10 Movies’ Review

Sekitar dua minggu yang lalu, gue beli sebelas DVD sekaligus (sebenernya beli sepuluh gratis satu, hehe). Nah, gue kan udah selesai nonton semua film itu tuh, makanya sekarang ceritanya gue mau bikin movie review! Please be noted that this review was written based on my personal taste ok!

 

Still

Film horror buatan Thailand ini berisi empat cerita pendek yang enggak saling berhubungan. Buat ukuran film hantu, ini film nggak ada serem-seremnya! Nggak ada tuh, rasa takut, deg-degan, atau terkejut karena setannya tiba-tiba muncul… Yang ada gue malah pengen ketawa ngelihat penampakan salah satu setannya. Beda jauh lah sama Forbia, Shutter, dan Alone yang sama-sama film horror buatan Thailand. Tapi, ada satu adegan di film ini yang bikin gue jadi ikutan sedih. Ceritanya ada cowok yang baru ditinggal mati sama pacar yang udah lama tinggal serumah sama dia. Pas lagi di wastafel, cowok itu memandangi deretan botol pembersih wajah, pelembab, dan kosmetik milik almarhum pacarnya. Karena kangen, si cowok itu ngambil satu botol pelembab, menuangkan sedikit isinya, lalu memakai lotion itu di wajahnya sambil berlinangan air mata…

Salt

I’m not a big fan of action movie but I always love Angelina Jolie’s movies. Dan untuk film ini pun, gue cukup menikmati kok. Sayangnya, cerita film ini gampang ketebak. Beda banget sama Wanted yang menyimpan lebih banyak kejutan yang unpredictable.

Sex and The City 2

Entah kenapa menurut gue, film ini enggak seburuk yang orang-orang bilang. Menurut gue keren aja umur udah lima puluhan tapi tetep seksi dan fashionable. Gue juga selalu suka sama cerita persahabatan di Sex and The City. Selain itu, gara-gara film ini, gue jadi kepengen nyobain makan siang mewah di tengah padang pasir, hehehe.

When in Rome

Di awal, gue suka banget sama jalan ceritanya. Tapi lama-lama, ceritanya jadi agak aneh dan berbau takhayul gitu. Not bad sih, lumayan enjoy juga gue nontonnya. Apalagi ditambah lokasi syuting di kota Roma yang arsitekturnya keren banget! Wuaaahhh, jadi nambah pengen liburan ke Italia deh…

The Joneses

Ceritanya tentang sekelompok orang marketing yang menyamar jadi satu keluarga harmonis. Tugas mereka hanya memamerkan barang-barang keluaran klien mereka supaya orang lain jadi iri kemudian membeli barang yang sama. Film ini termasuk lumayan lah ya, buat ngisi waktu luang. Tapi sayang konfliknya kurang tajem dan adegan romatisnya kurang dapet.

Prince of Persia

Banyak yang bilang, film ini bagus banget. Tapi kalo menurut gue, film ini cuma masuk ketegori not bad but not great enough. Adegan action-nya enggak begitu istimewa, begitu juga sama unsur romance yang menurut gue kurang menyentuh. Apalagi menurut gue, ending-nya nggak realistis. Loosing everyone then he could turn back the time and got them back? What a perfect life it that’s possible.

Karate Kid

Ini juga nggak sesuai sama ekspektasi gue secara orang-orang bilangnya film ini bagus banget. Karena menurut gue, dari segi cerita bener-bener biasa aja. Tapi anehnya, dari semua film action dalam review ini, justru Karate Kid yang adegan berantemnya paling seru dan enak dilihat.

The Date Night

Ini film lumayan lucu. Ada beberapa adegan yang bikin gue ketawa. Pesan moralnya juga lumayan dapet: jangan sampe usia pernikahan dan keberadaan anak-anak mengurangi romantisme suami-istri.

Vampire Sucks

This movie is simply sucks! Ini film enggak gue tonton sampe selesai. Tapi ada satu adegan yang lucu. Ceritanya, ketika trio vampir Victoria-James-Laurent muncul, mereka sempet berpose sambil bilang, “Black Eye Peas.” Gue baru nyadar… ciri-ciri fisik mereka emang mirip banget sama tiga personel BEP, hehe.

The A Team

Belum sampe lima belas menit nonton tapi gue udah ketiduran adalah suatu pertanda ini film enggak cukup bagus. Jagoannya udah tua-tua, konfliknya sulit dimengerti, adegan action-nya juga kurang seru, hingga akhirnya, belum sampe selesai filmnya udah gue matiin.

