Serba-serbi Gengsi

Pernah dengar tentang cewek yang dikejar-kejar hutang kartu kredit karena ngotot beli Louis Vuitton asli hanya supaya kelihatan keren di depan teman-temannya?

Ada pula orang yang ngotot kalo traveling harus naik SQ, nginepnya harus di hotel bintang 5, lalu sepulang liburan… limit kartu kredit langsung mentok dan baru lunas 3 bulan kemudian.

Lalu ada lagi cowok yang menjauhi gebetannya karena setelah dipikir-pikir, dia enggak mau punya pacar yang agak gemuk, atau yang kulitnya gelap, atau kurang cakep. Kalo kata dia sih, kurang keren buat dijadiin gandengan ke kondangan. Atau alasan populer lainnya: malu sama mantan pacar kalo si pacar baru enggak lebih ok daripada si mantan.

Yang paling ironis, kisah pencari kerja yang cuma mau kerja di perusahaan besar yang terkenal. Buat dia, percuma gaji besar dan prospek karier-nya bagus jika perusahaannya itu nggak ada yang kenal. Alhasil, jadi pengangguran berbulan-bulan.

Apa kesamaan dari empat orang itu? Gengsi. Mereka tipe orang yang menempatkan gengsi di atas segala-galanya.

Sampai beberapa waktu yang lalu, gue sendiri tipe orang yang sangat mementingkan gengsi. Gue gengsi kalo cuma beli Avanza, gue mulai ngefans sama tas kulit asli, merk kosmetik, facial dan body care hanya beli yang sekelas MAC, Lancome, Clinique, L’occitane, atau minimal The Body Shop. Sampai suatu hari, gue baca berita tentang Oprah Winfrey.

Siapa yang nggak kenal Oprah Winfrey? Sukses dan terkenal sebagai salah satu wanita paling kaya di dunia. Mungkin kita mengira, kalau sudah sekaya dia, semua orang akan respek. Nggak akan ada SPG yang memandang kita sebelah mata, nggak akan ada teman yang ogah bergaul sama kita hanya karena dianggap kurang kaya, nggak akan ada orang kaya yang sok dan menghina kita yang masih hidup serba pas-pasan ini…

Tapi kenyataannya… apa iya orang yang paling kaya sedunia itu akan selalu mendapatkan perlakuan istimewa? Dan apa iya… dengan segala hal yang bergengsi, kita akan lantas merasa nyaman dan puas dengan diri kita sendiri?

Balik lagi ke Oprah Winfrey, isi berita yang gue maksud itu memuat curhatan Oprah tentang perlakuan tidak hormat seorang SPG kepada dirinya di sebuah toko tas mewah di Zurich. Menurut Oprah, saat dia minta diambilkan sebuah tas kulit buaya asli, SPG itu malah menjawab, “Terlalu mahal untukmu!” Hal itu membuat Oprah merasa dilecehkan hanya karena dia berkulit hitam.

Pemilik toko tas kemudian membantah pernyataan Oprah tersebut. Dia bilang, karyawannya sudah melayani Oprah dengan baik dan bahkan sudah menunjukkan semua tas yang ada di toko itu kepadanya. Hanya saja memang, saat Oprah minta diambilkan tas kulit buaya yang super mahal itu, sang SPG malah berinisiatif menunjukkan tas lain yang mirip namun dengan harga yang lebih murah.

Bisa jadi Oprah yang benar, bisa jadi pula pernyataan sang pemilik toko yang lebih benar. Yang manapun itu, gue jadi belajar dua hal:

  1. Jika memang benar Oprah dilecehkan oleh si SPG, itu artinya… tidak peduli seberapa kayanya kita, tidak peduli seberapa terlihat kayanya kita ini (baju bagus, make-up sempurna, tas dan sepatu mengkilat, perhiasan mewah plus jam tangan mahal), hal itu tetap tidak menjadi jaminan bahwa kita tidak akan pernah diperlakukan tidak hormat oleh orang lain; atau
  2. Jika memang benar bahwa sebetulnya, Oprah hanya salah sangka, itu artinya… tidak peduli seberapa banyak kekayaan yang kita miliki, hal itu tidak menjamin kita akan bebas dari rasa insecurity. Bisa jadi, dalam hati kecilnya, Oprah masih merasa minder dengan kulit hitamnya, sehingga salah paham yang terkecil sekalipun bisa memicu amarah dalam dirinya.

