Waktu jaman sekolah dulu, gue pernah sebal banget dengan teori bahwa jika kita tidak mau memaafkan, maka dosa orang yang kita benci itu akan berpindah kepada kita. Pikir gue, tidak adil dan tidak masuk akal! Bagaimana jika memang orang yang bersangkutan yang berbuat salah dan menyakiti perasaan kita?
Seiring berjalannya waktu, sedikit demi sedikit, gue mulai belajar untuk memaafkan orang lain. Bukan soal dosa atau tidak dosa, tapi lebih karena kesadaran atas alasan kenapa gue harus bisa memaafkan kesalahan orang lain. Apa saja alasannya?
- Karena bisa jadi, orang lain menyakiti gue karena gue sendiri yang pernah terlebih dulu menyakiti perasaan mereka;
- Karena tidak ada manusia yang sempurna, termasuk diri gue sendiri. Jika gue ingin dimaafkan atas segala kesalahan gue, maka gue juga harus bersedia memaafkan orang lain atas segala kesalahan mereka;
- Karena tidak seharusnya gue membiarkan keburukan seseorang membuat gue melupakan kebaik-kebaikan mereka sebelumnya;
- Gue hanya akan menghabiskan masa tua seorang diri jika gue tidak mau memaafkan orang lain di sekitar gue. Apalagi kenyataannya, semakin dekat seseorang, semakin besar kemungkinan mereka menyakiti perasaan kita;
- Memaki-maki orang yang gue benci (terutama jika dilakukan di depan umum, termasuk social media) hanya akan membuat gue sendiri yang terlihat menyebalkan di mata orang lain;
- Saat gue belajar memaafkan orang lain, gue belajar memaafkan diri gue sendiri; dan
- Yang paling penting, membenci dan menyimpan amarah hanya akan melukai perasaan gue sendiri. Bukan melukai orang yang gue benci, tapi melukai diri gue sendiri.
Bagaimana jika konflik yang menimpa kita itu murni kesalahan orang yang bersangkutan? Kebohongan mereka, fitnah mereka, dan lain sebagainya… Buat gue tetap sama saja; maafkan segera setelah kita berhenti ‘berduka’ (malah sebetulnya, semakin cepat, semakin baik!).
Setiap orang bertumbuh dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang masih labil dan mencari jati diri. Ada yang masih belum makan banyak asam garam yang dapat mendewasakan kepribadian mereka. Dan ada pula yang hanya khilaf yang karena sedang tertekan dengan banyak masalah dalam hidup mereka sendiri. Gue sendiri pernah banyak menyakiti perasaan orang lain dalam proses pembelajaran itu, dan sekali lagi, jika gue ingin dimaklumi dan dimaafkan, maka gue juga harus bisa memaklumi dan melupakan. Dan bisa jadi, dengan kita memaafkan bisa membantu mereka untuk belajar dari kesalahan mereka, atau bahkan, membantu mereka untuk ikut belajar memaafkan.
Belajar memaafkan itu rasa-rasanya salah satu “proyek seumur hidup” buat diri gue sendiri. Awalnya, gue mulai dari belajar untuk tidak terlalu membenci orang lain. Dulunya, gue bisa benci sama orang lain sampai sekedar mendengar suaranya saja gue sudah sebal! Kemudian sekarang, gue belajar untuk tidak melulu lari dari kenyataan. Tidak menegur orang yang gue benci (padahal jelas-jelas saling berpapasan!) itu sudah benar-benar terlalu “ABG” untuk perempuan seusia gue. Kenyataannya, menghindari orang-orang yang menyakiti gue tidak membuat gue “sembuh” dari luka hati itu. Memaafkan (atau setidaknya mencoba untuk memaafkan) adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan sakit hati gue sendiri.
Memang benar ada beberapa luka yang terlalu dalam sehingga segalanya mungkin tidak akan pernah lagi kembali sama. Memang benar ada beberapa luka yang butuh waktu lama untuk kita bisa melupakannya. Tapi setidaknya, belajar untuk mencoba memaafkan selalu bisa jadi obat ampuh untuk menyembuhkan. Membantu mengembalikan fokus kita kepada hidup kita sendiri ketimbang sedikit-sedikit sibuk mengamati hidup orang lain yang kita benci… Semakin cepat kita memaafkan, semakin hidup kita kembali berbahagia.
When a deep injury is done to us, we’ll never heal until we forgive – Nelson Mandela.
Forgive, even if they don’t ask for forgiveness. You do it for you, for yourself, to set you free.
such as good quote mbak riffa
kata-kata mbak riffa selalu jd motivasi buatku.. Sukses selalu mbak dan ditunggu update blognya 😊
Hi Deriz
Thanks for letting me know! Jadi memotivasi untuk nulis lebih banyak 🙂