My Two Cents – Haqy Selma Journey

Sudah baca cerita ala fairy tale Selma-Haqy yang notabene anaknya Amien Rais itu? Lama-lama, gue gatal juga pengen ikutan komentar. Banyak yang berprasangka, Selma tega meninggalkan pacar lamanya demi langsung married dengan Haqy yang sudah mapan. Dengan Haqy yang anak orang kaya dan ternama. Bisa jadi benar, tapi bisa juga tidak benar.

Sebagai sesama cewek, gue bisa melihat Haqy seperti Selma melihat suaminya itu: gentle man yang tahu pasti apa yang dia inginkan dan mau terang-terangan berusaha untuk mendapatkannya. Seperti yang gue peenah tulis sebelumnya, cowok yang percaya diri itu kelihatan seksi, hehehe.

Hanya saja kenyataannya, cowok seperti itu sudah semakin langka. Banyak cowok jaman sekarang yang bisanya hanya kasih kode-kode saja. Atau sesekali nge-date tanpa ada kepastian mau dibawa ke mana. Atau pacaran sampai bertahun-tahun tanpa jelas arah dan tujuannya. 

Gue bahkan kenal beberapa cowok yang terang-terangan punya prinsip, “Jika tidak ada peluang, tidak usah dicoba-coba.” Makanya, sekalinya ada cowok yang berani coba-coba dan mempertaruhkan perasaannya sendiri, di mata cewek pada umumnya akan terlihat “cowok banget”. 

Modern atau tradisional, mandiri atau manja, usia 20-an atau 30-an, perempuan tetap perempuan; punya naluri dasar untuk jatuh hati dengan cowok yang mampu menempatkan dirinya sebagai “a fighter”. Yang punya keyakinan kuat atas dirinya sendiri. Yang betulan mampu meyakinkan kita, para perempuan, bahwa dia itu laki-laki yang siap serta mampu untuk menjadi pemimpin atas diri kita ini.

Makanya kalau menurut gue, bisa jadi, Selma memilih Haqy yang sudah mapan itu hanya kebetulan saja. Masih banyak Selma-Haqy di luar sana yang nekad membangun rumah tangga dengan bermodal kesederhanaan, hanya saja bedanya, mereka tidak sampai terekspos karena memang bukan anak dari orang ternama. 

Jadi perempuan itu kadang sangat capek rasanya. Capek menebak isi hati si dia. Capek dengan rasa insecure soal posisi kita sebetulnya ada di mana. Capek berpikir bagaimana caranya supaya dia tergerak untuk memberi kepastian. Capek bertanya-tanya masih kurang apa diri kita ini. Capek berdebat dengan diri sendiri apa harus tetap bertahan atau mulai cari yang lain saja… Makanya, saat datang cowok ala Haqy yang sangat jelas apa maunya, wah, itu memang rasanya seperti menemukan oase di gurun pasir! 

Memang benar merebut pacar orang lain tidak etis. Memang benar juga bahwa yang namanya pernikahan tidak boleh dipaksakan. Dan jelas memang benar bahwa Selma dan mantan pacarnya itu hanya tidak berjodoh saja. Tapi di saat yang sama, memang benar juga bahwa pada dasarnya, perempuan hanya perlu rasa aman. Perempuan perlu yakin bahwa dia tidak menjatuhkan perasaannya pada laki-laki yang salah; pada laki-laki yang hanya akan mematahkan hatinya – lagi dan lagi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s