Kenapa Selalu Ada Saja Perempuan yang Senang Mempersulit Hidup Sesama Perempuan?

Seringkali gue berpikir… kenapa ya, banyak sekali perempuan yang suka mempersulit hidup sesama perempuan lainnya?

Sebelum panas dan tersinggung dengan apa yang gue tulis barusan, coba kita pikir kembali.

Siapa yang lebih sering menanyakan 5 pertanyaan di bawah ini? Perempuan atau laki-laki?

“Kapan married?”

“Udah setahun married kok masih belum punya anak?”

“Setelah melahirkan, kok masih mau kerja kantoran sih?”

“Kenapa bayinya dikasih minum susu formula?”

“Elo gendutan ya kayaknya?”

Selain mengajukan pertanyaan usil yang sebetulnya bukan urusan mereka, entah kenapa, perempuan memang paling senang membicarakan perempuan lainnya. Dan, mereka juga paling sering menunjukan sifat iri dan dengki kepada sesama perempuan lainnya.

Ada teman perempuan baru mendapatkan promosi? Langsung dibahas ramai-ramai, dibahas soal status si teman yang masih saja jomblo karena karier-nya sudah ketinggian.

Ada teman perempuan baru jadian, tunangan, atau melangsungkan pernikahan? Cowok yang bersangkutan akan langsung dinilai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Terkadang, komentar yang terlontar bisa sangat menyakitkan hati.

Si teman beli tas bermerk, dibahas dan dibilang buang-buang uang. Si teman kelihatan mendadak kurus, dibilang hidupnya tidak bahagia. Si teman mulai lebih berisi setelah menikah, dibilang tidak lagi merawat diri mentang-mentang sudah “sold out”. Kedengarannya memang ironis, tapi entah kenapa, selalu ada saja perempuan di sekitar gue yang senang mencari cara untuk merusak kebahagiaan perempuan lainnya.

Kemudian menurut pengalaman gue, secara umum perempuan tidak bisa menjaga rahasia sebaik laki-laki. Sudah dibilang “ini rahasia”, masih saja disebarluaskan sambil ditambahkan, “jangan bilang siapa-siapa ya.”

Susahnya lagi jadi perempuan, mau berpakaian seperti apapun (terbuka, tertutup, jilbab pendek atau jilbab lebar), akan tetap selalu ada perempuan lain yang mengomentari. Makin cantik orangnya, makin sering dijadikan bahan obrolan.

Gue juga perempuan, dan tidak henti-hentinya gue mengingatkan diri untuk tidak ikut-ikutan. Gue lebih memilih untuk ikut bahagia saat orang lain berbahagia. Gue tidak merasa perlu iri, karena pada dasarnya, tiap orang pastilah punya kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Lagipula toh, mengurusi hidup gue sendiri saja masih luar biasa sulitnya, buat apa pula gue repot-repot mengomentari hidup orang lain yang sama sekali bukan urusan gue.

Prinsip yang sekarang gue coba terapkan, “Jika tidak ada manfaatnya, jika bukan urusan gue sama sekali, tidak usah diucapkan.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s