menguning di bak mandinya. Lalu tuas toiletnya harus ditarik agak lama supaya bersih. Sempet pula, dua kali, gue dan temen-temen nemuin kecoa kecil di dalam kamar! Dan yang paling mengganggu, ada banyak staf hotel yang nggak jago berbahasa Inggris.

Our hotel.

Our hotel.

 

 

Our room.

Our room.

 

 

Tips dari gue, hati-hati dalam memilih hotel murah di Phuket. Hotel yang strategis (definisi strategis itu dekat ke pantai dan dekat ke pusat keramaian) tapi harganya murah banget biasanya udah super usang, banyak nyamuk dan kecoa, baunya aneh, dan bising oleh suara hiburan malam. Jadi kalo emang mau hotel yang strategis, terjangkau, tapi masih nyaman dan cukup mewah, gue sangat merekomendasikan Patong Resort hotel. Tapi perlu dicatat, suasana hotel ini tidak cukup romantis untuk tujuan honeymoon.

Buat urusan tur, gue kirim satu e-mail yang sama ke 4 travel agent. Isinya gue bilang sama mereka, gue mau ke mana aja dan minta dikasih harga untuk paket tur yang gue inginkan itu. Hasilnya, untuk paket tur yang sama, gue dapet tawaran harga: JC Tour – 7.440 baht, Asia Web Direct – 7,489 baht, Phuket Hot Deals – 5.900 baht, dan Phuket Thailand Travel – 6,850 baht. Awalnya, Phuket Hot Deals nggak nyediain makan siang di city tour gue, tapi setelah korespondensi, akhirnya mereka setuju nyediain makan siang juga! Jadi ya udah, gue ambil paket tur mereka, dengan rincian:

Phi-phi islands tour – 1.500 baht

Phuket Fantasea – 1.900 baht

Simon Cabaret – 800 baht

ATV riding – 1.200 baht

City tour -500 baht

 

Berdasarkan pengalaman gue, yang membedakan mahal-murahnya paket tur ini terletak di Phi-phi Islands tour, ATV riding, dan city tour (beda sama Phuket Fantasea dan Simon Cabaret yang cuma beda 10-20 baht antar travel agent).

Untuk Phi-phi, tur yang lebih mahal menyediakan speedboat yang kelihatan lebih mewah (sedangkan speedboat gue, meski nggak jelek, tapi tetep enggak gitu mewah dan sempet tercium bau minyak tanah waktu speedboat baru mulai melaju), dan perlengkapan snorkeling yang masih mulus.

Untuk ATV riding, ternyata ada banyak pengelola ATV riding di Phuket sana. Terus terang gue sedikit kecewa ya, sama ATV riding-nya. Di website dijanjikan bakal berkendara ngelewatin pantai dan air terjun, tapi ternyata kamaren itu gue cuma mendaki sampe ke puncak gunung aja tuh… Gue rasa, di situ bedanya ATV mahal dengan ATV murah.

Lalu untuk city tour, ada beberapa tempat yang disebutkan di itinerary tapi enggak dikunjungi waktu perjalanannya. JC Tour, salah satu travel agent kelas 1 di Phuket pernah bilang sama gue via e-mail, travel agent yang murah suka enggak memenuhi itinerary yang mereka tuliskan di website. Lalu ada lagi nih, yang ngebedain paket tur mahal sama paket tur murah. Di Phuket Fantasea gue sempet liat mobilnya JC Tour yang kelihatan kayak baru keluar dari dealer, beda sama mobilnya Phuket Hot Deals yang kelihatan udah tua dan agak usang…

However, gue puas kok sama Phuket Hot Deals. Meskipun dari luar mobilnya agak jelek, tapi kan yang penting mobilnya nyaman, bersih, nggak bau, AC-nya adem, dan supirnya baik banget! Jeab, reservation manager di Phuket Hot Deals juga sabar dan ramah banget dalam menjawab semua pertanyaan gue.