Sebetulnya, sudah sejak dulu gue memahami bahwa gengsi sering dijadikan tameng oleh orang-orang yang merasa insecure dengan dirinya sendiri. Dia merasa dirinya belum cukup keren jika belum punya ini-itu. Dia merasa dirinya belum cukup jantan kalau belum menggandeng perempuan cantik dan berpostur sempurna. Dan dia merasa haus akan kekaguman orang lain, dia tidak merasa percaya diri, dia takut dipandang sebelah mata, atau bisa juga, takut akan dikucilkan, sehingga ujung-ujungnya, mereka rela melakukan apa saja, rela mengorbankan apa saja, hanya demi menyembunyikan rasa takutnya itu.

Bedanya, kini gue menyadari… berkaca dari cerita Oprah tersebut, bahwa kenyataannya, gengsi bukan segala-galanya, dan gengsi juga tidak menjamin segala-galanya.

Buat apa punya tas mahal kalau kita sampai takut mendengar telepon masuk, terutama jika telepon dari nomor tidak dikenal, hanya karena kita takut telepon itu datang dari debt collector?

Buat apa punya pacar keren kalau dalam hati, kita terus terkenang sama mantan pacar atau gebetan yang kita tinggalkan hanya karena dia kurang bisa kita pamerkan?

Dan buat apa memaksakan diri kerja di perusahaan bergengsi meskipun sebetulnya kita benci setengah mati dengan pekerjaan kita di tempat itu?

Look at Oprah… semua yang dia pakai sudah serba mahal, karier juga sudah sukses setengah mati, tapi tetap saja ada kalanya, hal-hal tidak menyenangkan masih bisa terjadi seolah semua yang dia punya itu belum cukup bergengsi.

Saat gue sharing pendapat dengan salah satu sahabat di kantor, dia menimpali dengan cerita tentang atasan kita yang pernah dengan cueknya pakai handphone murah yang harganya tidak sampai lima ratus ribu rupiah. Jadi ceritanya, iPhone 5 si bos baru saja rusak total, digantikan dengan iPhone 5 baru lainnya. Eeeh, nggak lama kemudian, iPhone 5 yang barunya itu rusak lagi karena tersiram air, sehingga butuh waktu beberapa minggu untuk memperbaikinya. Selama menunggu iPhone 5 selesai direparasi, si bos membeli satu hp Nokia murah meriah sebagai hp sementara.

Teman gue bilang, “Bukannya malu, dia malah pamerin hp murahnya dan ngejadiin itu sebagai lucu-lucuan. Orang-orang juga malah jadi ketawa dan enggak nganggep remeh hp murahnya itu.”

Ya, gue setuju banget sama pendapat teman gue. Bos gue itu jabatannya Direktur, punya rumah seharga milyaran rupiah, jelas enggak bergengsi banget kalo dia sampe pake hp seharga ratusan ribu saja. Itu satu lagi bukti bahwa sebetulnya, gengsi itu hanya soal mindset, alias… soal pola pikir kita sendiri, serta soal bagaimana cara kita membawa diri kita sendiri. Karena pada dasarnya, bukan cara orang lain memperlakukan kita yang menyakiti perasaan kita, melainkan bagaimana cara kita menanggapinya.

SPG yang kurang ajar bukan karena ada yang salah dalam diri kita, melainkan ada yang salah dalam diri SPG itu sendiri. Mereka itu wajib memperlakukan customer-nya dengan baik.

Teman yang cuma mau berteman dengan orang yang punya tas Channel asli justru bukan teman yang sejati. Mereka bukan teman yang akan tetap setia dalam suka dan duka.

