5 Ways To My Dream Career

Entah sejak kapan, gue punya cita-cita pengen bikin business consulting company. Bukan business consulting yang canggih banget kayak BCG atau McKinsey gitu. Gue cuma pengen bantu orang-orang yang ingin mendirikan bisnisnya sendiri. Tapi masalahnya, siapa juga yang mau menggunakan jasa konsultasi dari gue, kalo gue sendiri enggak punya pengalaman di bidang business consulting? Makanyaaa, udah sejak dua tahun yang lalu gue kepengen banget kerja di business consulting group kelas kakap kayak BCG, McKinsey, atau AT Kearney juga boleh…

Sayangnya, tiga perusahaan itu sangat-sangat selektif dalam memilih karyawannya. Setelah melalui serangkaian browsing, berikut ini 4 alternatif yang bisa gue pilih untuk mengejar cita-cita itu:

Cari beasiswa S2, kalo bisa di luar negeri

Business consulting companies itu menjual gengsi. Gue sering lihat mereka buka lowongan dengan kualifikasi minimal S2, lebih disukai yang bergelar MBA (baca: lulusan luar negeri… secara gelar MBA kan udah nggak ada lagi di Indonesia!). Dan faktanya, emang ada banyak banget lulusan luar negeri yang diterima kerja di konsultan bisnis kelas kakap itu…  

Kendalanya:

Mayoritas beasiswa S2 yang ditawarkan itu ditujukan buat peneliti, orang-orang yang tidak mampu, atau orang-orang yang bekerja sosial. Nah, kalo dibilang peneliti, seumur-umur gue cuma pernah sekali bikin penelitian. Kalo dibilang tidak mampu… yaah, gue emang belum punya cukup dana buat kuliah S2 sih. Tapi masa’ iya gue mau minta surat pernyataan tidak mampu dari Pak RT?

 

Apply kerja di bidang business development

Biasanya, perusahaan menggunakan jasa business consultant buat bantu mereka mengembangkan bisnis perusahaan. Makanya, punya pengalaman kerja di bidang business development di perusahaan besar jelas lebih relevan dengan cita-cita gue jadi business consultant.

Kendalanya:

Sama aja kayak business consulting companies, perusahaan besar yang buka lowongan buat business development officer juga lebih suka sama lulusan S2…

 

Apply kerja apa aja yang penting gajinya gede

Berhubung kayaknya kuliah S2 itu syarat mutlak buat gue, jadi kayaknya gue harus cari kerja yang gaji kotornya mencapai delapan digit… Dengan pendapatan segitu, dalam sebulan gue bisa nabung banyak buat biaya kuliah gue. Masalahnya kalo gue mau kerja di konsultan bisnis bergengsi, universitas yang gue pilih buat kuliah S2 juga harus bergengsi. Dan kampus yang masuk kategori bergengsi itu biaya kuliahnya mahalll. Paling murah bisa 90 jutaan.

Kendalanya:

Gue harus rela kerja di bidang accounting/internal audit/ERP kalo mau dapet gaji segitu… Masalahnya cuma tiga bidang itu aja yang bersedia ngegaji gue sampe delapan digit (itu juga nyarinya bakalan susah banget). Pengalaman kerja gue kan emang kuat banget di tiga bidang itu. Tapiii, aduh, gue udah bosen ngaudit. Nggak gitu berminat kerja di divisi accounting. Terus gue juga udah bosen ngurusin software yang berhubungan sama ERP.

 

Terbitin novel gue

Gue pede banget sama novel gue yang ke dua (yang pertama udah ditolak sama penerbit) yang masih dalam proses penulisan ini. Gue banyak belajar dari kegagalan yang pertama, ditambah beberapa masukan dari penerbit yang nolak novel pertama gue itu. Nah, uang dari penjualan novel itu seeenggaknya bisa bantu nutupin setengah dari biaya kuliah S2 gue.

Kendalanya:

Nulis novel itu nggak gampang… Gue butuh banyak waktu buat ngetik, edit, riset, dan inquiry buat mempertajam detail cerita. Makanya, kalo fokus gue adalah novel, gue harus cari kerja yang bisa pulang tenggo setiap harinya…

 

Alternatif lainnya

Sebenernya selain kerja di business consulting company, ada satu alternatif lain supaya gue bisa mencapai cita-cita utama gue buat mendirikan perusahaan konsultasi bisnis gue sendiri… Bisa aja kan, gue mulai dari berbisnis sendiri… bikin bisnis yang banyak! Terus abis itu, semua bisnis gue jual satu per satu… terus pas gue udah mulai terkenal, gue tawarin deh, jasa konsultasi buat bisnis orang lain, hehehehe.

Dulu gue pernah baca profil cewek yang punya bisnis jadi konsultan restoran. Awalnya dia bikin restoran, terus dijual. Bikin restoran lagi, dijual lagi… Terus akhirnya, sekarang dia bikin bisnis konsultasi buat restoran gitu deh.

Kendalanya:

Gue kan nggak punya cukup modal buat buka bisnis sendiri… Mesti jual tanah warisan dulu kayaknya sih, hehehehehe.