People Who Left EY For Good

Gue kenal banyak orang, banyak banget, orang yang pernah resign dari EY, kantor gue saat ini. Sebagian besar klien gue di perusahaan yang lama, sisanya ya jelas temen-temen gue yang udah resign dari EY.

Ada temen gue di kantor yang bilang, resign dari EY adalah impian semua orang yang kerja di sini. Dan emang, resign sering banget terlontar dari mulut auditor EY pada umumnya. Setiap minggu pun, pasti ada aja satu atau dua orang yang ngelempar farewell notes alias resign dari EY.

Lalu pertanyaannya, apa iya kerja di EY seburuk yang orang-orang bilang? Dan apa iya… resign dari EY adalah keputusan terbaik buat kita yang masih kerja di sini?

Nah, lewat tulisan ini, gue mau berbagi cerita tentang orang-orang yang pernah resign dari EY. Mulai dari alasan kenapa mereka mutusin buat resign, sampai bagaimana kehidupan mereka setelah resign dari EY.

 

Mr. S – resign dari EY gara-gara sakit hati disuruh lembur pas hari Lebaran. Katanya, di EY itu banyak uang tapi nggak punya cukup waktu untuk menikmatinya. Pasca resign dari EY, karier-nya tambah cemerlang. Dia berhasil menempati posisi bergengsi dalam usia belum sampai 30 tahun. Lalu apa pendapat dia sekarang soal EY? Dia bilang, EY itu tempat yang bagus untuk memulai karier, and he encourages fresh graduates to apply to EY! See? In fact he doesn’t hate EY as much as he thought!

Mr. A – resign dari EY karena ngerasa nggak berhasil compete di sini. Sayang karena menurut gue, dia terlalu cepet nyerah. Tapi yaaah, sebagai gantinya, dia kerja di perusahaan lokal yang nggak kalah bergengsi. Dan… dia bisa buka bisnis sampingan dari hasil lemburan dia selama kerja di EY:) 

Mr. J – resign dari EY dengan alasan capek lembur melulu. Meskipun Mr. J sering cerita ke gue tentang betapa capeknya kerja di EY, gue malah yakin, sebenernya dia bangga banget pernah kerja di EY. Buktinya, dia kerja di EY itu udah lama banget, waktu masih jamannya gaji anak baru cuma 1,5jt, tapi herannya dia masiiih aja sering ngoceh-ngoceh soal pengalaman kerja dia di sana… Gue rasa dia kangen kerja lembur di EY, hehehe.

Mr. N – resign dari EY demi pindah ke KAP lain yang lebih kecil TAPI dengan level yang lebih tinggi. Dia berhasil jadi Partner di KAP kecil itu dalam usia yang masih sangat muda. Mr. N ini jago banget pake Microsoft Excel, dan gue yakin, dia jadi jago Excel gara-gara pernah kerja di EY, hehehe.

Mrs. K, klien gue yang pernah kerja di EY sampe level manajer. Entah resign karena apa, yang jelas gue suka berpikir… seandainya dia masih kerja di EY, sekarang ini dia udah menduduki level Partner. Sorry to say… posisi Partner di EY masih lebih baik daripada posisi dia sekarang. Jenjang karier mandeg, salary nggak banyak peningkatan dari tahun ke tahun, enggak dihargain sama atasan yang lebih suka sama orang-orang yang pintar menjilat pula!

Miss T – resign dari EY karena menurut ortunya, dia jadi kelihatan capek dan tambah kurus setelah kerja di EY. Gue nggak tau sekarang dia kerja di mana, yang jelas, gue pernah dua kali ngelihat dia bikin status di Facebook yang bilang, dia kangen banget sama suasana kerja di EY…

Mr. C – resign dari EY karena begitu banyak alasan. Sekarang, dia udah jadi finance manager di small company. Is he happy now? Well, kalo dulu hobi dia ngejelek-jelekin pekerjaan dia di EY, sekarang hobi dia adalah ngejelek-ngejelekin pekerjaan dia di perusahaan barunya, hihihihihi.

 

Pada akhirnya gue menyimpulkan, resign dari EY BELUM TENTU keputusan yang terbaik buat kita semua. Memang ada orang-orang yang hidupnya lebih bahagia dan lebih sukses setelah lepas dari EY, TAPI, ada pula orang yang menyesali keputusannya resign dari sini.

Jadi buat temen-temen yang mau resign, coba dipikir dulu matang-matang… Apa plus minusnya stay atau resign dari EY? Jangan lupa bahwa di manapun kita bekerja, yang namanya masalah, konflik, dan rasa bosan itu pastilah ada. Dan jangan lupa, sebenci-bencinya sama pekerjaan ini, banyak orang di luar sana yang kepingin banget kerja di sini. Banyak pula orang yang terpaksa ninggalin EY, entah itu karena gagal probation, atau terpaksa resign karena ngerasa nggak tahan dengan tekanan dan iklim persaingan di perusahaan ini.

Kalaupun pada akhirnya kita jadi resign dari EY, pastikan kita resign untuk melangkah menuju cita-cita kita yang sesungguhnya. Life is always about a choice, and eveytime we have to choose, make sure that we choose a path which leads us to a better life.

2 thoughts on “People Who Left EY For Good

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s