Belum lama ini, gue menemukan quote yang awalnya gue pikir biasa-biasa saja, tapi kemudian, quote itu ‘menghantui’ pikiran gue sampai berhari-hari lamanya. Secara singkat, isi quote-nya:
“Pada awalnya, semua orang bangga dengan pilihannya, tapi pada akhirnya, tidak semua orang setia pada pilihannya. Karena yang tersulit dalam hidup bukanlah memilih, tapi bertahan pada pilihan tersebut.”
Kalau dipikir-pikir lagi, quote ini bisa berlaku untuk begitu banyak hal…
Saat baru putus dan menemukan pacar baru, kita akan berpikiran, “My new boyfriend is the best! My ex-boyfriend? I can’t believe I was dating him!”
Tapi kemudian, saat si pacar baru mulai menunjukkan sifat aslinya… Saat kita tahu betapa menyebalkannya dia di saat sedang bad mood. Saat kita tahu bahwa dia tidak seperti yang kita kira sebelumnya. Saat kita mulai meragukan pilihan kita itu, bisa saja kita malah mulai berpikiran… “My ex-boyfriend could do better than this.”
Atau misalkan untuk urusan pekerjaan baru. Kita bangga dapat pekerjaan baru dengan better salary, better position, better working environment, dsb dsb. Kita sampai berpikiran, “I’m so lucky to get this job.” Tapi masih kah kita berpikiran demikian setelah si pekerjaan baru mulai menunjukkan sisi buruknya?
Awalnya, kita mulai punya satu atau dua rekan kerja yang tidak kita sukai. Lalu ternyata, si bos yang tampak charming saat job interview itu suka bertingkah irritating saat sedang dikejar-kejar deadline. Kemudian pekerjaan mulai menumpuk, mulai terlibat office politic, mulai capek dan lain sebagainya, sehingga akhirnya, kita malah jadi berpikiran, “What am I doing here?”
Pada akhirnya gue setuju… bertahan pada satu pilihan sebetulnya justru lebih sulit daripada menentukan pilihan itu sendiri. Tapi kalau boleh gue tambahkan sendiri, meskipun mempertahankan pilihan itu sulit, bukan berarti mengakhiri hal tersebut untuk memulai dengan pilihan baru lainnya pasti akan terasa lebih mudah!
There’s always that high and low in every decision we make. Mau dicari sampai kapan pun, tidak akan pernah ada pilihan yang sempurna. Apapun yang kita pilih, segala sesuatunya tidak akan pernah terwujud persis seperti yang kita inginkan pada awalnya. Jadi jangan pernah berharap kita akan punya pasangan yang sempurna, pekerjaan yang sempurna, bahkan tidak akan pernah ada tempat tinggal dan kendaraan yang sempurna.
Meski demikian, bukan berarti kita tidak pernah boleh menyerah. Ada kalanya, mengakhiri sebuah pilihan adalah pilihan yang terbaik untuk hidup kita. Hanya saja, pastikan dulu bahwa kita sudah berjuang sampai ‘titik darah penghabisan’ sebelum akhirnya memutuskan untuk menyerah. Jika tidak, pilihan kita untuk mengakhiri hal tersebut hanya akan jadi satu lagi pilihan hidup yang nantinya kita sesali di kemudian hari.
Let me close this post with another remarkable quote about making choices: “When you feel like quitting, think about why you started.”
Don’t give up too soon, there’s a chance that this too, will pass.
Setuju ka , kalo boleh tau emang kaka kerja sebagai apa sih ka ? ditunggu ya pengalaman-pengalaman yang serunya 🙂
Hi Citra… Thanks untuk semua comments-nya. Saat ini saya kerja jadi Company Accountant.