- Jangan terlalu senang saat bos memberikan kita semua yang kita butuhkan… karena sabetulnya mereka sedang berharap kita akan melakukan semua yang mereka inginkan;
- Kalau kita bekerja hanya untuk uang, maka hati kita tidak akan pernah tenang. Sewot saat tahu ada teman yang baru mendapat promosi/kenaikan gaji, atau sibuk menerka-nerka berapa gaji per bulan yang didapatkan teman yang baru pindah kerja…
- Sebetulnya kerja di mana pun juga ujung-ujungnya pasti sama saja: pasti ada konflik dan pasti harus berurusan dengan orang-orang yang menyebalkan. Dulu gue pernah punya bos yang sangat-sangat menyebalkan, kalo sekarang, yang harus gue hadapi malah klien-klien yang sangat menyebalkan;
- Sifat asli seseorang itu baru akan kelihatan saat dia sedang kepepet… terutama dalam hal-hal yang berurusan dengan uang dan pekerjaan;
- Ternyata memang benar, bisa berteman akrab dengan rekan kerja atau klien itu bukanlah hal yang mudah. Sifat jelek seseorang jadi rentan muncul dalam dunia kerja, dan bisa jadi, hal tersebut bukanlah hal yang akan mudah untuk dimaafkan;
- Semakin tinggi jabatan, semakin banyak cobaan… Believe it or not, akan semakin banyak pula orang yang enggak suka sama keberadaan kita. Enggak heran kalau hanya sedikit sekali atasan di level manajer ke atas yang disukai oleh anak buahnya;
- Jadi si anak emas, atau jadi employee of the year itu tidak 100% menyenangkan. Bahkan orang-orang yang tidak kita kenal pun bisa saja berusaha menjatuhkan kita dari belakang;
- Sehebat apapun karier yang dimiliki seseorang, jauh di dalam lubuk hatinya, tetap masih tersimpan rasa tidak aman akan masa depan karier-nya. Jabi sebetulnya tidak ada orang yang tidak punya rasa takut, yang ada hanyalah orang yang berani melawan rasa takutnya dan tetap tampil percaya diri;
- Boleh bangga jadi karyawan muda yang berpestasi, tapi jangan cepat merasa puas sehingga lupa untuk mengembangkan diri… Jangan sampai kelak, gantian kita yang dikalahkan oleh karyawan baru yang usianya jauh lebih muda;
- Tidak ada atasan yang sempurna. Tetapi, atasan yang membuat kita merasa tidak berharga bukanlah atasan yang bisa dimaafkan. Carilah tempat yang mengapresiasi kontribusi kita terhadap perusahaan, bukan perusahaan yang membuat kita merasa berkecil hati;
- 3 kesalahan yang paling sering dilakukan oleh atasan: terlambat menyadari value yang dimiliki anak buahnya, terlambat memberikan benefit yang sepadan untuk karyawan terbaiknya, serta terlambat memberikan uluran tangan terhadap karyawan yang sedang berada di bawah tekanan hebat;
- 1 kesalahan yang paling sering dilakukan oleh bawahan: tidak mampu memenuhi ekspektasi atasan;
- Patience is power. Sikap tidak sabaran hanya membuat kita kehilangan banyak kesempatan emas, atau bahkan, membuat kita kehilangan value di mata rekan kerja;
- Stigma sosial, dalam hal apapun dan sepopuler apapun stigma tersebut, pasti masih bisa kita patahkan asalkan kita mampu menjadi pekerja yang extraordinary. Nothing is impossible as long as we do our best; dan
- Hidup itu seperti roda berputar… jadi jangan sombong. Gue cukup sering melihat orang-orang yang di awal suka merendahkan orang lain hanya berakhir sebagai orang-orang yang karier-nya tertinggal di belakang orang-orang yang dulu mereka rendahkan.