 Soal tur, sebenernya ada banyak banget travel agent di sekitar hotel yang menawarkan harga lebih murah. Sebenernya dari awal gue juga udah tau soal itu. Tapi, gue tergiur sama tawaran antar-jemput bandara yang nggak bakalan gue dapetin kalo beli paket tur langsung di Phuket. Lagipula bener kata Nova, temen sekantor gue… Kalo sembarangan pilih travel agent di sekitar hotel, salah-salah nanti malah diculik sama supirnya! Beda kalo kita pesen via website yang mana kita bisa ngecek dulu reputasi travel agent ybs via Google search.

Yang terakhir soal dining in Phuket. Kabar baik buat kita yang muslim, di Phuket enggak susah cari makanan halal. Di Golden Kinnaree, restoran buffet yang terletak di dalam Phuket Fantasea, ada satu area buffet yang khusus menyediakan makanan halal (emang dijamin halal, karena ada sertifikat untuk Halal Food Presentation). Di hotel gue juga ada banyak menu sarapan yang tidak melibatkan babi sama sekali (bahkan di website mereka, Patong Resort bilang mereka menyediakan beberapa makanan halal). Di sekitar hotel pun, ada beberapa tempat makan yang memajang tulisan ‘Halal’ atau owner restoran yang suka menyapa gue dengan, “Assalamualaikum.”

Selain itu, penduduk asli Phuket sangat menghargai turis muslim yang datang ke sana. Mungkin, karena Phuket itu provinsi dengan angka penduduk muslim tertinggi di Thailand kali ya… Waktu di Golden Kinnaree, semua staf yang melihat gue selalu berinisiatif menunjukan letak makanan halal. Waktu speedboat berhenti di Phi-phi Don untuk makan siang pun, tour guide gue datang menghampiri untuk bilang, “You don’t need to worry about the food. They serve halal food. Most of the people in this island are moslem.”

Sebaliknya, buat penggemar babi, katanya sih, menu babi di Golden Kinnaree enak-enak banget. Ada banyak banget menu babi di berbagai resto di Phuket. Malah di Pornthip, toko spesialis snack khas Thailand, ada satu area yang khusus menjual produk olahan babi.  

Gue pribadi sangat menyukai semua hampir semua makanan yang gue cicipi selama di Phuket, terutama makan siang yang disediakan Phuket Hot Deals di Kaneyang seafood restaurant. Sebetulnya gue nggak suka makanan laut, tapi di sana, makanannya enak-enak banget! Menunya sih, nggak jauh beda lah ya, sama menu seafood di sini. Ikan tepung dicabein, cumi mentega, sejenis tomyam yang isinya udang, kepiting, dsb… capcay seafood sama ada satu menu ayam yang enak banget. Temen-temen di kantor sampe pada kaget waktu gue cerita, gue makan seafood selama di Phuket, hehehehe.

Buat yang enggak suka berpetualang dalam hal makanan, tenang aja, di sana ada McD, KFC, dan Pizza Hut. Buat yang muslim, mendingan pilih aja KFC yang sama sekali tidak menjual olahan babi. Tapi tetep hati-hati sama beberapa menu yang suka menggunakan entah bumbu apa yang aromanya bau banget! Ayam cincang krispi KFC pesenan temen gue baunya bener-bener bikin eneg! Waktu makan siang di Phi-phi Don, gue sempat mencium aroma bau yang sama dari dapurnya. Gue rasa, mayoritas orang Indonesia nggak bakalan suka sama bau bumbu khas Thailand itu…

Secara keseluruhan, most of foods in Thailand are seafood. Ada juga beberapa menu khas India kayak kari dan roti canai. Yang gue kaget, di sana ada beberapa menu yang Indonesia banget, kayak nasi goreng, pisang goreng ditepungin, dan ada juga es cendol yang enak banget di Golden Kinnaree! Seneng banget selama di sana gue nggak perlu makan Pop Mie hanya karena enggak cocok sama makanannyaJ

Tips paling utama dari gue di tulisan ini adalah: rencanakan perjalanan sebelum tiba di tempat tujuan. Pelajari peta di sekitar hotel sedari masih di Indonesia, dan cari tahu mau cari makan di mana saja. Hal ini penting supaya selama di sana, kita enggak buang-buang waktu hanya untuk cari tempat makan, cari paket tur, cari tempat belanja, atau sekedar buang-buang waktu karena nyasar. Dengan begitu, kita bisa memanfaatkan semua waktu kita untuk bersenang-senang. So, happy planning for your happy holiday!    

