Kemarin sore di kantor, gue menasehati salah satu teman yang tetap menghisap rokoknya meski baru saja sembuh sakit satu hari sebelumnya. Dengan entengnya, teman gue ini menjawab, “Nggak papa lah ngerokok… Hidup ini enggak enak, jadi ngepain hidup lama-lama?”
Gue malah cekikikan sambil membalas, “Hidup saya sih menyenangkan kok. Nggak papa hidup lama.”
Sambil tertawa kecil, teman gue membalas lagi, “Yakin menyenangkan? Kerja lembur melulu kayak gini emangnya enak?”
Gue malah nyengir… sambil melanjutkan dalam hati… Ya, meskipun sering lembur gila-gilaan, meskipun semakin sering ngerasa tertekan sama kerjaan sampe sempet meneteskan air mata waktu lagi sibuk ngetik di depan laptop saking stresnya, dan meskipun gue punya banyak kekurangan di sana-sini, gue tetap bahagia sama hidup gue.
Bicara soal pekerjaan… rasa-rasanya benar apa yang pernah dibilang sama teman sekantor gue yang lainnya: jika gue mau berpikir jernih, maka sebetulnya, gue punya lebih banyak hal untuk disyukuri daripada hal-hal untuk gue keluhkan. Lagipula sebetulnya wajar-wajar saja kalo makin ke sini makin banyak masalah pekerjaan yang harus gue hadapi. Memangnya apa yang gue harapkan? Posisi dan fasilitas manajer tapi beban dan tanggung jawab ala fresh graduate gitu?
Kemudian soal makin banyaknya jumlah orang yang seneng banget ngegosipin gue di belakang… yaah, gue rasa itu emang udah sepaket sama pencapaian yang gue punya lah yaa. Gue percaya bahwa dalam hidup ini, when we gain some, we will also lose some in the same time. Suatu kelebihan pasti akan satu paket dengan satu kekurangan lainnya. Jadi achiever di usia muda emang bisa bikin bangga, tapi resikonya, jadi lebih rentan sama omongan orang. Jadi ya sudahlah… Gue emang enggak bisa nutup mulut orang lain supaya enggak ngomongin gue yang jelek-jelek, TAPI, gue pasti bisa nutup telinga gue rapat-rapat dari omongan yang sengaja diucapkan hanya untuk mengurangi kebahagiaan yang gue punya.
Di luar pekerjaan dan mimpi-mimpi yang jadi bisa gue wujudkan sebagai hasil dari jerih payah gue itu, alhamdulillah… gue masih punya banyak hal kecil lainnya yang sangat patut untuk gue syukuri.
Gue punya ortu yang suka masakin gue makanan enak-enak.
Adek-adek yang meskipun tengil tapi selalu jadi supporter nomor satu buat gue.
Kucing-kucing lucu yang suka nganter gue pergi kerja dengan berdiri berjejer di pinggir garasi lalu malam harinya saat gue pulang, mereka kembali berjejer menyambut gue di tempat yang sama.
Gue juga punya sahabat-sahabat yang meskipun enggak selalu akur, tapi mereka tetep selalu siap sedia mendengar curhat gue di tengah malam sekalipun.
Di kantor gue punya teman-teman yang selalu bisa memaafkan kekhilafan gue saat sedang stres berat sama pekerjaan.
Gue juga punya bos yang meskipun tidak sempurna, tapi setidaknya bos gue yang satu ini sangat peduli dengan kenyamanan anak buahnya.
Dengan semua yang ada dalam hidup gue itu… bagaimana mungkin gue bisa bersikap tidak bersyukur?
Gue baru aja selesai buka-buka koleksi blog lama gue yang berkategori “About Life”. Membaca koleksi tulisan gue sendiri rasanya seperti melihat grafik kehidupan. Sangat jelas terlihat dari ‘grafik’ itu bahwa hidup memang selalu naik dan turun seperti roller coaster. Sehingga pada akhirnya gue jadi optimis… dulu gue pernah susah, tapi gue juga pernah senang. Kemarin gue juga baru aja ngerasa sangat susah, tapi hari ini gue kembali merasa senang. Jadi untuk selanjutnya, setiap kali gue kembali merasa hidup di bawah tekanan besar, gue hanya perlu mengingat bahwa tidak lama lagi, badai pasti akan berlalu. Yang perlu gue lakukan hanya bersabar, sambil terus berusaha sebaik-baiknya. Nanti setelah badai itu berlalu, insyaallah… gue akan kembali menemukan indahnya pelangi di langit yang biru 🙂