Dulu, gue pernah mengenal sepasang suami-isteri yang terlihat sangat serasi, harmonis, dan romantis. Tipe pasangan yang membuat siapapun akan merasa iri hanya dengan melihat kebersamaan mereka. Suami yang sukses dengan perusahaannya sendiri, istri yang cantik dan berpenampilan menarik, anak-anak yang sangat lucu dan menggemaskan… Si suami juga terlihat sangat menyayangi anak-anaknya. Terlepas dari sikapnya yang relatif cool dan cowok banget, saat sudah berhadapan dengan si anak, dia akan langsung menghujani anaknya itu dengan ciuman dan pelukan. Gue hanya pernah mengenal pasangan ini sebentar, tapi gue langsung merasa tersentuh. Benar-benar tipe rumah tangga yang sangat ideal.
Seiring berlalunya waktu, tiba-tiba gue mendengar kabar yang sangat mengejutkan: pasangan ini sudah berada di ambang perceraian! Kemudian ceritanya, saat ini mereka sedang berusaha untuk rujuk meski belum kembali tinggal dalam satu atap yang sama.
Terus terang gue heran… kenapa si istri sampai mengajukan gugatan cerai? Si suami kelihatan cinta banget kok, sama istrinya itu… Dia juga kelihatan seperti ayah yang baik. Dan kalau menurut feeling gue, dia juga bukan tipe suami atau ayah yang suka memukuli anak-istrinya. Apalagi dengan segala kekayaan yang dimiliki sang suami… sangat tidak mungkin kurangnya materi menjadi pemicu keretakan rumah tangga. Jadi kenapa si istri sampai meminta cerai?
Beberapa bulan kemudian, gue kembali mendengar kabar mengejutkan soal sang suami. Kabarnya, dia baru saja membujuk seorang teman perempuan yang sedang berkujung ke Jakarta untuk minum di klub malam. Sepulang dugem, si cowok dengan baik hatinya mengantar teman gue itu kembali ke hotelnya. Bukan cuma mengantar sampai depan lobi, melainkan terus mengantar sampai depan kamar. Kemudian gilanya, si cowok ini bilang dia kepingin nginep di kamar hotel teman cewek gue itu!
Untunglah temen cewek gue ini masih cukup sadar untuk bilang tidak. Tapi memang dasar buaya darat… Setelah ditolak mentah-mentah, dia malah nekad pesan kamar di sebelah cewek itu! Tidak lama kemudian, dia mulai mengetuk pintu kamar si cewek, berkali-kali, memohon-mohon supaya diperbolehkan masuk oleh teman gue itu.
Semalaman, si cewek jadi merasa ketakutan. Esok paginya, tanpa berpikir panjang lagi, dia langsung mengambil penerbangan pertama untuk pulang ke daerah asalnya…
Akhirnya gue pun tahu dengan sendirinya, alasan kenapa sang istri menuntut cerai suami yang seolah tampak sempurna itu.
Mendengar semua itu, membuat gue kembali berpikir tentang sebuah dunia yang tidak pernah bisa gue mengerti. Dunia di mana orang-orangnya membiarkan minuman keras, atau bahkan pil-pil ekstasi, mengambil alih alam sadar mereka, di mana one night stand sudah menjadi satu hal yang biasa, yang bahkan di mana membayar perempuan sewaan pun sudah bukan lagi menjadi hal yang luar biasa.
Apa sebetulnya yang membuat mereka, orang-orang dari dunia itu, sulit sekali melepaskan diri dari hal-hal yang lebih banyak merugikan daripada menguntungkan diri mereka itu?
Misalnya pasangan yang gue ceritakan di atas. Kenapa begitu sulit buat sang suami meninggalkan kebiasaan buruk yang jelas-jelas telah mengancam kelangsungan rumah tangganya? Bagaimana bisa dia rela menukar istrinya yang cantik dan anak-anak yang dicintainya dengan kesenangan satu malam seperti itu? Kalau memang semua itu hanya pelarian atas ketidakbahagiaan dengan rumah tangganya, lalu kenapa dia masih berusaha rujuk dengan istrinya? Dan anehnya lagi, kalau memang ingin rujuk, kenapa masih belum mengubah kebiasaan jeleknya?
Gue di sini tidak ingin bersikap menghakimi… Sekali lagi gue hanya ingin mempertanyakan, siapa tahu lewat blog ini gue mendapatkan jawaban, hal apa yang membuat mereka sangat sulit lepas dari godaan dunia yang nyaris tidak ada gunanya itu? Karena enggak usah lah bawa-bawa soal dosa, agama, dan api neraka segala macam. Asalkan mau berpikir jernih, mestinya semua orang bisa melihat dengan sendirinya bahwa segala kenikmatan itu hanyalah kenikmatan yang menjerumuskan. Hanya kenikmatan sesaat, yang akan menghilang seiring berlalunya malam.
