Curhatan si Tiang Listrik

Ceritanya malam ini, ada acara kantor selepas jam kerja di Kuningan City. Sekitar hampir jam 7 malam, gue baru turun ke lobby menyusul teman-teman setim gue. Sesampainya di bawah, gue baru ingat harus naik lagi ke kantor buat jemput bos gue secara ceritanya kita mau nebeng mobil si bos untuk sampai ke Kuningan City.

Tidak lama setelah menunggu lift sendirian untuk kembali ke kantor gue di lantai 8, sekumpulan bapak-bapak lewat dari arah berlawanan dan salah satunya berkomentar sambil memandangi gue dari ujung kaki sampai ujung kepala, “Eh, ada tiang listrik!”

Saking kagetnya, gue hampir saja ingin balas menegur orang itu. Sebelum sempat membalas, pintu lift di depan gue terbuka dan salah satu teman sekantor keluar dari dalam lift yang satu itu. Sempat ngobrol sekitar 30 detik dengan teman gue itu, dan bapak tadi masih saja mengomentari tinggi badan gue meski jaraknya sudah mulai menjauh. Kira-kira dia bilang begini, “Mbak kok tinggi banget? Kayak tiang listrik, hahahaha.”

Entah teman gue dan orang-orang sekantor gue lainnya dengar atau tidak, yang jelas karena sudah lumayan banyak orang di sekitar gue, jadilah gue putuskan untuk pura-pura tidak mendengar. Gue langsung masuk ke dalam lift dan menekan lantai 8.

Pernah terpikir alasan kenapa banyak orang yang merasa minder dengan penampilan fisiknya? Orang-orang seperti bapak itu salah satu alasannya!

Waktu SMP dulu, gue pernah sangat minder dengan fisik gue ini, salah satunya karena tinggi badan gue juga. Bayangkan saja, baru kelas 3 SMP, tinggi badan gue sudah hampir mencapai 170 CM! Bagaimana tidak minder? Gue sering banget dipanggil tiang listrik! Masih mending jika hanya tiang listrik, julukan yang lebih menyakitkan hati pun juga pernah gue dengar 😦 Ditambah lagi orang-orang iseng yang suka membuat lelucon dengan sok-sok berjinjit sambil cengengesan di belakang gue, atau orang-orang yang terang-terangan menolak berfoto di samping gue hanya karena gue dianggap terlalu tingi. Sering dibilang akan susah cari pacar pula! Karena itulah, bahkan sampai gue kuliah pun, gue tidak pernah mau coba memakai sepatu berhak tinggi.

Hanya saja entah sejak kapan persisnya, pola pikir gue mulai berubah. I’m tall, I’m too thin, and I know it, but so what? Gue terlahir tinggi, dan gue terlahir dengan kelenjar tiroid yang terlalu aktif sehingga akan sangat sulit untuk menaikkan berat badan, tapi ya sudahlah… Semua itu bukan salah gue, dan semua itu juga toh tidak merugikan siapa-siapa!

Akhirnya, sedikit demi sedikit, gue mulai suka memakai high heels. 1 CM, 2 CM, dan sekarang berakhir di 7-8 CM. I love high heels, and apparently, it makes me a lot more confident! Wearing heels is not a sin anyway.

Gue kenal banyak mantan ‘ugly duckling‘ yang memperoleh kepercayaan dirinya setelah berhasil mengubah drastis penampilan fisiknya. Dari gemuk menjadi kurus, atau sebaliknya. Prestasi yang patut dibanggakan kalau menurut gue, tapi sayangnya, perubahan fisik yang sama belum pernah terjadi pada diri gue sampai saat ini. Gue masih Riffa yang tinggi kurus itu, sama seperti gue di bangku SMP dulu. Hanya saja bedanya, gue mulai bisa melihat dari sisi positifnya. Benar-benar tidak ada perubahan fisik, hanya perubahan mental dan sudut pandang, ditambah cinta yang luar biasa besar untuk diri gue sendiri 😉

Jujur bagaimanapun, kejadian hari ini tetap membuat gue sempat merasa sedih. Setelah bertahun-tahun tidak lagi mendengar ejekan si tiang listrik, bisa-bisanya malam ini gue kembali berhadapan dengan orang norak seperti itu! Gue jadi kembali diingatkan dengan rasa minder yang sudah susah payah gue kalahkan bertahun-tahun yang lalu.

Orang-orang di sekitar gue pastilah jarang sekali mendengar gue mengomentari kekurangan fisik orang lain. Kenapa? Karena gue tahu bagaimana tidak enaknya disoroti sampai mendetail seperti itu. Dan seringkali, gue bergumam di dalam hati saat melihat orang-orang megomentari fisik orang lain, “Kalau gantian orang lain mengomentari fisik kalian, memangnya kalian tidak akan tersinggung?”

Ya, banyak orang yang senang mengomentari fisik orang lain (mungkin niatnya bisik-bisik, tapi kadang tetap terdengar lho), tapi giliran sebaliknya mereka yang dikomentari fisiknya, wah, galaknya setengah mati! If you won’t be happy hearing people’s honest opinion on your body, then keep your thought just for yourself!

Pada akhirnya, kembali lagi gue bilang di sini: people will always talk anyway. Mau secantik dan seseksi apapun kita, tetap akan ada saja komentar baru yang kita dapatkan. Pendapat orang lain tidak akan pernah ada habisnya! Itulah sebabnya menurut gue, perubahan pola pikir jauh lebih penting daripada perubahan fisik itu sendiri.

Sudah tinggi dan mau pakai high heels? If it makes you happy, then why not?

High heels bakal bikin tambah susah cari pacar? Yang namanya Mr. Right tidak akan sebegitu bodohnya! Toh dia juga tahu bahwa kita masih bisa sesekali melepas high heels itu kalo lagi jalan bareng sama dia…

Meski kedengarannya klise, tapi memang benar bahwa tubuh kita ini pemberian dari Tuhan. Syukuri, nikmati, dan lihat saja dari sisi positifnya!

Badan gue seperti tiang listrik? Oh, well… Kalian harus dengar cerita yang satu ini… Baru-baru ini,  salah satu rekan kerja di Vietnam yang hanya gue kenal via e-mail dan Skype, pernah bilang begini, “I heard you have really long legs, like supermodel, hehehe.”

Dan tahukah kamu alasan kenapa supermodel umumnya berpostur tinggi kurus? Karena postur tubuh seperti ini bisa membuat nyaris semua jenis pakaian terlihat bagus 😉

See? Selalu ada sisi positifnya! Hehehe.

Cheers!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s