Dengarkan Nasehat yang Baik, Meskipun Datangnya dari Anak Kecil Sekalipun

Dulu banget, gue pernah mengeluh ke bokap tentang guru yang sok menasehati gue padahal dia sendiri pun sangat terkenal dengan perilaku buruknya. Waktu itu, bokap gue malah bilang begini, “Enggak usah dilihat siapa yang memberi nasehat, yang penting dilihat isi nasehatnya. Nasehat yang baik harus diterima meskipun nasehat itu datang dari anak kecil sekalipun.”

Dan ternyata, nasehat bokap itu datangnya dari kisah salah satu Imam di jaman Rasulullah dulu. Sudah belasan tahun berlalu, dan baru akhir-akhir ini gue melihat kebenaran dari nasehat bokap gue itu. Kenapa baru sekarang? Awalnya karena baru sekarang gue menyadari… bahwa gue sendiri pun, sesekali masih suka menasehati orang lain sesuatu yang gue sendiri belum bisa lakukan dengan baik dan benar. Gue juga masih jauh dari sempurna, tapi gue tetap suka menasehati ini-itu.

Kadang, gue melakukannya sebagai bagian dari pekerjaan. Sudah kewajiban gue sebagai atasan untuk memberikan feedback kepada tim gue, bahkan terkadang, kepada atasan-atasan gue sendiri. Tujuannya apa lagi jika bukan untuk bersama-sama meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perusahaan!

Di lain waktu, gue melakukannya dengan niat untuk membantu. Kadang, gue menasehati berdasarkan pengalaman pribadi; sesuatu yang pernah berhasil gue lakukan dengan baik. Tapi kadang, saat gue menasehati orang lain, di saat yang sama, gue juga sedang menasehati diri gue sendiri. Gue tahu apa yang gue harus lakukan (yang juga relevan untuk lawan bicara gue), hanya saja karena beberapa hal, gue sendiri masih belum mampu melakukannya.

Yang terakhir, bisa jadi gue tidak menyadari bahwa gue sendiri juga pernah melakukan hal-hal buruk yang gue sebutkan dalam nasehat gue itu. Gue kan hanya manusia biasa, bisa khilaf, bisa lupa, sangat jauh dari yang namanya kesempurnaan… Dan kalau gue ingin dimaklumi, maka gue juga harus belajar memaklumi!

Kemudian suatu waktu, gue melihat beberapa orang kenalan dalam waktu yang hampir bersamaan, yang sebetulnya punya potensi luar biasa dalam diri mereka. Gue tahu banget mereka bisa menjadi lebih dari apa yang mereka inginkan. Hanya saja sayangnya, setiap kali diberikan nasehat baik, mereka lebih memilih untuk merasa diserang. Disudutkan. Dihina. Dan lain sebagainya. Sebagai bentuk perlindungan, mereka malah mengembalikan nasehat itu kepada si pemberi nasehat. Orang-orang yang berniat menolong malah dibilang munafik hanya karena mereka memberikan nasehat di saat diri mereka sendiri masih punya banyak kekurangan.

Sejak itulah gue semakin meyakini… Jika kita menunggu manusia yang sempurna hanya untuk menerima nasehat mereka, maka sampai kapanpun, tidak akan pernah ada nasehat baik yang akan pernah masuk ke telinga kita ini. Kenapa demikian? Karena kenyataanya, orang yang sempurna itu tidak pernah ada!

Gue mengerti betapa menyebalkannya mendengar nasehat dari seseorang yang di mata gue benar-benar “enggak banget”. Tapi setelah dipikir-pikir lagi… jika gue menolak mendengar sesuatu yang baik untuk gue, maka gue sendiri juga yang akan paling dirugikan dan bukan mereka yang mencoba memberikan nasehat! Perbaikan diri kita adalah urusan kita, tanggung jawab kita, sedangkan perbaikan orang lain yang hanya sibuk menasehati orang lain tanpa memberbaiki dirinya sendiri itu murni urusan mereka, bukan urusan kita. Jadi kenapa tidak kita coba cerna demi kebaikan diri kita sendiri?

Memang benar, tidak semua nasehat itu harus kita dengarkan. Tidak semua nasehat itu benar. Sesuatu yang baik untuk orang lain, belum tentu baik untuk diri kita ini. TAPI, jika kita tidak coba untuk mendengar dulu, maka dari mana kita bisa tahu baik tidaknya nasehat mereka itu?

Ada kalanya, orang lain yang berada dalam posisi netral memang betul bisa melihat permasalahan kita secara lebih jelas dan bijaksana. Jadi, didengar dan dicerna tidak akan pernah ada ruginya! Bagaimanapun, masukan dari orang lain tetap salah satu dasar untuk instropeksi yang paling berharga. Dan jika kita ingin berpikiran positif, masih ada yang menasehati itu artinya masih ada orang yang peduli pada hidup kita ini!

Hidup manusia sudah pasti terlalu pendek untuk bisa mencapai kesempurnaan. Jangan pernah merasa diri kita sudah cukup dewasa untuk merasa serba sempurna. Dan kenyataannya, orang yang paling merasa serba sempurna, yang selalu merasa paling benar, adalah orang yang paling lambat perkembangan jalan hidupnya. Mendengarkan nasehat baik bisa jadi awal yang baik untuk hidup yang lebih baik. Jadi dengarkanlah, meskipun nasehat itu datangnya dari anak kecil, dari orang yang paling menyebalkan, atau dari orang yang tidak lebih baik daripada diri kita sendiri.

We only live once, let’s just make the very best of it! Let’s be the very best that we can be! Remember what I’d always love to say; we can’t be perfect, but we definitely can be awesome, hehehehe.

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s