The Last Song

Cerita tentang cewek yang berbakat main piano tapi malah nolak beasiswa sekolah musik karena alasan personal nggak bikin gue jadi tertarik sama film ini. Entah kenapa, rasanya nggak ada chemistry buat terus nonton film ini gitu. Akhirnya, film ini juga enggak gue tonton sampe selesai.

 

About My Best Friends

Kadang gue suka mikir… Apa ya, yang membuat gue akrab banget sama sahabat-sahabat gue? Logikanya, people could be best friends karena kesamaan hobi, minat, pola pikir, gaya hidup dsb… Tapi nyatanya?

Gue suka banget sama musiknya Katy Perry dan Bruno Mars, sedangkan sahabat gue lebih suka lagu-lagu Indonesia tempo dulu ditambah koleksi musik-musik Indiahe favoritnya.

Gue hobi baca sedangkan ada salah satu sahabat gue yang ogah banget kalo disuruh baca buku, bahkan buku komik sekalipun!

Gue punya kecenderungan gila kerja, sedangkan sahabat gue yang lainnya, lebih suka sama kerjaan santai yang bisa pulang kerja sebelum jam lima.

Ada pula sahabat gue yang hobi dugem, beda banget sama gue yang sekedar diajak duduk-duduk di dalam night club pun gue nggak mau.

See? Rasanya, kesamaan hobi, minat, dan gaya hidup jelas bukan hal-hal yang bikin gue akrab sama mereka berempat. Lalu gue pun iseng-iseng coba mencari kesamaan di antara mereka berempat… And here we goes, empat karakter yang berlawanan tapi mempunyai kesamaan dalam hal-hal berikut ini:

  1.     Enggak suka hitung-hitungan. Prinsipnya, gue bukan orang yang pelit. Sama orang yang terkenal  pelit pun, gue enggak bales bersikap pelit sama mereka. It’s okay to hang out with them, but being best friends? I don’t think so… Gue pernah loh, batal nganggep seorang teman sebagai teman akrab begitu tahu, dia memperhitungkan seribu rupiah sama gue! Beda banget sama sahabat-sahabat gue. Misalkan kita saling bayarin sesuatu, nggak ada tuh yang pusing-pusing apa harga traktirannya udah sama mahal. Nggak pernah juga kita musingin kembalian seribu-dua ribu. Rasanya hidup gue lebih tenang kalo tau mereka enggak pernah ngerasa dirugiin sama gue hanya karena nominal yang kelewat kecil.
  2.      Bisa diajak ngobrol berjam-jam lamanya. Menurut gue, bertemen itu sifatnya cocok-cocokan. Dan salah satu indikasi kecocokan adalah bisa ngobrol ngalor-ngidul tanpa terasa waktu udah terlewat berjam-jam lamanya. Believe it or not, sekedar ngobrol itu bisa bikin orang lain jadi deket sama kita lho.
  3.     Pendengar yang baik yang nggak pernah bosen menampung begitu banyak curhatan gue… Gue selalu ngerasa, curhat itu bisa ngurangin beban di hati gue. Tapi sayangnya, enggak semua orang bisa menjadi pendengar yang baik. Kalo cuma sekedar temen haha-hihi, enggak penting mereka pendengar yang baik atau buruk. Tapi buat dijadiin sahabat, itu penting banget. Because best friends are the people whom I run to anytime I need a shelter to stop by. Lagipula faktanya, aktvitas curhat ini pula yang mempererat hubungan gue sama sahabat-sahabat gue.
  4.      Baik hati. Gue orangnya gampang banget tersentuh sama kebaikan hati orang lain. Kebaikan orang lain, sekecil dan seremeh apapun itu, akan selalu gue ingat sampai kapanpun. Jadi gue rasa, kebaikan hati mereka itu pula yang tanpa gue sadari bikin gue makin dekat secara emosional sama sahabat-sahabat gue itu.
  5.      Sabar dan memaafkan emosi gue yang kadang meluap-luap. Setiap sahabat gue itu selalu jadi motivasi buat gue memperbaiki sifat jelek gue yang satu ini. Kesabaran mereka jadi inspirasi buat gue untuk belajar sabar. Rasanya nggak tau diri banget kalo gue membalas kebaikan hati dan kesabaran mereka dengan emosi yang meluap-luap…

Setelah gue pikir-pikir lagi (yeah, gue orangnya emang doyan banget mikir, hehe), meskipun kelihatannya sepele, orang yang punya lima karakter di atas sekaligus itu hard to find lho guys. So I think, I should be grateful for having such great best friends like them🙂