Gue pernah punya seorang teman yang bilang… dia merasa bahagia dengan dunianya yang seperti itu. Kebahagiaan yang tidak bisa gue mengerti, yang juga sangat gue ragukan kebenarannya, terutama karena gue mengenal orang ini dengan sangat baik. Teman gue itu pastilah tidak tahu bahwa di luar sana, masih ada banyak berbagai jenis kebahagiaan yang lebih menentramkan. Di luar sana, ada orang-orang yang berbahagia dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang berbahagia dengan pekerjaannya, agamanya, atau dengan persahabatan dan keluarga yang dimilikinya. Dan sebetulnya, kebahagiaan seperti itulah yang sifatnya lebih kekal dan murni. Karena kebahagiaan yang sejati, adalah kebahagiaan yang tidak merugikan diri.
Terkadang kita sulit membedakan antara kesenangan dengan kebahagiaan. Jadi meskipun masih tidak mengerti, bolehlah gue menyimpulkan… orang-orang itu memang bersenang-senang, tetapi soal bahagia, gue yakin itu belum tentu. Jadi marilah kita lihat kembali… apakah yang selama ini kita sebut sebagai kesenangan, merupakan suatu kebahagiaan.
mungkin mereka itu orang-orang yang tidak punya hobi. yang tidak tahu apa yang mereka ingin di dunia ini. saya pribadi punya hobi, seperti nonton film. I love watching movies. I want to go outside someday. like you. go to paris, milan, everywhere around europe. cause everybody needs a hobby. even if I can’t go to see the world outside, I still can do it. with what? with my hobby, go to cinema :). saya mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di jakarta. sebentar lagi saya magang di KAP, saya ingin jadi seperti kaka. menjadi seorang auditor. kagum dengan kaka setelah saya baca tulisan-tulisan ini.
Hello LF… Wow, I’m flattered, thanks 🙂
Good luck untuk perjalanan karier-nya ya. Work hard, work smart, and never stop learning so that you could fulfill your dream to see the world. Dan pastinya, keep on the right track and never give up to be a person with principle.
umm btw saya Insya Allah tahun ini lulus (cuma) D3 akuntansi. kira-kira pekerjaan yang cocok untuk saya nanti, apa ya ka? soalnya saya ingin kerja langsung nyambi kuliah S1. which is 3 more years 😥 saya mau jadi junior auditor, tapi nampaknya saya belum bisa ya ka? karena saya cuma lulusan d3 dan juga mungkin pekerjaannya tidak bisa di sambi kuliah. apa saya harus kerja di perusahaan dulu atau langsung coba lamar di KAP?, saya baca di JAK (jurnalakuntansikeuangan.com) katanya prospek kerja di bidang finance (ADIRA, FIF, BAF) juga bagus ka bahkan lulusan d3 yang kerja sebagai credit analyst di perusahaan2 finance tsb. mohon pencerahannya ka, saya ingin membahagiakan orang2 yang saya cintai, saya ingin mereka bangga dengan apa yang saya perjuangkan. thanks before 🙂
Untuk KAP Big 4 memang tidak bisa jika hanya D3, but Big 4 can wait! Fokus saja dulu dengan gelar S1 kamu… Untuk pekerjaan pertama, sulit tahu cocok atau enggaknya kalau belum dicoba. Dulu saya kira saya pengen jadi Partner di KAP, tapi ternyata… baru kerja seminggu jadi auditor, saya udah bosan, hehehehe. Yang penting, apapun pekerjaannya, berapapun gaji pertamanya, lakukan dengan sepenuh hati. Work smart, work hard, exceed people’s expectation, never stop learning… Jika sudah mampu bekerja seperti itu, maka saya percaya, kerja di manapun, sukses akan datang dengan sendirinya. Good luck yaa!
Terimakasih banyak ka atas pencerahannya, yup big 4 can wait. just a little bit patience. pesan saya jangan pernah berhenti menulis ya ka, terus berbagi pengalaman hidup dengan orang2 seperti saya ini hehe. banyak2 nonton film bagus ya ka, bisa dilihat daftarnya di IMDb top 250, banyak banget pelajaran hidup yang bisa diambil 🙂
You’re welcome 🙂 Dan thanks for you too buat sarannya.