Month: January 2012
Clinique Dramatically Different Mousturizing Gel
Berawal dari obrolan gue sama salah satu teman kantor, gue jadi terinspirasi buat coba cari pelembab lain yang harganya lebih mahal dengan harapan, hasilnya akan lebih bagus buat muka gue. Waktu itu ceritanya gue ngeluh… kenapa kulit wajah gue enggak seputih dan semulus kulit badan gue? Temen gue otomatis nanya… emangnya gue pake apa buat kulit badan gue? Untuk sabun mandi, gue lebih suka pake sabun merk sejuta umat (soalnya entah kenapa, pake sabun mahal itu malah bikin badan terasa lengket setelah mandi), tapi untuk body lotion, memang agak eksklusif dan harganya pun relatif mahal.
Dari situ gue baru sadar… meskipun pake sabun murah yang katanya sih bisa bikin kulit jadi kering, nyatanya kulit badan gue tetep sangat ketolong sama si pricey lotion. Kulit jadi lebih putih (padahal body lotion gue itu bukan pelembab yang tujuannya mencerahkan warna kulit lho), lebih halus, dan kelihatan sangat mulus.
Nah, akhirnya gue pun terpikir untuk melakukan hal yang sama buat kulit wajah gue. Entah kenapa, muka gue ini justru lebih cocok sama pembersih muka yang murah meriah. Gue bilang cocok karena cuma pembersih murah meriah inilah yang berhasil ngurangin jumlah jerawat di muka gue. Tapi tetep aja… pembersih ini enggak berhasil bikin muka gue jadi kelihatan bersih bersinar. Malah biasanya, setiap kali habis membersihkan muka, yang ada kulit gue jadi terasa kering. Waktu pake bedak pun jadi terlihat semakin jelas ada permukaan kulit wajah yang agak bersisik. Jadi siapa tahu aja, dengan pake pelembab yang lebih mahal juga akan bisa menutupi kekurangan yang tidak bisa diatasi oleh pembersih muka gue.
Akhirnya gue pun buka makeupalley.com buat cari referensi. Sengaja gue cari produk pelembab yang banyak disukai oleh member yang mempunyai kulit sangat berminyak seperti gue. Nggak butuh waktu lama, gue langsung tertarik buat beli pelembab khusus kulit berminyak keluaran Clinique. Nama produknya: Clinique Dramatically Different Moisturizing Gel.
Berhubung gue tahu harga Clinique di Indonesia itu relatif mahal, maka gue pun memutuskan buat pesan online via strawberrynet.com. Kenapa strawberrynet.com? Karena gue udah beberapa kali membuktikan sendiri bahwa produk mereka memang benar-benar asli, service-nya cepat dan memuaskan, transaksi pembayaran online-nya juga sejauh ini aman-aman aja buat gue. Strategi bisnis mereka juga masuk di akal, sehingga gue jadi tahu bagaimana caranya mereka bisa tetap menjual produk branded asli dengan harga yang jauh lebih murah.
Enggak sampai dua minggu kemudian, produk yang gue pesan itu tiba di kantor dengan selamat. Kemudian begitu gue coba pakai pelembab berbahan dasar gel ini, gue langsung bisa ngerasain bedanya; hanya dengan sedikit gel saja sudah bisa membuat kulit wajah gue terasa lembab! Beda banget sama lotion lama gue yang mesti sampai beberapa kali ambil baru bisa bikin muka gue terasa nyaman dan tidak kering. Kemudian entah kenapa, di beberapa kali pemakaian pertama, seperti ada butiran-butiran sangat kecil yang keluar dari permukaan kulit saat gue mengusapkan gel itu ke seluruh wajah. Gue sampe sempet mikir jangan-jangan produk ini ada mengandung unsur exfoliating juga kali yaa…
Sekitar dua sampai tiga hari setelah pemakaian, kulit wajah gue sudah terlihat lebih mulus. Gue baru menyadari hal itu setelah beberapa orang mulai berkomentar, “Eh, kulitlo kok sekarang kinclong gitu sih? Jerawatnya pada ke mana?” – itu komentar temen gue yang hobi nyablak, atau, “Ipeh kok tumben… lagi stres tapi jerawatnya nggak keluar?” – itu komentar temen gue yang orangnya halus ala puteri Solo, hehehehehe.
