Berawal dari baca satu tulisan di blog lain, gue jadi gemas sendiri. Penulis blog itu rupanya benci sekali kalau diminta oleh-oleh. Personal preference, memang. Sifatnya memang tidak wajib untuk membelikan oleh-oleh. Tapi maksud gue, perlu sampai sebegitu lebaynya nggak sih? Bisa jadi, orang ngomong begitu (baca: minta oleh-oleh) hanya sekedar reaksi spontan saja lho. Andai gue ini temannya si penulis blog, gue pasti jadi sangat-sangat tersinggung baca tulisan dia itu. Gue pribadi betul-betul tidak ada niat jelek kalau sesekali kelepasan minta oleh-oleh. Tapi kok kesannya kayak dosa besar banget gitu.
Kemudian sampai lah gue pada judul tulisan di blog gue sendiri… Memang apa salahnya sih, membelikan oleh-oleh? Bukannya gue mau riya atau pamer sih yaa, tapi gue sendiri malah tipe orang yang senang menanyakan, “Mau dibawain oleh-oleh apa?”
Setiap kali gue hendak pergi jalan-jalan, gue selalu mengajukan pertanyaan itu ke teman-teman dan keluarga dekat gue.
Kenapa demikian?
Bukan karena kebanyakan uang (gue udah mulai melakukan hal itu sejak masih pergi traveling dengan uang pas-pasan), bukan pula gue kurang kerjaan (jadwal selama traveling sudah pasti luar biasa padatnya!), tapi karena gue senang membuat orang lain senang.
Waktu kecil dulu, gue paling senang saat dibelikan oleh-oleh, terutama kalau dari luar negeri. Meski hanya barang gratisan, meski hanya sebuah gantungan kunci, gue bangga banget pake oleh-oleh itu tiap kali ada kesempatan.
Norak? Memang. Semua orang pastilah pernah melewati masa-masa norak seperti itu, bentuknya saja yang berbeda-beda. Terlebih lagi, gue memang baru pertama kali pergi ke luar negeri sejak gue mulai punya uang sendiri. Mungkin itu sebabnya, dulu gue jadi norak pakai barang-barang yang dibelikan orang lain dari luar negeri.
Dan tahukah kamu? Barang-barang gratisan itu pula yang kemudian memotivasi gue, “Suatu hari, gue harus bisa pergi ke sana!”
Gue masih ingat betul kegembiraan yang gue rasakan tiap kali menerima oleh-oleh dari teman dan saudara. Kemudian sekarang, saat Tuhan memberikan rejeki yang cukup untuk gue pergi melihat dunia, gantian gue ingin memberikan kebahagiaan yang sama untuk orang lain. Gue harap, mereka juga merasakan kegembiraan yang dulu pernah gue rasakan saat berada di posisi sebaliknya.
Give as much as you can, and you’ll be surprised how life will give it back to you as the returns.