Why Should People Lie?

Dari segala jenis dosa yang sering kita pelajari sejak kecil hingga dewasa, entah kenapa, ada satu dosa yang seolah sudah tidak lagi dianggap berdosa oleh manusia pada umumnya. Dosa apa? Dosa karena berbohong.

Di bulan puasa ini misalnya. Memang banyak yang jadi mengurangi hura-hura, mencoba lebih sabar, dsb dsb. Tapi anehnya tetap saja, mulut masih dengan mudah membesar-besarkan cerita. Atau memutarbalikkan fakta. Atau yang paling buruk, mengarang cerita yang sebetulnya tidak pernah ada.

Kemudian gue juga kenal beberapa orang yang sangat taat beragama. Sangat takut berbuat dosa. Tapi giliran sedang terjepit, kebohongan pun bisa dengan mudah terucap dari mulutnya. Sepertinya, mereka lebih berani menanggung dosa sebagai akibat dari kebohongannya ketimbang menanggung konsekuensi dari kesalahan yang dia perbuat sebelumnya.

Ada pula beberapa orang yang selalu berusaha bersikap mulia. Selalu ingin berpikiran positif, anti membicarakan keburukan orang lain, tapi lagi-lagi, giliran sedang terjepit, mereka tidak sungkan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Bersikap defensive dengan menempatkan dirinya sebagai ‘korban’ sehingga orang lain yang tidak bersalah akan terlihat sebagai ‘penjahatnya’.

Yang terakhir, sebagian besar dari kita sudah pernah melakukan ini, termasuk diri gue sendiri, dengan mengatasnamakan kebaikan di atas kebohongan tersebut. Satu jenis kebohongan yang dikenal dengan istilah ‘white lies’. Memang benar ada hadits-nya Nabi Muhammad tetap mengatakan bahwa masakan istrinya terasa enak meski tidak demikian keadaannya, tapi benarkah semua white lies kita masih berada dalam koridor kemuliaan hati seorang manusia?

Kenyataannya seringkali, white lies kita lakukan untuk menutupi kesalahan yang kita perbuat. Alasannya: supaya dia tidak marah atau demi menjaga hubungan baik. Ada pula orang yang suka melontarkan white lies dengan alasan: people won’t be able to handle the truth. Padahal sebetulnya, mereka hanya takut terlihat buruk. Jika sudah demikian, masihkan white lies itu bersifat ‘wajib’ untuk dilakukan?

Berbohong adalah berbohong. Jarang sekali benar ada alasan baik untuk berbohong. Kenyataannya, menutupi satu kebohongan dengan kebohongan lain hanya akan memperburuk keadaan. Sekali, dua kali, lama-lama akan jadi kebiasaan. Sehingga sekali lagi, pada akhirnya, kita seolah lupa, bahwa berbohong juga perbuatan dosa.

Bagi teman-teman yang sesama muslim, mari kita jaga kesucian bulan Ramadhan dengan menjunjung tinggi makna kejujuran. Jangan hanya di bulan suci ini saja! Mari jadikan kejujuran sebagai kebiasaan.

Mengaku salah jika memang salah. Man up and be responsible for the damage you’ve done!

Tahan diri dari hal-hal yang hanya akan membuat kita merasa malu, sehingga nantinya, kita tidak perlu berbohong untuk menutupinya.

Sampaikan berita sesuai dengan kenyataan yang kita dengar sebelumnya. Jangan ditambah-tambah dan jangan mengubah asumsi menjadi fakta!

Hal yang sama berlaku juga di dunia kerja… Jangan sampai kerasnya politik kantor mengubah kita jadi si tukang bohong. Berpolitik boleh saja, tapi tetap harus ada batasnya! Gue tahu yang ini memang susah banget, dan kadang ini juga masih jadi PR untuk diri gue sendiri, tapi bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan!

Kemudian yang tidak kalah pentingnya, buat apa sih, kita suka mengarang ceirta yang tidak pernah ada? Apa tidak malu jika kelak kita tertangkap basah sudah lupa dengan cerita karangan kita itu?

Lakukanlah hal-hal yang bermanfaat, buatlah diri kita ini bangga dengan diri sendiri, sehingga kita tidak perlu repot-repot mengarang cerita hanya supaya terlihat hebat di mata orang lain. Saat kita sudah punya hidup yang luar biasa, kita akan dengan sendirinya punya segudang hal menyenangkan untuk diceritakan!

Lain kali, saat hendak berbohong, ingat prinsip dasar yang satu ini: butuh waktu lama untuk mendapatkan kepercayaan orang lain, tapi hanya butuh sekejap mata untuk kehilangan kepercayaan itu.

Orang yang sudah dicap ‘tukang bohong’ akan tetap dianggap berbohong meskipun dia sedang mengatakan yang sebenarnya. Tukang bohong akan sulit mendapatkan tempat entah itu di pertemanan atau juga lingkungan pekerjaan. Rumah tangga juga akan sulit sekali menjadi harmonis jika salah satunya suka sekali melakukan kebohongan.

Mari kita mulai berkata jujur, bersikap jujur, dimulai dari hal-hal yang sekecil-kecilnya. Dan percaya deh, mengakui kesalahan itu tidak seseram yang kita kira. Mengakui kesalahan justru akan menyelesaikan masalah kita dalam waktu yang jauh lebih singkat! Dan hati juga akan langsung lega.

Let’s use this Ramadhan opportunity to start fresh. Let’s start with a blank page and never fill in the new pages with new lies. Why should we lie if we have a truth to be told? Let’s be honest and be proud of it!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s