Semalem, adek gue Yantri cerita soal betapa betenya dia kalo ada teman yang suka menjadikan gebetan/pacar masa lalu sebagai lelucon. Hal ini mengingatkan gue sama beberapa cowok di masa lalu gue, yang karena begitu banyak alasan, hubungan gue sama mereka berakhir kandas di tengah jalan. Atau lebih tepatnya, hubungan itu berakhir sebelum benar-benar sempat untuk dimulai.
Yang paling gue benci dengan pola hubungan seperti itu adalah sulitnya untuk gue benar-benar lepas dari bayang-bayang mereka. Entah kenapa dalam kisah-kisah masa lalu itu, orang-orang di sekitar selalu menganggap gue yang dulu lebih jatuh hati sama cowok-cowok itu, bukan sebaliknya. Dan herannya selalu ada saja orang yang mengira gue masih menyimpan harapan sama cowok-cowok itu! Padahal gue-nya sih udah move on, tapi justru orang-orang di sekitar gue itulah yang seolah belum beranjak dari masa lalu. Mungkin maksudnya cuma bercanda, tapi come on, apa enggak ada jokes lain yang lebih up to date?
Pernah dalam salah satu acara, katakanlah semacam reuni, gue asyik ngobrol sama salah satu cowok di masa lalu itu. Awalnya dia duluan yang memulai, dan gue pun terbawa suasana asyik ngobrol sama dia soal hidup kita masing-masing. Ketika suasana sedang sangat-sangat menyenangkan, ada seorang teman yang menyela… Dengan entengnya orang itu menggoda seolah gue ini masih naksir berat sama si masa lalu!
Kalau si masa lalu menanggapinya dengan santai, gue juga enggak akan sewot. Tapi yang cukup sering terjadi (bukan cuma sama satu masa lalu itu aja, ada juga beberapa yang lainnya), ekspresi wajah si masa lalu langsung berubah jadi tidak enak. Dari yang tadinya dia duluan yang mendekat untuk say hello lantas langsung berganti jaga jarak seolah gue ini virus menular yang mematikan. Ada pula yang sampai enggak mau diambil foto satu take bareng sama gue (padahal fotonya juga berame-rame, bukan foto berdua doang!) cuma gara-gara bete baru aja digodain sama teman-teman soal masa lalu gue dengan dia. Sebelnya lagi, yang ngambil foto belum bilang selesai, eeeh, dia-nya udah ngeloyor pergi duluan. Kan nggak sopan!
Kalau sudah begitu, dari yang tadinya hati senang langsung berubah jadi berang. Dari yang tadinya gue sempat berpikir akhirnya hubungan gue dengan si masa lalu bisa membaik sebagai teman berubah lagi menjadi pemikiran bahwa sampai kapanpun, keadaan tidak akan pernah kembali sama layaknya gue dan dia masih sama-sama murni berteman saja.
Akhirnya sekarang, saat ada acara yang sejenis, gue lebih memutuskan untuk menghindar. I prefer to avoid saying hello. Bukan masih menyimpan dendam atau yang semacamnya, gue cuma menghindari terulangnya rasa sakit hati yang selalu gue rasakan setiap kali ada teman yang usil melihat kedekatan gue dengan si masa lalu. Daripada muncul lagi komentar usil yang malah bikin dia seperti alergi sama gue, ya mendingan gue jaga jarak aja dong?
Gue tau hal ini berpotensi bikin gue kelihatan ketus, judes, tidak ramah dsb dsb. Tapi gue lebih memilih melindungi perasaan gue dengan cara seperti itu. If he doesn’t know how to keep my feeling then it’s me the only one who has to protect my own feeling from getting hurt. Memang sangat disayangkan, dari yang tadinya pernah dekat malah jadi seperti musuh bebuyutan. Tapi apa pula sebetulnya yang patut disayangkan kalau si masa lalu itu sendiri seolah tidak peduli bahwa sikap dingin yang dia tunjukan itu berpotensi bikin gue jadi sakit hati? Padahal sumpah deh… gue juga enggak selalu bisa ngerti apa sebab godaan usil seperti itu masih saja suka terlontar dari mulut teman-teman gue. So please don’t blame me for those jokes!
Ada kalanya gue ngerasa, andai dulu gue tahu akan seperti ini jadinya, maka gue akan lebih memilih untuk menahan perasaan gue saat itu. Enggak akan gue biarkan, atau gue berikan kesempatan untuk hubungan itu berkembang lebih dari sekedar teman. Karena gue akui, saat mereka melangkah pergi, gue bukan hanya kehilangan seseorang yang gue suka, tapi gue juga jadi ngerasa kehilangan seorang teman. Seorang teman yang biasa gue bagi rahasia-rahasia kecil gue, teman ngobrol mulai dari hal penting sampai nggak penting, teman yang selalu mengulurkan tangannya tanpa pernah gue minta…
Tapi ya sudahlah. Yang sudah berlalu biarkan saja berlalu. Untuk yang selanjutnya, gue akan belajar menahan perasaan gue sendiri. Gue nggak akan biarkan gue jatuh hati sama seseorang yang belum jelas apa maunya. Kehilangan teman selalu menjadi kenangan buruk yang sulit untuk dilupakan, dan gue tidak akan membiarkan hal yang sama terulang lagi di masa yang akan datang. Tidak akan pernah.