Akhir-akhir ini, gue sedang coba beberapa trik baru untuk mengurangi kebiasaan marah-marahnya gue. Kadang, marah itu perlu. Bisa jadi cara yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah. Tapi kalau sampai terlalu sering, apalagi kalau marahnya sampai kelewat batas, kebiasaan buruk ini malah bisa jadi bumerang buat diri gue sendiri! Gue yakin bisa dikurangi, tapi agak susah untuk hilang sepenuhnya… secara marah-marah rasanya udah kayak bagian dari ‘jati diri’ gue, hehehehehe.
- Saat ada e-mail yang menyebalkan, langsung ketik balasannya untuk meluapkan rasa kesal, tapi setelah itu, simpan dulu di draft. Buka lagi draft-nya 2 atau 3 jam kemudian, dijamin gue akan memperhalus isi balasan e-mail gue itu, hehehehe. Setelah isinya terlihat lebih sopan, baru balasannya gue kirim!
- Saat ada orang lain yang mengajak berdebat kusir, entah itu dengan cara texting atau meeting in person, maka gue akan lebih memilih untuk mengakhirinya saja. Gue bisa bilang ada urusan lain dan harus segera pergi. Berdebat kusir itu hanya akan buang-buang waktu! Walking out justru akan lebih efektif untuk membuat si lawan bicara berpikir jernih dengan sendirinya;
- Tahu tipe orang yang suka menyindir dengan cara bercanda dan ketawa-tawa? Tidak usah ambil hati. Balas dengan santai, blak-blakan saja, setelah itu langsung tinggalkan. Sama kayak si tukang debat kusir, menghadapi orang seperti ini tidak akan pernah ada habisnya!
- Ganti marah-marah dengan senyum kecil yang agak-agak sinis. Selain senyum, bisa juga mengganti marah-marah dengan cara yang lebih cerdas. Misalnya, “Oh ya? Tulisan saya kurang jelas? Bagian yang mana? Coba kita tanya pendapat orang lain.”
- Saat ada orang lain merasa bisa mengerjakan pekerjaan kita dengan lebih baik, biarkan saja. Tinggalkan saja dan biarkan dia berusaha sendiri. Enggak usah diambil hati. Saat nanti orangnya datang untuk tanya bagaimana cara mengerjakannya, tertawakan saja! It feels even better than yelling at them, hehehehe;
- Jangan memprioritaskan orang lain yang hanya menjadikan kita sebagai option. Mencoba bertahan hanya akan membuat kita jadi cranky. Dikit-dikit berantem lagi, marah-marah lagi… It’s wasting our time and energy! Ibaratnya pesan makan, orang-orang seperti mereka cukup dijadikan sebagai side dish saja, jangan malah dijadikan main course!
- Jangan suka memendam perasaan. Lebih baik diutarakan sedikit demi sedikit, di saat emosi masih cenderung tenang dan kata-kata masih terjaga, ketimbang ditumpuk dan berujung dengan marah-marah besar. Kalau sudah dibilang terus terang tapi masih saja diulang-ulang, itu namanya mereka tidak respect! Kalau sudah begitu, baru lah kita boleh marah-marah sama mereka, hehehehe.
Gue tahu marah-marah akan terus jadi kebiasaan jelek gue sampai kapanpun. Secara tidak ada manusia yang sempurna, maka itulah salah satu ketidaksempurnaan gue. Hanya saja masalahnya, kebiasaan jelek yang satu itu adalah kebiasaan yang paling sering membawa penyesalan. Pengen banget bisa dikurangi, dan 7 langkah di atas adalah usaha gue untuk bisa sampai ke sana. Misal ada tips tambahan, please let me know yaa!
Hi rifa, gimana ya cara bijak ngasih tau kalo direct report kita salah (gak perform krn gak kompeten baik teknis mauapun non teknis) ke boss ya ? Mengingat orang ini karakternya tau caranya disukai atasan, dan dia emang dah ngomong kl dia percaya kemajuan karir tergantung dr dislike and like oleh atasan.
Gue dah mulai males banget coaching dia mulu, bukannya malah dapet feedback atas kerjaan.
Hehhehe. Makasih ya.
Btw, blognya beneran deh sering deh aku baca kl lagi galau di kantor.
Sukses terus ya. Udah jadi vp, mudah2an memyusul dapet pasangan yang compatible.
Hi Widia
I can feel you! Atasan seperti ini nggak usah dilawan. Make them have our back instead. Dengan begini, mereka bisa back-up kita di saat sulit dan bahkan, membantu kita untuk mendapatkan promosi. Karena memang kenyataannya, mau kerja sebagus apapun juga, kalau atasan langsung tidak mendukung ya kemungkinan promote akan kecil sekali. Tidak perlu menjilat, tidak perlu akrab-akrab, tapi jangan dimusuhi juga.
Di saat yang sama, coba kerja lebih mandiri saja. Try to claim your own work and don’t let them steal your credit! Lama kelamaan juga akan kelihatan kok, siapa yang punya kontribusi lebih untuk perusahaan. Saat nanti atasannya atasan kamu sudah melihat kenyataan yang sebenarnya, nah, it’s your time to shine!
Good luck! And thaks for the prayer 😉
Bener banget mba. Save our energy for later daripada ngeladenin orang-orang edan. Sama sih, aku juga hobinya ngamuk-ngamuk :p
Nah, cara ngadepin bawahan yang suka ngeles, suka ngebantah, dan kerjaan ga beres dimana dia lebih tua dari kita dan anak salah satu mantan pejabat di kantor gimana ya?
Soalnya atasan malah ngebelain karena yaaaaa…kenal sama ortunya -.-