Tahu artinya nothing too loose? Sebuah sikap mental di mana kita merasa kelak tidak akan terpuruk karena kehilangan sesuatu yang pergi atau lepas dari genggaman. Dengan bersikap nothing to loose, kita tidak akan berlama-lama meratapi suatu kegagalan. Hebatnya lagi, kita juga tidak akan merasa terlalu sakit untuk menerima kegagalan itu. Hebatnya lagi, sikap ini bisa membuat kita menjalani hidup dengan lebih santai dan tanpa beban.
Hari ini untuk ke sejuta kalinya, gue ngerasa jenuh dan sebal dengan pekerjaan gue. Sepagian kerjaan gue cuma sesekali nelepon klien dan kirim e-mail, lalu sisanya cuma duduk santai, browsing, chatting sama teman, atau ngobrol-ngorbol sama teman-teman sesama auditor. Akibatnya, menjelang sore gue baru mulai pontang-panting nyariin klien. Padahal jam segitu itu udah waktuntya klien bersiap pulang.
Untunglah urusan dengan klien berakhir cukup beres untuk hari ini. Tapi bukan berarti pekerjaan gue udah selesai… Masih ada setumpuk dokumen yang harus gue tuntaskan hari ini juga.
Ternyata oh ternyata… rasa bete dalam diri gue justru menggila. Pusing ngelihat meja berantakan, sebel ngelihat working paper lecek dan kumel, belum lagi stationery gue jatuh-jatuhan melulu… Gue ngerasa kepala gue udah sangat panas sehingga bawaannya pengen cepet-cepet kabur dari kantor klien.
Akhirnya jam 5.30 teng, gue putuskan untuk menyerah. I tried to convince myself that the job can wait until Monday. Screw the job, gue ajak Arleen, temen gue untuk ninggalin kerjaan lalu pergi nonton ke Planet Hollywood. Kita di sana bukan cuma nonton satu film, melainkan nonton dua film berturut-turut.
Jujur selama duduk di dalam bioskop gue tidak memikirkan unfinished job itu sama sekali. Film pertama lucu, dan film ke dua lumayan seru… gue benar-benar tenggelam di dalam cerita. Lagipula sebenarnya, dalam ahti gue tidak lagi memiliki rasa takut atas terbengkalainya pekerjaan gue sendiri. Yup… gue bersikap nothing to loose dalam urusan pekerjaan gue di perusahaan ini.
Entah sejak kapan, gue enggak pernah lagi ambil pusing sama tingkah laku senior dan manajer gue. Gue bahkan mulai berani menanggapi omongan menyebalkan dari salah satu senior dengan sikap jenaka yang pada akhirnya malah mengundang tawa. Gue ngerasa, menjalani pekerjaan yang gue anggap membosankan ini aja sudah cukup berat, jadi ngepain juga gue nambahin beban dengan terus-terusan mikirin pendapat atasan tentang gue?
Jeleknya, gue juga semakin cuek saat menjalani kewajiban gue di kantor ini. Kerja seadanya, suka menunda-nunda, males nanya-nanya terlalu detail ke pihak klien, males pula sering-sering diskusi tentang kerjaan sama para senior… Karena jujur di dalam hati gue ngerasa, toh masih banyak perusahaan bonafid di luar sana. I’m not gonna die just because of loosing this job right?
Selesai nonton film, gue nungguin Arleen dapet taksi untuk nganter dia sampe tempat kosnya. Setelah dia dapet taksi, gue langsung naik bis menuju Cawang untuk nanti sambung lagi naik angkot menuju rumah tante di Kali Malang.
Saat sudah duduk manis di dalam bis, barulah gue teringat sama tanggung jawab gue. Kerjaan ini harusnya udah selesai satu minggu yang lalu. Sungguh lucu gue bersikap santai begini hanya karena toh bukan cuma gue yang pekerjaannya belum selesai. Padahal dalam engagement sebelumnya, gue pernah membereskan pekerjaan gue seminggu lebih cepat daripada teman-teman lainnya. Saat mereka masih sibuk minta data ke klien, gue malah udah beres-beres dan mengembalikan semua data kepada klien.
Sampai sini gue baru mulai ngerasa bersalah. It’s definitely not me. I have to do the things those I can do today rather than waiting for tomorrow. Akhirnya secara spontan gue memutuskan untuk turun di kantor klien di daerah Pancoran. Gue balik lagi ke dalam ruangan untuk membereskan beberapa pekerjaan yang masih harus dikerjakan, lalu membawa pulang beberapa dokumen untuk diteruskan di rumah besok.
Setelah pekerjaan beres, gue pulang ke rumah dengan dua tumpuk dokumen untuk diperiksa. Dalam perjalanan pulang itu, gue mulai mengambil suatu kesimpulan baru… bersikap nothing too loose pun ada batasannya.
Nothing too loose bisa menjadi excuse untuk kita bersikap malas dan tidak bertanggung jawab. Sikap ini juga membuat kita menganggap enteng suatu hal serta tidak menghargai dan mensyukuri segala sesuatunya. Nothing too loose pada akhirnya bisa membuat kita menjelma menjadi looser ataupun quitter.
In this point, I realize that I need to stop taking my job for granted. Memang benar masih banyak perusahaan bonafid lain di luar sana. Tapi di perusahaan ini, gue punya tanggung jawab, punya kewajiban, punya begitu banyak hal untuk dikerjakan sebaik-baiknya. I’ve lost several things in my life, BUT, I have never been a looser in my whole life. Jadi kenapa gue harus merusak sejarah hidup gue dengan menjelma menjadi orang yang tidak bertanggung jawab?
Hidup itu suatu pilihan. Gue menyadari sepenuhnya bahwa gue pun punya pilihan untuk pergi jauh dari perusahaan ini. Akan tetapi, setelah memmperhitungkan plus minus untuk karier masa depan, gue memutuskan untuk tidak cepat-cepat angkat kakidari perusahaan ini. Jadi karena gue udah memilih untuk bertahan sementara waktu, maka gue harus rela menghadapi hal-hal tidak menyenangkan atas pilihan yang gue buat itu.
Lain kali pasti gue akan merasa bosan lagi, kesal lagi, panas dan ngomel-ngomel lagi… Dan bila itu terjadi lagi, mungkin yang gue butuhkan hanya pergi sebentar untuk nonton film atau pergi berbelanja untuk menjenihkan pikiranJ
Akhir kata, I want to thank God for making this weekend not too bad for me. Hopefully next week will be much much much better than this. Have a ncie weekend!