Stop Budaya Bertanya, “Kapan Married?”

Awalnya, malam ini gue lagi asyik nerusin report yang udah lama gue tunda… sampai tiba-tiba, notifikasi Facebook gue berbunyi pelan. Begitu gue berganti layar ke halaman Facebook, ternyata ada comment baru dari temannya teman gue soal status yang intinya berisi sebuah curhatan rasa kesal karena lebaran selalu identik dengan pertanyaan: “Kapan married?”

Sama seperti kaum jomblo pada umumnya, gue juga paling males kalo ditanya kapan merit. Alasan gue:

  1. Kata siapa gue pengen buru-buru merit? Someday I want to, but it’s not my biggest wish right know. Daripada sok tahu mendoakan supaya gue cepet-cepet nyusul 2 adek gue yang udah pada merit itu, mendingan ya mbok doain supaya beasiswa S2 gue tembus gitu… kan ceritanya supaya itu doa tepat sasaran, hehehehe;
  2. Sebagian besar orang yang nanya kapan merit itu adalah orang-orang yang dulunya, saat mereka masih single, mereka juga paling bete kalo ditanyain, “Kapan married?” Kalo pun mau bales dendam, ya bales dendamnya jangan sama gue atuh… Kan yang dulu suka iseng tanya-tanya kapan merit sama mereka itu bukan gue orangnya…
  3. Gue enggak suka dikasihani hanya karena gue belum merit… terutama kalo dikasihaninya sama orang-orang yang sorry to say… pernikahan mereka sendiri gue tau banget penuh dengan derita dan air mata. Is it a kind of invitation to join your ‘misery club’? Kalo berurusan sama orang kayak gini, rasanya gue pengen ngebales, “Mendingan elo urusin deh tuh, rumah tanggalo sendiri…”
  4. Ada beberapa hater yang menggunakan pertanyaan ini semata-mata untuk membuat gue ngerasa ‘incomplete‘. Dari dulu, mereka emang seneng cari-cari celah buat nyindir gue. Padahal kadang lucunya, si hater itu sendiri juga masih belum merit lho. What a world
  5. I’m still 26… and this question always makes me feel like I’m an old woman!

Gue yakin tiap orang punya alasan sendiri-sendiri kenapa mereka masih berstatus lajang. Ada yang masih ingin dengan leluasa mengejar cita-citanya, ada yang merasa belum cukup mapan, ada yang karena faktor belum dapat restu orang tua, atau sederhana saja, mereka masih melajang karena masih belum menemukan pasangan yang tepat. Apapun alasannya, apa susahnya sih, menahan mulut untuk tidak mengajukan pertanyaan usil itu? Ngepain juga nanyain kapan merit kepada orang-orang yang kalian tahu persis mereka tidak berencana menikah dalam waktu dekat? Mereka merit atau nggak merit toh nggak ada untung-ruginya buat kalian?

Mungkin pertanyaan macam ini udah semacam tradisi turun menurun kali ya… Buat beberapa orang, bisa jadi ini bukan a big deal, tapi ada pula orang-orang yang merasa dihantui, atau merasa tertekan dengan pertanyaan ini. Gue kenal beberapa orang yang sampai alergi datang ke resepsi pernikahan, ada pula yang sampai takut pulang kampung, hanya karena takut ditanya kapan merit!

Lalu bagaimana dengan gue sendiri? Kalo gue sih… lebih memilih untuk jaga jarak dengan orang-orang ybs. Masalahnya, tipe orang yang kayak gini ini bukan cuma senang menanyakan kapan merit sampai berulang-ulang saja, tapi mereka juga akan terus-menerus kepo dengan urusan hidup gue di tahap-tahap selanjutnya. Nggak worth keeping aja gitu kalo menurut gue.

Finally… saran gue buat teman-teman yang masih single… gue ngerti, hati pasti panas, tapi sebisa mungkin, bereaksi tenang-tenang aja. Don’t give them a satisfaction, not either a new juicy gossip, by being angry with their question. Jangan pula terbebani dengan pertanyaan macam ini… karena faktanya, banyak orang yang jadi lantas sembarang pilih pasangan hidup hanya karena capek ditanya kapan merit!

Lebih baik nikmati saja sisa-sisa hidup kita sebagai lajang, karena sekalinya kita getting married, masa-masa itu tidak akan pernah terulang kembali. Makanya kalo gue bersyukur masih single di umur segini… soalnya gue ini kan tipe orang yang punya banyak banget keinginan, dan gue maunya saat merit nanti, gue udah puas dengan berbagai macam keinginan gue itu. Gue udah puas dengan pencapaian karier gue, level pendidikan gue, udah puas jalan-jalan melihat dunia, udah puas keluyuran tanpa perlu mikir ada keluarga yang menunggu di rumah… sehingga pada waktunya gue menikah, gue sudah lebih ikhlas sekaligus sudah siap memulai hidup yang benar-benar baru. Getting married for forever is a long time… a very very long time, so why should we do it in a rush? What’s wrong with enjoying our short single times?

So guys… let’s move on! Mari kita anggap aja pertanyaan kapan merit itu sebagai the art of life. Kemudian yang paling penting… mari kita jadi generasi pertama yang berhenti mengajukan pertanyaan nggak penting ini. Kalau nanti kita sudah merit, jangan gantian usil nanya-nanya kapan merit kepada kenalan yang masih single! Kalaupun masih pengen tetep membudayakan pertanyaan ini… ya sudahlah… Pastikan saja pernikahan kalian sendiri akan selalu happily ever after, supaya kalian enggak malu sama kaum single yang kalian tanya-tanya itu.

 

P.s.: Semoga enggak ada yang tersinggung sama tulisan gue ini yah… Mumpung masih suasana lebaran, mohon dimaafkan kalo ada salah-salah kata, hehehehe.

4 thoughts on “Stop Budaya Bertanya, “Kapan Married?”

  1. preciousringMing says:

    Hi, Ka Riffa! I’ve just love your blog by couple minutes ago. Nice to know you here :’)
    Bener banget, paling bete waktu ditanyain dengan line itu,”Kapan merit?”
    Toh ya, umurku masi 23.
    Moreover, my relationship has broken 4 months ago, because of different visions between us. One of them is I haven’t been ready enough to get married now. Beberapa orang yang tau mengenai hal itu, kasi komentar yang justru malah bikin aku kayak salah ambil keputusan.
    Ya mungkin, orang yang berkomentar seperti itu, ga tau passion aku yang masih pengen sendiri dulu untuk ngembangin karir, jalan-jalan tanpa beban, nikmatin single life dulu. And the most important thing is I want to make my family happy and enjoy my precious time with them before getting my own life later.
    Setelah baca artikel ini, aku seperti nemuin jawaban-jawaban lain atas keputusan aku yang lalu.
    Keep writing well, Ka! Thank a bunch :’)

    • riffasancati says:

      Hello! Thanks for visiting my blog 🙂

      Yup, there’s no need to rush it until you’re ready. Apalagi umur kamu masih 23. I was so excited starting my own life on that age. So good luck and wish all of your dream will do come true!

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s