Last Activities in Phuket: City tour, ATV Riding, & Belanja Oleh-oleh

 

Hari ke tiga di Phuket, gue, Natalia, dan Puja menghabiskan hari dengan kombinasi antara city tour dan ATV riding. Jadi di tengah-tengah city tour, kita mampir dulu ke ATV park. Dalam tur ini kita cuma pergi bertiga (enggak bareng-bareng turis lain), ditemani supir sekaligus guide dari travel agent.

City tour-nya menurut gue kurang bervariasi ya. Karena emang Phuket itu jauh lebih populer wisata alamnya ketimbang jalan-jalan keliling kota. Di city tour itu kita cuma mampir ke Chalong Temple, Kata beach point of view, toko mutiara asli, toko khusus t-shirt, dan toko khusus snack khas Thailand.

First destination hari itu Kata beach point of view, semacem tempat khusus di atas bukit yang emang disediakan buat foto-foto. Pemandangan laut dari atas sini asli baguuuussss banget deh. Sayangnya, hari itu gue gak bawa kamera karena memory-nya udah full, udah gitu sialnya lagi, baterai kameranya Natalia ketinggalan di hotel! Ugh, terpaksa lah hari itu kita foto-foto pake kamera hp…

Pemandangan dari Kata Point of View

Pemandangan dari Kata Point of View

Setelah puas foto-foto, kita dibawa ke tempat ATV riding. ATV itu semacem motor roda empat (ada juga yang roda tiga), dan kita akan mengendarai ATV itu ke puncak gunung! Track awal kita masih di pinggiran jalan raya yang naik-turun, sampai nemuin jalan menuju mountain.

Tadinya gue kira bakalan gampang aja ngendarain ATV. Gue pikir bakalan sama aja kayak bom-bom car: gas di bawah kaki, rem di bagian stang. Tapi ternyata, baik gas maupun remnya sama-sama terletak di bagian stang! Udah gitu, ternyata lama-lama pegel juga neken si gas terus-terusan… Untunglah rasa pegel itu langsung hilang dengan sendirinya begitu gue mulai melewati kawasan mountain yang menegangkan!

Jalanan menuju puncak masih asli tanah yang bergelombang. Ada beberapa tanjakan curam yang harus gue lewati. Waktu ngelihat tanjakan itu jelas rasanya serem. Tapi begitu berhasil melewatinya… yay, I could do it I could do it! Dan waktu ATV riding itu, gue beberapa kali melakukan kesalahan fatal: gue tetep menekan power setiap kali melewati turunan curam! Pantesan pengelola yang ngikutin naik motor roda dua deket gue selalu teriak, “Brake, brake!” tiap kali gue ngelewatin turunan… Abisnya gue pikir, kalo gue tekan brake motornya malah bakalan berhenti dong? Masa’ gue malah stop di tengah turunan bergelombang yang curam itu? Tapi ternyata, kalo dua rem ditekan bersamaan di jalan yang menurun, motor bukan berhenti melainkan melaju pelan, hehehehehe.

Sesampainya di puncak, gue baru menyadari bahwa kedua temen gue naik ATV dibantu sama pengelolanya! Masih mending si Puja cuma dibantu ngendaliin stang, si Natalia bener-bener dibonceng sama pengelolanya! Alesan mereka, tangan mereka nggak cukup panjang untuk menjangkau rem (padahal pas gue ukur, panjang telapak tangan gue sama mereka gak jauh beda), dan stang ATV sulit dikendalikan ke kanan dan kirinya.

Makanya, pengelola yang boncengin Nata seneng banget muji-muji gue. Katanya, “You’re good, she’s bad.” Trus dia juga suka banget ngacung-ngacungin jempol ke arah gue… Pengelola yang mendampingi Puja juga curhat ke gue dengan hebohnya, “She (Puja) keeps saying ‘too fast too fast’ but she doesn’t hit the brake!” Hmm, gara-gara dua temen gue susah payah naik ATV, gue jadi kelihatan hebat banget deh. Padahal, di antara mereka, gue ini yang paling kurus dan paling jarang olahraga lho, hehehehe.

