Waktu gue baru aja beli buku ke enamnya Raditya Dika ini, adek gue bertanya, “Ini buku apa sih? Novel?”
Pertanyaan yang sulit… Kalo ada orang yang nanya hal serupa untuk buku ke limanya Raditya Dika yang berjudul Marmut Merah Jambu itu, gue bisa jawab, “Kumpulan kisah cintanya si Raditya Dika.” Tapi kalo buat buku Manusia Setengah Salmon iniii, gue juga bingung mau kasih jawaban apa.
Hal ini ngingetin gue sama percakapan antara dua orang teman sekantor gue yang dulu. Salah satunya bertanya, “Blog-nya si Ipeh isinya apa?”
Temen gue yang satunya lagi, yang gue tau emang lumayan sering baca isi blog gue ini menjawab, “Hmmm… macem-macem.”
Jadi… itu pula jawaban yang gue berikan untuk adek gue soal buku terbarunya Raditya Dika, “Ya macem-macem. Mirip-mirip isi blog gitu lah.”
Nah, sekarang gue mau nge-review isi buku yang baru aja selesai gue baca ini. Dari segi cover… sorry to say, agak-agak kurang komersil. Semua cover bukunya Raditya Dika emang identik dengan aneh, tapi baru yang satu ini yang kalo menurut gue penampilannya terlihat ‘murah’. Tapi mestinya hal ini bukan masalah besar secara si pengarang ini udah punya nama yang cukup terkenal di Indonesia. Ditambah lagi promosi ala Raditya Dika yang gencar dia lakukan via Twitter-nya yang notabene, punya sangat banyak followers buat ukuran seorang penulis.
Kemudian dari segi isi buku… Masih ada beberapa jokes khas Raditya Dika yang to be honest, it’s not my personal taste. Gue bukan tipe orang yang akan tertawa saat membaca atau menonton komedi yang menjadikan kentut dan hal-hal jijik yang berbau aneh lainnya sebagai lelucon. Di buku ini, di bab pertamanya aja udah menampilkan kentut sebagai topik utama. Tapi karena sejak awal gue udah berniat mau bikin review, mau nggak mau harus gue baca semuanya sampai tuntas. I think it’s not fair if I judge a book without completely reading the whole of the pages.
Tapi, yaah, bukan Raditya Dika namanya kalo enggak berhasil bikin orang jadi ketawa. Gue enggak bisa berhenti nyengir waktu baca tulisan yang berjudul “Hal-hal yang Seharusnya Tidak Dipikirkan tapi Entah Kenapa Kepikiran”. Sempet pula ketawa ngakak waktu baca tulisan yang judulnya “Kasih Ibu Sepanjang Belanda”. Sisanya cukup menghibur, dan menyenangkan untuk dibaca sehingga tanpa disadari, satu buku itu sudah gue baca dalam sekejap saja.
Selain tulisan-tulisan lucu, ada pula beberapa tulisan yang menurut gue, sama sekali enggak lucu. Misalnya tulisan yang berjudul “Akibat Bertanya ke Orang Yang Salah Tentang Ujian” atau “Hal-hal Untuk Diingat Ketika Kencan Pertama.” Dua topik ini asli bikin gue bosen banget. Gue bukan tipe orang yang mempraktekkan tehnik membaca cepat, tapi buat dua tulisan tersebut itu, gue terpaksa membaca dengan cepat supaya bisa segera lanjut ke tulisan berikutnya.
Di buku ini ada pula tulisan yang sebenarnya pernah dimuat di Twitter-nya Raditya Dika. Gue inget banget, gue pernah ngerasa agak tersinggung sama tweet yang bertema penggalauan itu. Gue sempet mikir, “Nih orang ngerasa sebegitu oke-nya ya, sampe bisa nulis seperti itu?” However it was not a big deal karena faktanya, gue tetep aja beli buku ini persis di hari pertama sang buku beredar di pasaran. Dan meski ada kalanya Raditya Dika ini ‘kumat’ bikin tweet yang isinya menyebalkan, toh itu nggak berhasil bikin gue unfollow si penulis Kambing Jantan itu… Jadi sudahlah. Toh kayaknya, topik penggalauan itu justru salah satu tweet-nya dia yang paling terkenal.
Overall, gue menyimpulkan buku Manusia Setengah Salmon ini cukup menghibur lah yaa. Not the best of Raditya Dika siih. My favorite still goes to Marmut Merah Jambu. Tapiii, yaah, itu kan menurut pendapat pribadi gue. Beda orang kan beda selera. Ada orang yang bisa ketawa ngakak lihat adegan orang muntah di layar lebar, tapi ada pula yang merasa jijik seperi gue. Atau misalnya, gue yang hobi traveling pasti lebih menaruh minat sama tulisan di buku Manusia Setengah Salmon yang bercerita tentang pengalaman si penulis saat berada di luar negeri. Buat orang lain yang wawasan globalnya tidak seberapa, bisa jadi lelucon yang gue anggap lucu malah terlihat seperti kalimat biasa yang tidak ada lucu-lucunya. Tapi sekali lagi… bukan Raditya Dika namanya kalo ada orang yang sama sekali tidak tertawa saat membaca semua isi dalam satu buku yang dia tulis. It’s definitely a book for everyone. So just read and prove it guys.