Dari situ gue sadar… jerawat sih sebenernya emang udah lama jarang keluar. Tapi emang kulit wajah gue sedikit demi sedikit sudah kelihatan lebih mulus! Kalo gue bandel bersihin muka masih tetep suka break-out siih, tapi overall beneran deh, terlihat dan terasa ada perubahan signifikan setelah gue pakai pelembab ini. Lama-lama kulit wajah gue jadi terasa semakin halus kalau disentuh, dan bedak juga jadi bisa nempel lebih bagus di kulit wajah gue. Pokoknya benar-benar memuaskan! I do really think that the quality worth the price. It feels like… I have found my soul mate in moisturizer area, hehehehehe.
Belajar Nyetir Itu Susah!
Dulu, gue pernah sesumbar baru bakal beli mobil kalo udah sanggup buat sekalian ngegaji supirnya. Soalnya entah kenapa, udah sejak awal gue sadar diri bahwa gue ini enggak minat dan enggak bakat nyetir mobil sendiri. Tapi waktu tiba-tiba dapet fasilitas mobil dari kantor, ternyata susah juga buat ditolak. Udah gitu di saat yang bersamaan, gue lagi benci-bencinya sama fasilitas transportasi umum di Jakarta, terutama setelah satu kejadian super menyebalkan yang gue alami di jembatan busway di daerah Cawang. Jadi ya sudahlah, fasilitas mobilnya gue ambil dan gue pun bertekad untuk mulai belajar nyetir sendiri.
Setelah beberapa kali menunda karena kesibukan kerja, akhirnya kemarin jadi juga gue belajar nyetir perdana di parkit Senayan. Guru les nyetir gue ini enggak lain adik ipar gue sendiri. Ditemenin juga sama adek gue yang lagi hamil 4 bulan itu. Sebelum memulai, gue bilang begini sama adek gue yang gantian duduk di jok tengah mobil, “Kamu di belakang pake seatbelt juga yah.”
Dan berikut ini adalah daftar kehebohan gue selama belajar nyetir di parkit Senayan… (notes: mobil gue ini mobil matic yaa, bukan manual).
- “Gue kok pelajaran pertamanya malah bawa mobil mundur siih?”
- Kesusahan waktu harus nurunin rem tangan. Gila yaa, itu rem tangan kerasnya setengah mati! Tangan gue sampe sakit…
- Adek ipar: “Udah, lepas remnya.” Gue: “Nanti duluu, itu di depan ada banyak burung di tengah jalan.”
- Berkali-kali nginjek rem secara kasar yang bikin si mobil jadi kayak ngerem mendadak;
- Ngerem mendadak, terus bilang, “Eh, kayaknya sebentar lagi kita nabrak trotoar yah?” Adek ipar: “Emang iyaa… makanya aku tarik rem tangan!”
- Tiba-tiba ngerem mendadak gara-gara di depan ada ranting pohon;
- Berkali-kali salah pasang sen. Pasang sen kanan waktu mau belok kiri, dan pasang sen kiri waktu mau belok kanan;
- Fokus ngelihat spion kanan, ceritanya latihan memanfaatkan spion, sampe lupa muter setir ke kanan buat belok di tikungan…
- Masih latihan ngelihatin spion… tau-tau di depan sana udah ada mobil lain yang kelihatan takut-takut deketin mobil gue;
- Nggak berani lewatin jalan yang banyak orang-orang lagi duduk di pinggir jalan… takut nggak sengaja ngelindes kaki mereka;
- Gue: “Ini mobil kok jalannya lelet sih?” Adek ipar: “Kan dari tadi belum nginjek gas… Mau belajar nginjek gas?” Gue: “Enggak deh, nginjek gas di sesi belajar berikutnya aja.”
- Latihan mencet klakson mobil pake jempol… tapi kok nggak bunyi-bunyi yah? Pas akhirnya berhasil bunyiin klakson, gue langsung norak… sambil ketawa-tawa;
- Selalu heboh ngerasa mobil gue jalannya miring;
- Ketawa heboh setiap kali berhasil melewati tikungan dengan lancar. Tapi pas tikungan berikutnya masih aja suka ada salahnya;
- Waktu abis belok, “Kayaknya kalo di situ ada mobil lagi parkir, udah ketabrak sama mobil gue yaa.” Adek ipar: “Emang iyaa, makanya itu setir dibalikin lagi kalo abis belok.”
- “Kayaknya gue latihan udah lama yaa? Pegel…” Adek gue, “Baru sepuluh meniiit.”
