Bersahabat dengan Rekan Kerja? Kenapa tidak?

Beberapa waktu yang lalu, seorang sahabat pernah cerita tentang teman-teman lamanya. Dia bilang, “Dulu sih akrab, tapi setelah lulus atau setelah pindah kerja, komunikasi jadi putus.”

Gue lalu berpikir, dan teringat dengan diri gue sendiri. Gue juga pernah mengalami hal yang sama. Makin ke sini, jumlah sahabat dari bangku sekolah malah makin sedikit. Padahal dulu akrab banget, temen curhat, temen hang out, temen haha-hihi dan bergosip ria… tapi sekarang, jangankan bagaimana kabar mereka… mereka kerja di mana, punya pacar namanya siapa, atau sekarang tinggal di mana pun gue udah nggak tau lagi.

Lalu gue juga jadi teringat… setelah bekerja pun hal yang sama kembali terulang. Misalnya sekarang, gue punya sahabat baru di kantor baru yang belum sampai 3 tahun berteman dengan gue. Meski belum sampai 3 tahun, pertemanan gue dengan dia justru lebih erat ketimbang hubungan gue dengan sahabat gue di kantor yang dulu, yang notabene, sudah gue kenal sejak hampir 5 atau 6 tahun yang lalu.

Ujung-ujungnya, gue juga teringat sama sahabat baik gue sejak kuliah dulu. Syukurnya sampai sekarang, gue dan dia masih keep in touch. Dia masih jadi tempat curhat favorit gue, dan hopefully, gue juga masih jadi temen curhat favoritnya dia, hehehe. Meski begitu, gue tahu bahwa di kantornya, dia punya sahabat baru yang sepertinya, lebih akrab dengan dia ketimbang dengan gue yang sudah dia kenal jauh lebih lama.

Nah… sampai sini, gue malah jadi heran. Kenapa justru banyak orang yang bilang bahwa berteman dengan rekan kerja itu mustahil hukumnya? Karena kalo buat gue, bisa jadi, mayoritas teman terdekat kita saat ini adalah teman sekantor kita sendiri. Kenapa begitu?

  1. Untuk maintain friendship, tentu diperlukan kebersamaan. Dengan teman kantor, secara otomatis, kita sering banget menghabiskan waktu bersama dengan mereka. Beda dengan teman-teman lama yang juga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing;
  2. Tidak diperlukan appointment untuk having fun dengan teman-teman kantor. We could have fun with them in lunch time, in the pantry, in office outing, office party, etc… Beda sama teman-teman luar kantor yang terkadang, bikin appointment sama mereka bisa jadi lebih susah daripada bikin janji sama Presiden RI…
  3. Biasanya, kerja bareng identik dengan menanggung suka dan duka bersama-sama. Punya satu bos menyebalkan yang sama, sama-sama lembur sampai tengah malam, atau sama-sama membenci satu peraturan kantor yang dinilai unfair. Dan biasanya, berbagi suka-duka ini yang secara otomatis mendekatkan kita dengan orang lain; dan
  4. Punya satu topik (biasanya gosip kantor) yang sama-sama diminati kedua belah pihak. Ngomongin gosip kantor dengan teman SMA tentu terasa kurang greget karena mereka tidak mengenal lingkungan dan orang-orang yang sama dengan kita. Lagi-lagi, tanpa kita sadari, gosip kantor sudah bikin kita jadi lebih akrab dengan rekan kerja.

Makanya kalau menurut gue, rugi banget jika kita lebih memilih untuk jaga jarak dengan teman kantor kita sendiri. Jaga jarak dengan rekan kerja = kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sahabat baru. Belum lagi, berteman baik dengan rekan kerja juga bisa membantu pekerjaan kita di kantor lho. Berteman baik dengan atasan akan membuat mereka menaruh kepercayaan lebih kepada kita, hidup kita di kantor juga biasanya akan terasa jadi lebih mudah. Berteman baik dengan bawahan akan membuat mereka lebih tulus dan ikhlas untuk membantu kita. Dan berteman baik dengan rekan kerja lainnya bisa menjadi extra support di saat-saat tersulit kita di kantor. Kemungkinan kita di-backstab juga akan mengecil jika kita bisa berteman baik dengan kompetitor kita sendiri. It sounds great, right?

Memang benar, berteman dengan rekan kerja itu juga ada resikonya, tapi kenapa tidak dicoba dulu? Tidak semua orang akan berubah kurang ajar dan tidak profesional hanya karena merasa sudah akrab… Yang penting satu prinsipnya: jika keakraban kita dengan mereka pada akhirnya malah put us in danger, dan saat kita sudah harus memilih antara pekerjaan atau teman, sebagai seorang yang bekerja secara profesional, kita tetap harus memilih pekerjaan ketimbang teman. Kita tidak boleh membenarkan sesuatu yang salah sehingga sampai merugikan perusahaan hanya karena faktor terlanjur akrab dengan rekan kerja ybs.

So simply be good to your colleagues, because perhaps, they could be a good friend, even a very good friend you’ll ever have along the way.

Buat gue, dalam hidup ini, ada 5 tingkatan dalam pertemanan:

  1. Cuma kenal nama (acquaintance);
  2. Teman (friend);
  3. Teman baik (good friend);
  4. Sahabat (best friend); dan
  5. Sahabat sejati (true friend/BFF – best friends forever).

Banyak orang bisa lanjut sampai tahap ke empat, tapi belum tentu bisa terus bertahan sampai tahap ke lima. Sahabat sejati tidak mengenal usia, tidak mengenal jarak, dan sahabat sejati akan selalu punya waktu untuk satu sama lainnya. Sahabat sejati akan selalu memaafkan, dan sebaliknya, akan selalu memantaskan diri agar layak untuk dimaafkan. True friends are hard to find, and who knows you can find yours in the office?

Satu hal lagi yang membuat gue berpikir kita justru bisa menemukan true friend di kantor adalah karena: jika mereka bisa menyingkirkan faktor uang, jabatan, konflik pekerjaan, dan persaingan hanya untuk menjadi sahabat kita, maka mereka adalah orang yang memang benar-benar layak untuk dijadikan sahabat. Jadi sekali lagi… kenapa tidak dicoba dulu?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s