Oh ya, setelah susah payah menuju puncak, di atas sana kita nemuin pemandangan laut yang indah banget! Dari sini, kita bisa lihat Patong beach (kawasan hotel gue) dari atas gunung. Setelah puas foto-foto di atas, kita kembali mengendarai ATV balik lagi ke kantor pengelolanya.

On ATV^^

On ATV^^

Setelah makan siang, kita mengunjungi Chalong Temple yang juga bagus banget buat foto-foto. Asyiknya lagi, tempat belanja di kawasan temple itu harganya relatif lebih murah kalo dibandingin sama toko-toko di sekitar hotel gue di Patong Beach. Di sana gue beli tas kain, gelang mutiara imitasi, tempat koin yang bisa digantung, sama sendal pantai warna pink yang cantik banget. Ditambah kain pantai yang gue di Phi-phi Don, kaos, dan gunting kuku yang gue beli di Jungceylon (mall deket hotel), itulah souvenir yang gue beli buat oleh-oleh.

The Chalong Temple

The Chalong Temple

Tips belanja oleh-oleh dari gue, jangan segan untuk menawar harga! Bahkan di toko lantai bawah di Jungceylon, mall terbesar di Patong beach, kita masih bisa menawar harga lho. Padahal tadinya gue kira, karena belanja di mall ya harganya udah fix gitu. Akan tetapi, di sana kita nggak bisa tuh, nawar harga gila-gilaan sampe setengah harga atau lebih. Katanya sih, harga barang di Phuket emang lebih mahal daripada harga barang di Bangkok yang kalo kata temen gue, harganya harga kampung.

Puas belanja di sekitar Chalong, driver sempet ngajakin kita ke Phuket Monkey School, dan kebetulan, pada jam itu, monyet-monyet di sana akan mengadakan pertunjukan. Tapi sayang, entrance fee-nya lumayan mahal buat ukuran monkey attraction: 400 baht atau sekitar Rp. 120.000. Masalahnya, kalo gue lihat dari gambarnya, pertunjukan itu nggak jauh beda sama topeng monyet di Indonesia. You know lah, kalo di sini, nonton topeng monyet ngasihnya sukarela aja, dan gue nggak pernah ngasih si monyet lebih dari Rp. 10.000, hehe…

Abis itu kita melaju ke toko snack Pornthip. Tokonya cukup besar dan ramai pengunjung. Asyiknya, di sana ada banyak tester makanan! Gue jadi bisa nyobain dulu sebelum mutusin mau dibeli atau enggak. Di sana gue beli permen duren, permen kelapa, kerupuk rasa udang, manisan thamarind, sama sesuatu yang gue kira cokelat nggak taunya semacem asem yang super-duper asem! Dari semua oleh-oleh itu, manisan thamarind jadi favorit temen-temen di kantor, disusul permen duren yang duluan abis setelah thamarind. Sedangkan si asem-asem itu… sampe sekarang masih belum abisL

Karena udah menghabiskan lebih 1000 baht buat belanja snack (gue beli dua-tiga bungkus untuk masing-masing snack, ada yang buat keluarga inti, keluarga besar, sama temen-temen kantor), gue dikasih satu snack ikan gratis sama kasirnya. Terus gue juga boleh minta packing ke dalam kardus supaya bisa dimasukin ke bagasi pesawat. Benar-benar pengalaman belanja snack yang memuaskan! Oh ya, kalo enggak sempet mampir ke toko ini, gue lihat Pornthip juga buka toko kecil di bandara, dekat dengan Gate 66.