- Gue, “Udahan yuk latihannyaa. Udah sejam. Filmnya udah mau mulai.” Adek gue, “Filmnya masih sejam lagi… PS kan deket.”
- Gue, “Ah udah aah… Filmnya udah mau mulai.” Akhirnya udahan juga… Fiuuuuuh…
- Eefek latihan nyetir: keringetan, paha kanan pegel, kepala pusing, tapi semuanya langsung ilang begitu sampe PS tepat waktu sebelum filmnya dimulai, hehehehehe.
Gila yaa, ternyata emang bener, latihan nyetir itu susah! Enggak kebayang gimana nanti latihan parkir, bawa mobil di gedung parkir, terjebak macet, belok-belok di gang sempiiit… Haduuh, kenapa bayar supir itu mesti mahal banget siih?
The Mall Princess
Iseng-iseng, gue kepengen membahas tentang the mall princess; istilah yang gue bikin sendiri buat cewek-cewek di mall yang ciri-cirinya sebagai berikut:
- Biasa ditemukan di mall mewah seperti Senayan City, Plaza Senayan, Pacific Place, dsb dsb… gue cuma pernah nemu satu kali yang model begini di mall Pondok Gede. Itu juga orangnya rada maksa, agak-agak kelihatan seperti socialite wannabe;
- Kulit wajah mulusss, kulit badan juga mulus;
- Rambut seperti baru keluar dari salon;
- Badannya relatif seksi, atau cenderung kurus, enggak pernah gue lihat ada yang gemuk;
- Full make-up, atau minimal bedak, eye shadow, mascara, blush on, dan lipstick;
- Fashionable, dengan barang-barang yang terlihat mahal;
- Hak sepatu minimal 10 CM, dan jarang ada yang pakai sendal model jepit apalagi sendal karet kayak Crocs;
- Biasanya bawa tas ukuran sedang sampai besar. Cara bawanya bukan disampirkan di punggung/dikepit under arms, melainkan cuma digantungkan di siku tangan yang ditekuk;
- Rata-rata wanginya menyebar ke mana-mana… Gue sampe penasaran, supaya bisa tercium sewangi itu, harus berapa kali semprot ya, waktu pake parfumnya?
- Kalau jalan di mall, posisinya pasti di tengah jalan, bukan di pinggir jalan mepet sama toko-toko;
- Gaya jalan ala peragawati, dengan pinggul yang relatif lebih bergoyang jika dibandingkan dengan cewek-cewek pada umumnya. I guess the mall corridor is their personal catwalk…
Sebetulnya, gue sih enggak ada sentimen pribadi yang gimana-gimana banget sama the mall princess ini. Malah gue akui, melihat cewek-cewek itu rasanya jadi hiburan tersendiri. Meskipun sama-sama cewek, tapi tetap aja rasanya menyenangkan melihat cewek-cewek yang seolah baru keluar dari halaman mode Cosmopolitan. Padahal secara wajah, mereka itu tidak selalu terlahir cantik. Tapi dengan kulit mulus dan segala atributnya itu selalu berhasil bikin mereka jadi sangat enak untuk dilihat.
Ya, gue tidak ada sentimen pribadi sama mereka, kecuali satu hal: kalau jalan di mall, mereka merasa sepanjang jalan mall adalah milik mereka. Kalau berpapasan dengan orang lain, mereka enggak bakal pernah mau minggir, atau nggak mau untuk sekedar memiringkan badan. Mereka maunya, orang lain yang membuka jalan buat mereka.
Minggir untuk memberi jalan buat mereka emang bukan hal yang sulit, tapi buat gue, kalau sampai gue rela minggir demi mereka, hal itu tanda kurangnya respek dari gue terhadap diri gue sendiri. Makanya saat tidak sengaja berhadapan dengan cewek-cewek itu di mall, gue akan tetap jalan lurus. Saat berpapasan, gue hanya akan memiringkan badan gue sedikit, dan sisanya, dia juga harus memiringkan badannya supaya bisa sama-sama lewat. Kalau dia masih ngotot jalan lurus, ya rasakan saja ketabrak badan gue dan tersandung jatuh dengan super high heel kesayangannya itu…
Tidak ada siapapun di dunia ini yang berhak mengklaim fasilitas umum sebagai milik mereka. Bahkan, jika mall itu punya bapak mereka pun, mereka tetap tidak boleh bersikap sok. Apa artinya mall si papi tanpa pengunjung yang ramai berdatangan? Selain itu, mereka boleh aja menenteng hand bag yang hanya dijual di butik eksklusif. Tapi sejak kapan ada aturan orang yang cuma bawa tas Guess atau Charles & Keith harus rela minggir buat mereka yang bawa the Birkin bag?
