Supir Blue Bird Pagi Ini

Ceritanya hari ini, gue pesan taksi untuk berangkat ke apartemen gue untuk serah terima unit (akhirnya, setelah bertahun-tahun lamanya, apartemen gue itu selesai juga!). Kebetulan pagi ini, gue diantar bapak supir taksi yang terlihat sangat dalam pemahaman agama Islam-nya. Ngobrol panjang lebar, si bapak supir bilang begini sama gue, “Saya salut… jarang ada orang kaya yang sifatnya santun kayak Mbak.”

Gue terdiam. Gue? Santun?

Well, pada dasarnya gue tipe orang yang menjunjung tinggi sopan santun. No bad languages, tidak pernah menghina orang lain dengan julukan-julukan yang merendahkan, tidak pernah marah-marah sampai banting barang dan sebagainya… Tapi… benarkah gue tipe orang yang santun dalam artian selalu bisa bersikap sopan, ramah, dan baik hati sepanjang waktu?

Jika lawan bicara gue menyenangkan, mood sedang bagus, tidak banyak tekanan, hidup sedang indah-indahnya… tentu mudah untuk bersikap santun. Tapi tunggu saat gue sedang ditempa banyak cobaan, stres dan tertekan karena pekerjaan, ditambah lagi jika dihadapi pada lawan bicara yang terasa menyebalkan! Masihkah bisa gue bersikap santun?

Baru-baru ini gue menyadari betapa benar bahwa kata-kata itu bisa lebih ‘tajam’ daripada pedang. Betapa emosi yang tidak terkendali benar-benar bisa melukai perasaan orang lain. Melukai dan bisa jadi, tidak akan pernah benar-benar bisa pulih sepenuhnya. Dan ironisnya, gue baru menyadari hal tersebut justru setelah gue mengalaminya sendiri. Saking sakit hatinya, gue malah bertanya-tanya sama diri gue sendiri, “Have I ever done the same thing to someone else?”

Sepanjang perjalanan, gue sangat-sangat menikmati percakapan gue dengan bapak supir ini. Percakapan yang seolah mengingatkan diri gue untuk terus berusaha menjadi a good person. Percakapan yang juga membuat gue berpikir keras, “Is there anything I can do to undo the pain I’ve put people through?”

Gue enggak bilang gue akan bisa berubah dalam sekejap mata. Usaha untuk bisa mengendalikan emosi itu udah seperti proyek abadi buat gue. Berkali-kali gue coba, berkali-kali gue gagal lagi dan lagi. Tetap ada saja salah-salah kata yang terucap dari mulut gue di saat gue sedang marah. Padahal sebetulnya, niat gue baik, hanya pemilihan kata dan intonasi yang banyak dipengaruhi oleh emosi gue itu.

Being a good person is not as easy as posting a good quote. It’s not as easy as writing this blog either. It takes quite an effort, and it may take us a lifetime to keep fighting for just being a good person. However somehow, just having the idea that I wanted to try harder already made me feel a lot better about myself. Suddenly, I knew, I just knew, I could still do better than I already did. 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s