Sometimes, It’s Not You, It’s Life

Dalam rangka instropeksi diri, gue sengaja tanya-tanya ke beberapa orang yang punya sifat bertolak belakang dengan sifat gue sendiri. Intinya, gue kepingin tahu… Is it just me or it’s also happening in their life?

Cowok-cowok “numpang lewat”

Tadinya gue pikir, cowok-cowok yang cuma numpang lewat dalam hidup gue itu lebih karena gue yang bukan tipikal cewek idaman pada umumnya. Misalnya, tinggi badan gue yang kelewat jangkung untuk ukuran perempuan Indonesia, sifat gue yang kurang “keibuan” dan cetakan muka gue yang udah judes dari sananya.

Gue lalu ngobrol-ngobrol sama salah satu teman cewek yang termasuk cewek idaman di kantor gue dulu. Cantik, postur tubuh ideal, ramah, dan cewek banget. Tahu apa nasehat dia buat gue?

Dia bilang, “Setelah beberapa kali deket sama cowok, gue belajar satu hal sih… kalo cowok itu bener-bener suka sama kita, kita nggak perlu ngelakuin apa-apa karena dia yang akan terus berusaha making a move. Kadang ada yang cuma lihat-lihat, pengen kenalan dan pengen deket aja, tapi nggak ada further relationship.”

Nah! See? It’s not just me! Hehehehehe.

Apa yang gue pelajari dari sini? Jodoh itu ibarat rezeki; ada yang lancar, ada yang kurang lancar. Ada yang cepat, ada yang lebih lambat. Memperbaiki dan memantaskan diri tidak sama artinya dengan harus berpura-pura menjadi orang lain (misalnya, harus lebih feminim dan lebih keibuan). Jika kita sudah berusaha sebaik-baiknya dan cowok-cowok itu tetap hanya numpang lewat saja, maka kesimpulannya sederhana: kita hanya belum menemukan cowok yang tepat saja. Kebetulan, rezeki kita soal jodoh hanya lebih lambat daripada orang lain pada umumnya.

Konflik dengan Teman

Pernah beberapa kali kehilangan teman, atau bahkan sahabat karib, sempat bikin gue ngerasa benci sama diri gue sendiri. Gue yang terlalu keras kepala, gampang marah, dan lain sebagainya.

Gue lalu ngobrol-ngobrol sama salah satu teman yang terkenal sangat-sangat ramah. Tipe orang yang selalu berusaha menjaga perasaan orang lain. Tipe orang yang auranya positif, selalu ceria, dan banyak disukai teman-temannya. Tahu apa pengakuan dia soal teman-temannya?

“Aku juga sering, konflik sama teman. Aku bukan tipe orang yang suka gosipin kejelekan orang lain. Jadi kalo obrolan udah mengarah ke sana, aku ngejauh. Teman-teman jadi nggak suka dan akhirnya aku ikutan dijelek-jelekin di belakang. Itu sebabnya, aku jadi susah percaya sama orang lain.”

Apa yang gue pelajari dari sini? Tipe kepribadian seperti apa pun PASTI ada saja konfliknya di dalam pergaulan. Mungkin beda tipe kepribadian beda pula jenis masalahnya, tapi tetap ada saja konflik yang ujung-ujungnya, bisa membuat kita jadi lebih sulit untuk percaya pada orang lain. Dari sini gue juga belajar, yang membedakan pertemanan dengan persahabatan adalah kemampuan untuk bisa melewati konflik yang terjadi. Teman tidak bisa ‘naik pangkat’ jadi sahabat, dan sahabat tidak bisa awet menjadi “BFF” jika tidak ada kemauan dari kedua belah pihak untuk mencari solusi dari masalah di antara keduanya.

Korban Gosip

Cukup sering menjadi bahan pembicaraan orang lain seringkali membuat gue bertanya-tanya… Gue salah di mana ya? Apa karena gue terlalu dingin? Kurang outgoing, kurang bersahabat, dan kurang-kurang lainnya. Tadinya gue berpikir, berusaha merangkul lebih banyak orang seharusnya bisa membuat mereka lebih tidak enak hati untuk bergosip soal gue.

Gue lalu ngobrol panjang lebar dengan salah satu teman yang terkenal lucu, sederhana, rendah hati, dan saking ramahnya, dia ini tipe orang yang sangat suka membuka obrolan dengan hampir semua orang yang dia temuin. Tidak heran kalau ada banyak orang yang mengharapkan kehadiran dia untuk sekedar memeriahkan suasana.

Kenyataannya, dia malah bilang begini, “Ah, gue juga sering diomongin orang, ya tetangga lah, ya di kantor lah. Depan gue, mereka semua baik. Tapi kalo di belakang, omongannya minta ampun!”

Apa yang gue pelajari dari sini? Mau bagaimanapun juga, semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya. Sekeras apapun kita berusaha, kita tidak akan pernah bisa jadi sempurna. Dan semakin kita menjadi sorotan publik, semakin banyak pula orang yang diam-diam mencari celah ketidaksempurnaan kita itu. Menurut gue, di sini lah proses “seleksi alami” akan berjalan dengan sendirinya. Pada akhirnya, kita akan tahu dengan sendirinya… siapa yang tulus, dan siapa yang tidak tulus. As simple as that.

Pada akhirnya, secara umum gue berkesimpulan… Terkadang, sesuatu terjadi memang karena salah gue sendiri, tapi terkadang, sesuatu terjadi bukan karena gue begini atau begitu, tapi memang karena begitulah hidup di dunia ini.

Don’t be too hard on yourself, because sometimes, it’s not you, it’s simply life just the way it is.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s