If you girls are the mall princess like I mention in this blog, please no offense. But please next time, stop acting like you are the only precious person in the mall! Kemudian buat cewek-cewek lainnya… come on, put more appreciation for yourself! Jangan membuat para tuan puteri itu semakin berada di atas angin! Show them your pride, even when you don’t have any LV in your fashion statement. We all are precious, no matter what we wear and where we go to shop. Be classy, and be proud for being you; the only you in the world.
The Things I Love About Being 20’s
Belakangan ini, ada banyak hal yang membuat gue ngerasa suka banget sama usia gue yang sekarang ini. Kalo Edward Cullen bisa punya umur 18 tahun selamanya, maka kayaknya gue lebih suka kalo bisa punya umur 20-an selamanya, hehehehehe. Apa alasannya? Kenapa gue bilang gue suka banget dengan usia kepala dua ini?
- Pada usia ini, gue mulai punya pendapatan yang memadai. Senang rasanya bisa pergi belanja pake uang sendiri, kemudian pulang ke rumah dengan berbagai jenis shopping bag di tangan gue. Emang bukan hal yang patut ditiru, tapiii, selama hobi belanja ini enggak bikin hidup gue atau hidup orang lain jadi susah ya enggak papa dong? Yang penting gue hepi, hehehehehe;
- Pada usia ini pula gue tidak lagi bergantung sama orang lain untuk mewujudkan impian gue buat melihat dunia. Setelah satu kali berhasil memberanikan diri pergi liburan ke luar negeri, gue langsung ketagihan!
- Banyak yang bilang, pintu karier terbuka lebih lebar untuk mereka yang masih muda dan berstatus single. Ini artinya, gue masih punya banyak kesempatan untuk mengejar mimpi sekuat tenaga!
- Sesuatu yang dilakukan oleh orang yang usianya masih dua puluhan akan dianggap lebih hebat ketimbang apabila hal yang sama dilakukan oleh orang lain yang usianya lebih tua. Cuma orang pada usia 20-an yang paling sering mendapat pujian seperti ini: “Hebat ya, masih muda karier-nya udah sukses.”
- Older people start to see me as a whole person, not just a kid whose opinion could be ignored;
- I met so many new best friends in this 20’s age;
- I also found the real definition of falling in love within this age;
- Pada usia ini, belum ada keriput, belum ada kulit yang mengendur, badan masih relatif lebih segar bugar… I love being young and energetic 🙂
- Kalo umur 20-an, masih bisa pake baju imut-imut ala ABG, tapi udah bisa juga pake baju yang modelnya lebih dewasa;
- Gue udah nggak lagi dilarang-larang ortu nggak buat pergi hang-out malem-malem, dan juga belum ada suami yang punya hak buat ngatur-ngatur jam malam gue;
- Gue ngerasa banyak mengalami perubahan kepribadian di usia ini. Selain itu, ada pula banyak pengalaman berharga yang membentuk gue jadi lebih baik daripada gue semasa ABG dulu;
- Kalo di umur segini, gue masih bisa bilang begini saat ada orang di kantor yang manggil gue dengan sebutan Ibu/Mbak/ada juga yang manggil gue Cici, “Panggil Riffa aja, saya kan masih muda lho.”
- Gue masih bisa menyebutkan berbagai macam kalimat yang diakhiri dengan, “…. mumpung masih muda.”
