Percaya nggak percaya, kutu loncat alias orang yang hobi pindah-pindah kerja, umumnya tidak mau mengakui bahwa mereka memang pantas dijuluki kutu loncat. Makanya bisa jadi, diri kita pun hanya si kutu loncat in denial. Lalu bagaimana cara kita introspeksi tentang seberapa kutu loncatnya diri kita ini?
Setelah gue amati para kutu loncat di sekitar gue, berikut ini ciri-ciri mereka pada umumnya!
- Ciri yang paling mudah, masa kerja kutu loncat sangat-sangat pendek. Kutu loncat yang paling parah bisa berganti kerja setiap tahunnya, tapi sebetulnya… berganti pekerjaan setiap tiga tahun sekali masih masuk hitungan kutu loncat juga lho;
- Ada yang bilang 3 tahun sekali itu masih wajar, ada juga yang bilang tidak wajar. Jadi memang masih ambigu. Maka mari kita teliti ciri-ciri si kutu loncat yang lainnya: kutu loncat sering menjadi alasan ‘tidak cocok dengan atasan/rekan kerja’ sebagai alasan untuk resign. Di manapun kita kerja, pasti akan ada saja orang yang menyebalkan setengah mati. Jika kita tidak bisa berdamai dengan hal tersebut, tidak heran kalau kita jadi sering banget ngetik surat resign;
- Kutu loncat cenderung membenci orang-orang yang sering kerja bareng mereka. Makanya untuk acara makan siang, mereka lebih memilih teman sekantor yang jarang berurusan dengan mereka. Kutu loncat mudah sekali melihat kualitas buruk rekan kerjanya dan cenderung mudah melupakan sisi baiknya, sehingga balik lagi ke point 2, ujung-ujungnya, mereka resign dalam waktu singkat;
- Kutu loncat biasanya suka menempatkan diri mereka sendiri sebagai korban, sebagai orang yang didzalimi, diperlakukan tidak adil, dsb dsb… Padahal bisa jadi, justru mereka sendiri yang sedang mendzalimi orang yang mereka tuduh mendzalimi itu…
- Mereka tipe yang terlalu suka mengenang masa-masa kerja di kantor terdahulu, terlalu sering bilang kangen, ada pula yang sampe kepingin balik lagi, padahal dulu, waktu masih kerja di tempat lama, dia benci setengah mati sama mantan kantornya itu. Berhati-hati sama tipe staf yang sudah menunjukkan ciri-ciri ini… biasanya, pengunduran diri mereka hanya tinggal hitungan bulan;
- Tidak suka mengeluh tentang pekerjaan bukan berarti tidak memiliki potensi sebagai kutu loncat. Malah menurut pengamatan gue, orang yang suka curhat itu justru lebih tahan banting ketimbang orang yang suka memendam perasaan. Saat curhat, beban di hati akan sedikit berkurang sehingga keinginan untuk resign akan berangsur hilang. Sebaliknya, orang yang tertutup cenderung menumpuk beban perasaan dan saat sudah tidak tahan, mereka lebih memilih untuk melarikan diri;
- Kutu loncat sering pindah-pindah kerja dengan alasan merasa tidak cocok dengan lingkungan kerjanya, padahal bisa jadi sebenarnya, mereka sendiri yang tidak pernah berusaha keras untuk beradaptasi;
- Banyak kutu loncat alergi setengah mati dengan kritik dari rekan kerja, termasuk kritk dari atasannya sendiri. Tipe orang seperti ini, saat dikritik, akan sibuk membenci dan bukannya sibuk berusaha memperbaiki diri. Tidak adanya perbaikan hanya membuat jumlah kritik yang mereka terima jadi semakin banyak, sehingga ujung-ujungnya, mereka lebih memilih untuk lari dari sumber kritiknya. Padahal kenyataannya… tidak ada tempat kerja yang bebas kritik. Terus-terusan berusaha cari kantor bebas kritik = menjelma jadi kutu loncat;
- Kutu loncat biasanya tidak mempunyai kemampuan untuk bekerja under pressure. Makanya, kalau tidak mau punya karyawan yang mendadak kabur saat pekerjaan sedang sulit-sulitnya, jangan pernah rekrut si kutu loncat!
- Terlalu mudah bosan. Tidak semua kutu loncat resign karena alasan bosan, tapi orang yang terlalu mudah bosan dengan pekerjaannya, cenderung berakhir menjadi kutu loncat. Tapi kabar baiknya, tipe pembosan biasanya tidak akan mengulang kesalahannya dengan cara apply ke pekerjaan yang sama persis sehingga pada suatu titik, mereka akan berhenti jadi kutu loncat setelah berhasil menemukan jenis pekerjaan yang mereka sukai.
Gue tidak bilang semua kutu loncat itu jelek. Gue sendiri pernah satu kali punya karyawan kutu loncat yang kerja bareng gue enggak sampe satu tahun. Meski begitu, gue enggak nyesel pernah terima dia jadi bagian dari tim gue. Karena meskipun cuma sebentar, dia udah ngeberesin banyak hal dalam masa kerja dia yang singkat itu. Tapi tetap saja… untuk ke depannya, gue lebih prefer karyawan yang bisa bekerja dengan baik dalam jangka waktu yang lebih lama. Akan lebih sulit untuk create improvement kalau sebentar-sebentar karyawan gue ada yang resign.
Saran gue buat teman-teman yang suka jadi kutu loncat… if it doesn’t make you happier, not either make you a better person, then stop it. Belajar jadi orang yang tangguh, yang mau memperbaiki diri, dan bukan malah jadi orang yang suka lari dari masalah. You have to know when you must stop and when you must keep on going. Good luck!
Bagaimana bila kita sebagai karyawan sudah berusaha dengan baik dan penuh loyalitas namun tidak ada perhatian dari perusahaan, bertahan atau pindah ya Bu?
thanks
Hi… Sudah coba bicarakan dulu dengan atasan? Coba tanyakan dulu pendapat mereka, minta saran dan coba terapkan. Jika masih tidak berhasil, baru move on. Good luck!
Artikel nya Saya banget ini mah. saya sering keluar masuk kerja paling lama kerja cuma 6 bulan. Krena saya tipe orangnya bosenan dan merasa belum menemukan pekerjaan yg benar2 saya sukai