Waktu jaman duluuu banget, gue pernah punya masalah bertubi-tubi yang akhirnya bikin gue jatuh sakit, sampe hampir dirawat di rumah sakit. Gue baru sembuh total setelah beberapa minggu lamanya, setelah tiga kali ganti-ganti dokter spesialis. Saat itu gue tahu, masalahnya bukan kecapekan, bukan kebanyakan lembur, tapi stres, tertekan, kekecewaan, sedih, patah hati, yang semuanya seolah melebur jadi satu. Waktu itu rasa-rasanya benar-benar titik terendah sepanjang hidup gue.
Daaan… tepat di saat gue berpikir tidak ada yang mungkin lebih buruk dari kejadian bertahun-tahun yang lalu itu, rentetan konflik yang baru kembali menimpa gue. Kali ini, saking tertekannya, gue sampe dateng ke tempat praktek psikolog klinis. Bukan berarti gue punya masalah kejiwaan lho yaa, hanya saja entah kenapa, saat itu gue ngerasa butuh sudut pandang orang asing yang bisa gue percaya dan bisa memberikan penilaian secara objektif. Kalau bukan psikolog, siapa lagi?
Bukannya beres sampai di situ, keadaan justru memburuk beberapa saat setelah kunjungan gue ke psikolog itu. Tapi justru di situ itu lah perfect timing menurut gue. Saat keadaan memburuk, saran si mbak psikolog itu sudah mulai gue terapkan, dan percaya tidak percaya, gue ngerasa bisa melewati ujian kali ini jauh lebih baik daripada kejadian bertahun-tahun yang lalu itu.
Berawal dari saran untuk kembali menghubungi sahabat-sahabat lama, untuk mengubah tabiat gue, untuk memberanikan diri mencari penyelesaian dari masalah gue, lama kelamaan, gue jadi ketagihan ingin mengubah cara hidup gue sendiri.
Gue mulai menyempatkan diri untuk kembali terhubung dengan sahabat-sahabat lama. Mulai kembali curhat sama mereka, mulai ketemuan, atau curi-curi waktu untuk makan siang bareng… Gue seperti kembali teringat alasan kenapa dulu gue bisa berteman sebegitu erat dengan mereka semua.
Gue yang tadinya hanya makan siang, makan malam, pergi nonton dan karoke dengan orang-orang yang itu-itu saja, mulai melebarkan sayap dengan ngobrol panjang lebar dengan lebih banyak orang. Gue berusaha lebih mengenal orang-orang yang sebelumnya hanya gue kenal sepintas saja. Wajah-wajah di socmed homepage gue jadi lebih bervariasi daripada sebelumnya!
Gue juga mulai menantang diri gue sendiri untuk bisa belajar sabar. Bukan berarti gue tidak akan pernah marah lagi, jika memang harus marah, ya gue tetap marah. Tapi setidaknya, gue lebih mengendalikan kata-kata yang gue ucapkan. Dan setidaknya, sekarang gue udah bisa marah-marah dengan suara sepelan-pelannya, hehehehe.
Lalu malam ini, untuk pertama kalinya, gue memberanikan datang ke wedding reception seorang diri! Biasanya, gue mesti banget janjian dengan minimal satu orang teman yang gue kenal dengan baik. Tapi hari ini, gue langsung datang dan sesampainya di sana, langsung cari-cari orang yang bisa gue ajak ngobrol-ngobrol. Awalnya sempat boring, tapi lama-lama, malah ada beberapa percakapan yang lumayan interesting. Tanpa terasa, dua jam di sana sudah terlewat dengan sendirinya.
Kembali ke tadi siang, setelah resepsi pernikahan pertama yang gue hadiri di hari ini, gue menyempatkan makan sore (iya, makan sore-sore, hehehehe) bareng sahabat dari kantor gue sebelumnya. Dia bilang, dia membelikan sesuatu yang menurut dia tuh bener-bener gue banget. Dia belikan barang-barang itu sebagai kado ultah gue yang jatuhnya masih sebulan lagi! Tahu apa isi kadonya? Buku berjudul The Alpha Girl’s Guide, dilengkapi dengan satu batang cokelat yang katanya bisa bikin enteng jodoh (dan nama produknya beneran Cokelat Enteng Jodoh!). Rasanya udah lama banget sejak terakhir kali gue tertawa bahagia saat menerima pemberian orang lain. This gift is very thoughtful!
Hari ini, gue juga sempat ngobrol panjang lebar dengan sahabat baik gue di bangku kuliah dulu. Gue sempat mengenalkan sahabat kuliah dengan sahabat di kantor lama sambil makan-makan sore itu. Melihat mereka bisa akur dan saling bercanda satu sama lainnya, hati gue jadi tersentuh! Gue jadi menyadari betapa beruntungnya diri gue ini. Gue jadi sadar bahwa ternyata, seumur hidup gue, gue tidak pernah benar-benar sendiri.
Ternyata, gue memiliki hal-hal yang belum tentu dimiliki orang lain pada umumnya: sahabat dan keluarga yang tulus mengasihi, orang-orang luar biasa yang selalu bisa menerima gue dengan segala kekurangan dalam diri gue ini. Menghabiskan waktu bersama mereka membuat gue menyadadari bahwa seburuk apapun situasi gue saat ini, setidaknya, gue tidak pernah seorang diri.
Gue selalu punya orang-orang yang ikut marah saat gue sedih dan tersakiti.
Gue selalu punya orang-orang yang tidak putus menyemangati untuk gue bangkit lagi.
Gue selalu punya orang-orang yang menyempatkan waktu, bahkan di tengah malam sekalipun, untuk mendengar keluh kesah gue.
Gue selalu punya orang-orang yang betulan serius memutar otak bagaimana caranya untuk menghibur dan membuat gue kembali tertawa.
Gue selalu punya orang-orang yang menemani tiap langkah gue, dalam suka-duka, dalam titik terbaik dan juga titik terburuk sepanjang hidup gue.
Banyak orang yang bilang, karier gue adalah anugerah terbaik dalam hidup gue. Tanpa mengurangi rasa syukur gue untuk kemudahan karier gue, kali ini gue mau bilang… Kenyataannya, sahabat dan keluarga gue adalah anugerah terbesar dalam hidup gue ini. Tanpa mereka, gue pastilah bukan siapa-siapa.
Thanks for the love, the patience, the never ending support, and on top of all that, thanks for always being there for me. You guys are the best! And I just cannot ask for more.