- Pada usia ini, saat harus mengambil keputusan penting tentang hidup dan masa depan, yang perlu gue lakukan hanya menimbang diri gue sendiri. Belum ada suami dan anak-anak yang harus ikut gue pertimbangkan bagaimana kalau mereka begini dan bagaimana kalau mereka begitu; dan
- Sampai pada umur yang sekarang, gue masih belum ngerti kenapa ada statement yang bilang bahwa menanyakan umur itu sifatnya tidak sopan. Karena entah kenapa, belakangan ini gue justru ngerasa seneng dan bangga kalo ditanya umur gue berapa. Seems like gue emang seneng banget sama usia 20-an, hehehehehe.
Gue enggak bilang jadi teenager itu buruk, atau melewati usia 30-an, 40-an, dst… itu suram. Karena menurut gue, setiap usia itu pasti memiliki keunggulannya sendiri-sendiri. Cuma semasa ABG doang kita bisa hidup seolah enggak ada beban. Enggak harus mikirin biaya hidup, dikejar-kejar deadline pekerjaan yang enggak ada habisnya, dan masih belum banyak merasakan sedihnya dikecewakan sama orang-orang di sekitar kita. Kalo soal usia 30 dan 40-an… well gue belum bisa comment secara umur gue sendiri masih baru aja ampe angka 25. Tapi dalam bayangan gue… dengan asumsi karier gue tetap naik sedikit demi sedikit, mungkin di kepala 3 nanti gue udah punya cukup duit buat beli Birkin bag, hehehehehe.
Raditya Dika dan Manusia Setengah Salmon
Waktu gue baru aja beli buku ke enamnya Raditya Dika ini, adek gue bertanya, “Ini buku apa sih? Novel?”
Pertanyaan yang sulit… Kalo ada orang yang nanya hal serupa untuk buku ke limanya Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu itu, gue bisa jawab, “Kumpulan kisah cintanya si Raditya Dika.” Tapi kalo buat buku Manusia Setengah Salmon iniii, gue juga bingung mau kasih jawaban apa.
Hal ini ngingetin gue sama percakapan antara dua orang teman sekantor gue yang dulu. Salah satunya bertanya, “Blog-nya si Ipeh isinya apa?”
Temen gue yang satunya lagi, yang gue tau emang lumayan sering baca isi blog gue ini menjawab, “Hmmm… macem-macem.”
Jadi… itu pula jawaban yang gue berikan untuk adek gue soal buku terbarunya Raditya Dika, “Ya macem-macem. Mirip-mirip isi blog gitu lah.”
Nah, sekarang gue mau nge-review isi buku yang baru aja selesai gue baca ini. Dari segi cover… sorry to say, agak-agak kurang komersil. Semua cover bukunya Raditya Dika emang identik dengan aneh, tapi baru yang satu ini yang kalo menurut gue penampilannya terlihat ‘murah’. Tapi mestinya hal ini bukan masalah besar secara si pengarang ini udah punya nama yang cukup terkenal di Indonesia. Ditambah lagi promosi ala Raditya Dika yang gencar dia lakukan via Twitter-nya yang notabene, punya sangat banyak followers buat ukuran seorang penulis.
Kemudian dari segi isi buku… Masih ada beberapa jokes khas Raditya Dika yang to be honest, it’s not my personal taste. Gue bukan tipe orang yang akan tertawa saat membaca atau menonton komedi yang menjadikan kentut dan hal-hal jijik yang berbau aneh lainnya sebagai lelucon. Di buku ini, di bab pertamanya aja udah menampilkan kentut sebagai topik utama. Tapi karena sejak awal gue udah berniat mau bikin review, mau nggak mau harus gue baca semuanya sampai tuntas. I think it’s not fair if I judge a book without completely reading the whole of the pages.
Tapi, yaah, bukan Raditya Dika namanya kalo enggak berhasil bikin orang jadi ketawa. Gue enggak bisa berhenti nyengir waktu baca tulisan yang berjudul “Hal-hal yang Seharusnya Tidak Dipikirkan tapi Entah Kenapa Kepikiran”. Sempet pula ketawa ngakak waktu baca tulisan yang judulnya “Kasih Ibu Sepanjang Belanda”. Sisanya cukup menghibur, dan menyenangkan untuk dibaca sehingga tanpa disadari, satu buku itu sudah gue baca dalam sekejap saja.