Teman yang menghina kita hanya karena pacar kita dianggap kurang rupawan juga bukan teman yang patut dipertahankan. Mereka hanya orang-orang yang akan selalu mencari celah untuk membuat kita merasa buruk dan kecil hati.

Mereka semua boleh saja bersikap seenaknya, tapi yang paling penting, jangan biarkan mereka melukai perasaan kita. Jangan biarkan mereka membuat kita jadi gelap mata. Jangan biarkan mereka membuat kita menempatkan gengsi di atas segala-galanya. Mengutip salah satu tweet yang pernah gue baca, “Don’t spend the money that we don’t have to buy the things that we don’t need just to impress the people that we don’t like.”

Gue akui, kemewahan itu menyenangkan, dan barang-barang mahal itu memang menawarkan kualitas produk di atas rata-rata. Tapi kembali lagi… beli benda-benda itu hanya jika memang kita membutuhkannya, dan hanya jika kita mampu untuk membelinya. Kemudian saat hendak mengambil keputusan, bukan pikirkan apa yang paling bergengsi, melainkan… apa yang paling akan membuat kita merasa nyaman dan bahagia?

Finally… tell this to yourself: you don’t need to be richest, the prettiest, not either having the coolest boyfriend ever, just make you feel like the happiest person on earth.

10 Gifts I Want for My Birthday

Berhubung sebentar lagi gue mau ultah, gue mau bikin list daftar barang yang gue pegenin buat kado ultah tahun ini. Kali aja keluarga dan temen-temen gue kebetulan baca lalu mereka berinisiatif buat beliin gue barang-barang ini, hehehehe.

  1. Dompet baru… pengennya warna hitam. Dua dompet yang gue pakai tahun ini cuma gue pake beberapa bulan saja karena warnanya cepat kelihatan kotor. Jadi mendingan beliin warna hitam;
  2. Aroma therapy-nya The Body Shop, beliin yang aromanya paling lembut. Jangan cuma beli refill-nya doang yah, sama botol dan kayu-kayunya juga, hehehehe;
  3. Casing lucu buat iPhone 5, atau Gemini, atau Notes 10.1 gue. Gue ini kan semacam collector casing hp yang lucu-lucu 😀
  4. Kalo perlu sekalian beliin gue tablet baru, yang lama udah lecet-lecet, hehehehe. P.s.: I love iPhone, but I’m not an iPad big fan. Beliin gue Android aja ok, minimal 10.1 inchi… (seolah bakal beneran ada yang beliin gue kado semahal ini, hehehehe);
  5. I’m a bag collector too. Lagi pengen beli Furla dan Bonia, tapi merk lain juga boleh deh. Kalo bisa warnanya putih dan bahannya nggak gampang kotor;
  6.  Syal rajut yang hangat… kalo perlu satu set sama gloves-nya, buat Japan trip awal tahun depan;
  7. Spring coat, yang modelnya pake pita ikat di pinggang dan bagian bawahnya agak mengembang. Waktu kapan itu nemuin model ini di Max Mara PS, tapi nggak berani masuk takut harganya kemahalan, huhuhuhu;
  8. Kalo perlu sekalian sama tiket pesawat buat liburan tahun depan, hohohoho. Kalo tiket Jepang udah beli, tapi rencananya pengen balik lagi ke Phuket. Jadi beliin tiket pesawat Jakarta-Phuket PP aja ok…
  9. New digital camera… pengen beli EOS M. Beliin yang warna putih yah!
  10. Peak season udah mulai… bakal lebih sering pake kacamata daripada softlens. Jadi pengen punya kacamata baru… kemaren nemu kacamata Dior di Melawai, kayaknya keren, hohohoho.

Abis bikin list ini… gue malah stres. 10 hal di atas bisa jadi sebetulnya shopping list gue sendiri. Padahal gue sedang berniat buat belajar berhemat! Apartemen udah mau kebangun dan belum ada cukup duit buat ngedekor plus beli-beli perabotnya! Fufufufu… Makanya, kalo ada yang bantu beliin 10 benda itu buat kado ultah gue, waah, gue bakal terbantu dan berterima kasih sekali, hahahaha.