Terkadang, Orang-orang Tertentu Hanya Tepat Untuk Waktunya Masing-masing Saja

Beberapa minggu yang lalu, ada kenalan yang berprofesi sebagai psikolog bilang begini sama gue, “Coba kamu datangi kembali orang-orang yang pernah kamu tinggalkan, lalu minta honest feedback. Untuk bisa survive di relationships selanjutnya, kita harus bisa belajar dari relationships sebelumnya.”

Berawal dari situ, ceritanya gue menghubungi kembali dua sahabat lama yang dulu rasa-rasanya sudah seperti saudara gue sendiri. Ngobrol panjang-lebar, saling update kabar kehidupan masing-masing, dan alhamdulillah, persahabatan yang sempat kandas itu mulai perlahan terjalin kembali.

Dari situ gue belajar bahwa gue tidak boleh terlalu mudah memutuskan hubungan baik hanya karena keadaan tidak lagi selalu menyenangkan, karena kenyataannya, memang tidak akan pernah ada relationships yang selalu menyenangkan sepanjang waktu. Kalau gue terbiasa walking away di saat situasi sedang sulit-sulitnya, maka lama kelamaan, tidak akan ada lagi orang yang tersisa dalam hidup gue ini.

Di saat yang nyaris bersamaan, ironisnya, hubungan gue dengan dua orang teman terbaik gue beberapa tahun belakangan ini justru mulai merenggang. Tidak sampai benar-benar putus kontak atau berhenti saling menyapa, tapi karena beberapa alasan, keadaan sudah tidak bisa kembali sama seperti sebelumnya. Semakin gue berusaha memperbaiki keadaan, justru semakin memperburuk keadaan di antara gue dengan mereka. Lalu entah kenapa, meskipun sebetulnya gue luar biasa sedih dengan keadaan ini, tetap saja berusaha kembali berbaikan seperti sedia kala rasa-rasanya malah seperti memaksakan keadaan. Gue justru merasa lebih lega dengan keadaan di mana gue bisa ‘terbebas’ dari mereka setidaknya untuk beberapa saat ini.

Apakah itu artinya gue kembali memutuskan untuk back-off? Bisa jadi. Hanya saja bedanya kali ini, gue sudah pernah berusaha untuk memperbaiki keadaan. Gue sudah coba mengutarakan isi hati gue dengan harapan friendships gue dengan mereka bisa kembali seperti sebelumnya. Gue sudah coba, tapi tidak berhasil. Haruskah gue berusaha lebih keras lagi? Rasanya percuma, karena bagaimanapun, keadaan tidak akan pernah membaik jika hanya gue saja yang berusaha untuk memperbaikinya.

Pada akhirnya gue sadar… tidak semua orang akan tepat untuk gue pada setiap waktu sampai dengan selama-lamanya… Bisa jadi, mereka hanya tepat pada waktu-waktu tertentu saja. Begitu pula sebaliknya, gue juga hanya tepat untuk mereka pada waktu-waktu tertentu saja.

Terkadang, kita perlu waktu untuk bisa menerima kekurangan orang lain. Atau bisa jadi, kita juga perlu waktu untuk menyadari kesalahan yang pernah kita perbuat. Itulah sebabnya, tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti, kita akan menyadari bahwa kita sudah pernah memiliki yang terbaik saat di kemudian hari kita justru berhadapan dengan orang-orang yang jauh lebih buruk dari orang-orang yang pernah kita tinggalkan itu.

Lalu terkadang, ada pula orang yang perlu waktu hanya untuk bisa menerima kita dengan segala kelebihan dan pencapaian dalam hidup kita ini. Tidak semua orang memiliki kebesaran hati  untuk menerima hal tersebut, dan bagaimanapun, jika keberhasilan kita justru membuat mereka merasa tidak nyaman untuk menyaksikannya, maka tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membuat mereka menerima kita dengan tangan terbuka.

Lantas bagaimana dengan teori jika gue masih saja membiarkan orang-orang pergi dari hidup gue, lama-lama gue hanya akan tersisa sendiri saja?

Well, memang di situ tantangannya! Yang penting, gue sudah berusaha, dan gue akan terus berusaha, sampai gue menemukan orang-orang yang juga bersedia untuk mempertahankan gue sepanjang hidup mereka.

Gue tidak akan selamanya 100% menyenangkan untuk mereka. Gue punya banyak sifat jelek. Gue punya keterbatasan. Gue punya naik-turun kehidupan yang mungkin membuat gue jadi terlihat sangat-sangat menyebalkan. Dengan demikian adanya, gue hanya perlu orang-orang yang tidak lantas pergi meski di saat-saat terburuk dalam hidup gue.

Begitu pula sebaliknya. Semakin gue mengenal seseorang, semakin banyak pula sisi jelek mereka yang akan gue temukan dengan mata kepala gue sendiri. Akan selalu ada saja hal-hal baru yang membuat gue merasa tersakiti. Jika sudah demikian, gue hanya perlu memilih… mana orang-orang yang sepenuhnya bukan ‘my person’, mana orang-orang yang sangat harus gue pertahankan, serta mana orang-orang yang mungkin, harus gue lepaskan untuk sesaat atau bisa jadi, harus gue ikhlaskan untuk selama-lamanya…

Menyadari fakta pahit bahwa tidak semua orang akan selalu ada untuk selamanya justru membantu gue untuk lebih menghargai hari-hari yang gue lewati. Hal-hal kecil saja, gue nikmati, gue syukuri, dan gue anggap sudah cukup untuk membuat gue merasa bahagia. Prinsip gue sekarang, “Love it when I have it, and let it go, if my very best is just never good enough for them.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s