Last destination kita hari itu adalah toko t-shirt. Sesampainya di toko itu, kita langsung disambut tulisan, “Jual kaos harga grosir” yang dicetak di atas spanduk besar. Gue langsung heran… ini toko yang punya orang Indonesia gitu? Bukan cuma itu… bahkan pemiliki toko, dan seluruh karyawan toko, bisa berbahasa Indonesia! Lancar dan fasih pula! Dan ternyata mereka itu orang-orang asli Thailand yang emang bisa bahasa Indonesia… Kata mereka, sebagian pesar pembeli mereka adalah orang Indonesia yang kalo belanja suka borong, makanya mereka jadi jago ngomong bahasa kita…

Gue suka banget belanja kaos di tempat ini. Kualitas bahannya paling bagus dengan harga yang sangat terjangkau (79-167 baht per kaos). Pilihan gambarnya juga ada banyak! Ada pula beberapa kaos dengan tulisan menarik. Favorit gue yang tulisannya begini: “Someone who really loves me went to Phuket and bought me this t-shirt,” sama yang ini: “Good guy goes to heaven, bad guy goes to Patong.” Kenapa ditulisnya bad guy goes to Patong? Soalnya Patong itu pusat dugem di daerah Phuket, hehe…

Puas borong kaos, gue dan teman-teman kembali ke hotel. Abis itu, kita langsung mandi lalu bersiap buat kelayapan di malam hari, hehehehe.

Simon Cabaret Alias Pertunjukan Banci^^

 

Malam ke dua di Phuket, gue dan teman-teman nonton Simon Cabaret alias nonton banci menari-nari sambil menyanyi lip sync. Setting panggungnya sama kayak Phuket Fantasea, berganti-ganti untuk setiap tema pertunjukan.  Tema tariannya ada banyak, ada tarian India, Mesir, atau sekedar menyanyikan lagu-lagu populer kayak I Will Survive, Barbie Girl, dan yang paling baru salah satu lagunya si Lady Gaga.

Hal yang paling menarik dari Simon Cabaret apalagi kalo bukan bancinya itu sendiri. Rasanya takjub aja… kok bisa ada banci secantik, seksi, dan mulus kayak mereka? Meneliti banci-banci dari ujung kaki sampai ujung kepala udah jadi keasyikan tersendiri di Simon Cabaret. Ditambah lagi setting panggung yang memukau, kostum bling-bling yang kelihatan glamor, perfect make-up, ditambah koreografi yang sangat enak buat dilihat.

Banci favorit temen-temen gue.

Banci favorit temen-temen gue.

 

Ada hal kocak di pertunjukan Simon Cabaret. Ada satu pertunjukan yang ditampilkan banci gendut, wig keribo warna hijau, gigi ompong, dengan kostum heboh yang konyol banget. Banci ompong ini menyanyikan Barbie Girl dengan gaya yang kocak banget. Lalu di tengah lagu, si banci turun panggung dan menghampiri penonton! And you know what… si banci ini mencari mangsa cowok buat dicium! Ada cowok yang dicium jidatnya, tapi ada pula yang dicium di seluruh permukaan wajahnya! Tambah kocak karena ciuman si banci menyisakan lipstick berbentu bibir di wajah penonton yang jadi korban. Gue, Puja, dan Natalia sempet panik waktu si banci datang mendekat. Untunglah banci itu cuma tertarik sama cowok-cowok aja, hehehe.

Selesai pertunjukan yang menghibur itu, seluruh banci berdiri berderet di dekat pintu keluar. Mereka melambai-lambai kea rah penonton, ngajak mereka buat berfoto bareng. Tapi jangan salah, foto bareng banci itu enggak gratisan! Gue harus bayar 40 baht (sekitar Rp. 12.000) buat foto dua kali jepretan sama satu banci.

Banci favorit gue^^

Banci favorit gue^^

 

Dan ya, kebanyakan dari banci-banci itu, mau dilihat dari sedekat apapun, emang bener-bener mirip sama cewek betulan. Wajah yang mulus, kaki jenjang, punya pinggul pula! Dan yeah, bentuk dada yang bisa bikin cewek betulan bisa jadi sirik sama mereka, hehehe. Saking kerennya banci-banci itu, gue bener-bener kebanting waktu berfoto bareng mereka. Gue jadi keliatan lusuh banget berpose persis di sebelah mereka. Sial, gue kalah cakep sama si banci:p

 

Phi-phi Islands

 

Seperti yang pernah gue ceritain di blog gue sebelumnya, mengunjungi Phi-phi Islands adalah tujuan utama gue berlibur ke Phuket. Gue dan temen-temen pun pilih paket tur Phi-phi Islands yang one day. Jadi selama sehari itu, kita naik speedboat buat keliling pulau.

