Beberapa bulan menjelang keberangkatan ke Korsel, gue nonton video yang di-share salah satu teman Twitter gue. Isinya menampilkan reaksi penduduk Seoul saat menghadapi turis asing yang nyasar. Saat turis yang nyasar itu diperankan oleh bule berambut pirang, semua orang Korea yang ditanya menjawabnya dengan friendly. Tapi saat turisnya diperankan oleh orang Indonesia… si orang Indonesia itu selalu aja dicuekin!
Sejujurnya gue sempat worry… gimana kalo nanti gue nyasar??? Whatever it is, the show must go on, right?
Lalu benarkah isi video itu… bahwa penduduk Korsel tidak ramah terhadap turis Indonesia?
Secara singkat gue jawab, video itu TIDAK benar sama sekali!
Berikut daftar pertolongan dan keramahan yang gue terima dari Penduduk Korsel…
- Tidak pernah sekalipun gue dicuekin saat hendak bertanya soal jalan;
- Pernah ada cowok yang rela mengantar kita berjalan kaki hingga sampai di tempat tujuan;
- Pernah ada kakek-kakek petugas kebersihan stasiun MRT yang meskipun tidak bisa Bahasa Inggris, dia tetap berusaha keras untuk menunjukkan arah;
- Staf di Hongdae Guesthouse menawarkan diri membuatkan sebuah kartu yang bisa gue tunjukkan ke penjual makanan supaya gue tidak diberikan makanan yang mengandung babi;
- Ada pula cowok yang bersedia bantu gue ngecekin makanan beku di dalam minimarket satu per satu… hanya untuk sekedar memastikan makanan tersebut tidak mengandung unsur babi;
- Andy Choi, tour guide gue selama di Jeju, orangnya ramah, baik hati, dan pengertian banget. Dia juga udah banyak bantu gue cari makanan yang tidak mengandung babi;
- Masih soal makanan, petugas hotel di Jeju bantu kasih daftar restoran yang bisa kita kunjungi, dan menyampaikan hal itu ke supir taksi yang dia pesan khusus untuk gue dan teman-teman;
- Ada mahasiswi yang bantu menanyakan ke gue dalam bahasa Inggris, “Ingin makan apa?” kemudian dia menterjemahkan jawaban gue ke ibu-ibu yang berjualan makanan ringan di sana;
- Pramuniaga di salah satu toko di Insa-dong dengan baik hatinya membukakan payung untuk gue saat melihat gue kerepotan dengan begitu banyaknya kantong belanjaan;
- Ibu-ibu penjual minuman di jeju tersenyum lebar sama gue, menyentuh betis gue, kemudian mengacungkan jempol dengan wajah berseri-seri. Beginilah resiko punya kaki jenjang ala personel SNSD, hehehehe;
- Seorang eksmud di salah satu gedung bank membantu gue mencari mesin ATM yang bisa menerima international card. Dia juga bantu mengubah bahasa mesin menjadi English;
- Beberapa penduduk lokal (kebanyakan sih cowok) ngajak gue ngobrol soal negara asal, ke Korsel dalam rangka apa, dsb dsb…
Gue memang tidak sampai 2 minggu tinggal di Korsel… tapi semua itu membuat gue sangat-sangat yakin bahwa penduduk Korsel mempunyai keramahan yang luar biasa. Sama sekali tidak benar mereka mendiskriminasi turis dari Indonesia.
Kemudian soal penampilan gue yang berjilbab… ya memang sering jadi pusat perhatian sih. Suka ada aja orang-orang yang terang-terangan melihat gue dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tapi kalo gue sih enggak ambil pusing. Gue menganggapnya sama kayak orang Indonesia ngelihat turis bule di Jakarta; suka dilihatin tapi bukan bermaksud untuk melecehkan. Ada sih, satu bapak-bapak yang setelah diterjemahkan oleh turis lain, bapak-bapak itu berkomentar bahwa gue akan lebih cantik kalo nggak pake jilbab. Tapi daripada sewot, gue dengan pedenya menjawab, “I’m beautiful just the way I am.”
Well, kalo mau positive thinking… sebetulnya itu sama aja dengan pujian kalo gue ini cantik kaaan? Hehehehe.