Selain tulisan-tulisan lucu, ada pula beberapa tulisan yang menurut gue, sama sekali enggak lucu. Misalnya tulisan yang berjudul “Akibat Bertanya ke Orang Yang Salah Tentang Ujian” atau “Hal-hal Untuk Diingat Ketika Kencan Pertama.” Dua topik ini asli bikin gue bosen banget. Gue bukan tipe orang yang mempraktekkan tehnik membaca cepat, tapi buat dua tulisan tersebut itu, gue terpaksa membaca dengan cepat supaya bisa segera lanjut ke tulisan berikutnya.
Di buku ini ada pula tulisan yang sebenarnya pernah dimuat di Twitter-nya Raditya Dika. Gue inget banget, gue pernah ngerasa agak tersinggung sama tweet yang bertema penggalauan itu. Gue sempet mikir, “Nih orang ngerasa sebegitu oke-nya ya, sampe bisa nulis seperti itu?” However it was not a big deal karena faktanya, gue tetep aja beli buku ini persis di hari pertama sang buku beredar di pasaran. Dan meski ada kalanya Raditya Dika ini ‘kumat’ bikin tweet yang isinya menyebalkan, toh itu nggak berhasil bikin gue unfollow si penulis Kambing Jantan itu… Jadi sudahlah. Toh kayaknya, topik penggalauan itu justru salah satu tweet-nya dia yang paling terkenal.
Overall, gue menyimpulkan buku Manusia Setengah Salmon ini cukup menghibur lah yaa. Not the best of Raditya Dika siih. My favorite still goes to Marmut Merah Jambu. Tapiii, yaah, itu kan menurut pendapat pribadi gue. Beda orang kan beda selera. Ada orang yang bisa ketawa ngakak lihat adegan orang muntah di layar lebar, tapi ada pula yang merasa jijik seperi gue. Atau misalnya, gue yang hobi traveling pasti lebih menaruh minat sama tulisan di buku Manusia Setengah Salmon yang bercerita tentang pengalaman si penulis saat berada di luar negeri. Buat orang lain yang wawasan globalnya tidak seberapa, bisa jadi lelucon yang gue anggap lucu malah terlihat seperti kalimat biasa yang tidak ada lucu-lucunya. Tapi sekali lagi… bukan Raditya Dika namanya kalo ada orang yang sama sekali tidak tertawa saat membaca semua isi dalam satu buku yang dia tulis. It’s definitely a book for everyone. So just read and prove it guys.
New Year, New Hope
There was that one t-shirt I bought in Phuket for my ex-crush in almost 2 years ago. I never had the courage to give it to him but still hoped that someday I would have a chance to give this.
As the time goes by, the more I deny whether those past moments were real. Maybe I was wrong, I took him wrong, since the very first time. However… deep in my heart, I did still hope that someday God would give us another chance.
This morning, I saw that t-shirt on my ex-desk in my aunty’s house which I used to live until last year. That t-shirt was still on its plastic package. I looked at it and realized… there would be no more future for the two of us.
Then for a while I considered… What should I do with this t-shirt? I could give it to my brother but I don’t want to see this on anybody else. Or I could just throw this into the trash bin… but that would be a waste of money.
Before I went back to parents’ home, I took the t-shirt, took it out from the package, then I put it in my paper bag so that I could bring it home. Yes, I have decided to take this t-shirt as mine.
As soon as I arrived at home, I found that there was no clean t-shirt in my bedroom. I was too lazy to find something to wear outside the bedroom. Then I remembered with that Phuket t-shirt. I took this out from the paper bag and wore it for sleeping tonight. And you know what… It looks good on me, feels comfortable, and suddenly I thought, “Why should I wait so long just to wear this t-shirt?”
It might be only an unimportant story for all of you, but for me, it’s a true sign that I have given up my hope. It’s new year, and it’s time for me to search for another new hope. New year, new hopes, but I wish this time, it’s gonna be a hope which could come true. Amin 🙂
RiffaSancati.com 2011 in Review
Dear readers
Gue baru aja dapet blog summary gue selama tahun 2011 dari WordPress.com (host riffasancati.com). Click here to see the complete report.
Thank you for visiting my blog in 2011 yaa. Ditunggu kedatangannya kembali di tahun 2012 🙂 Have a great year!