Jam 8 pagi kita dijemput sama penyelenggara tur. Ternyata untuk tur yang satu ini, kita pergi rame-rame sama turis-turis lain. Jadi di dalem mobil jemputan itu ada beberapa turis yang hotelnya berdeketan sama hotel gue. Terus sesampainya di dermaga, ternyata ada lebih banyak lagi turis yang bakal naik speedboat bareng kita!

However, ikut tur bareng turis-turis lain ternyata cukup menyenangkan juga kok. Seneng aja ngelihat ada segitu banyak ras dalam satu kapal yang sama. Udah gitu enaknya, kita jadi punya banyak orang yang bisa dimintain tolong buat ngambil foto kita bertiga… Malah ada juga lho, turis yang yang dengan baik hatinya nawarin diri buat fotoin kita bertiga, hehehehe.

Dari dermaga, kita naik speedboat menuju Phi-phi Ley. Di Phi-phi Ley, speedboat berhenti di tengah laut buat snorkeling. Tempat ini emang bagus banget buat snorkeling. Airnya jernih, banyak ikan-ikan kecil, dan pastinya batu karang yang cantik di bawah laut.Oh ya, saking jernihnya air di sana, dari atas speedboat pun kita udah bisa lihat ikan-ikan yang berenang di dalam air!

 

Lokasi snorkeling di Phi-phi Ley

Lokasi snorkeling di Phi-phi Ley

 
 

 

Selesai snorkeling selama 45 menit, kita lanjut lagi ke Phi-phi Don buat makan siang di restoran Bora-bora. Konsep restorannya bener-bener khas restoran sederhana pinggir pantai, yang identik sama pasir, bangku kayu, terletak di bawah pohon besar dan atap restoran yang berumbai-rumbai. Tadinya gue sempet khawatir nggak bakal suka sama makanannya, secara gue kan enggak suka makanan laut. Tapi ternyata, makanan di Bora-bora lumayan enak kok.

Setelah makan siang, kita mampir sebentar ke Monkey Beach buat foto-foto dan kasih makan monyet. Penyelenggara tur udah nyediain potongan semangka buat dikasih ke monyet-monyet di sana. Dari sana, speedboat beranjak menuju Maya Bay, tempat syuting film The Beach yang udah lama gue nanti-nantikan itu. Di perjalanan menuju Maya Bay, speedboat kita sedikit merapat ke Viking cave, goa tempat tinggal orang-orang yang mencari nafkah dari sarang burung walet.

Ini dia lokasi shooting The Beach yang tersohor itu^^

Dari Maya Bay, speedboat melaju menuju perhentian kita yang terakhir; Khai Island. Di pulau ini, ada tempat yang cocok buat berenang biasa (bebas karang), ada pula tempat yang cocok buat snorkeling. Di Khai Island ini gue sempat berenang, atau sekedar duduk di atas bangku pantai ditemani hangatnya matahari sore sambil menikmati pemandangan laut yang nggak kalah indahnya dengan Maya Bay.

I thinkPhi-phi was great by itself. Hanya dengan melihat pemandangannya aja udah bikin hati senang. Rasanya, pemandangan laut seperti itu bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan di Indonesia. Bakalan tambah menyenangkan lagi buat orang-orang yang emang hobi snorkeling, terlebih lagi kalo hobi snorkeling dan jago berenang. Iri rasanya ngelihat bule-bule berenang di laut tanpa mengenakan jaket pelampung…

Oh ya, kalo gue perhatikan, semua orang bule di kapal gue jago berenang. Seinget gue, cuma ada satu bule cewek, masih ABG, yang di tengah-tengah memutuskan untuk berenang pake pelampung. Beda banget sama orang-orang Asia yang rata-rata terjun ke laut mengenakan pelampung. Hmm, apa jangan-jangan, enggak bisa berenang juga bagian dari budaya Asia? Hehehehe.

One last thing, tur model begini pastilah surga buat cowok-cowok: girls wearing bikinis are sitting around you in the speedboat:p