Satu minggu yang lalu, entah untuk yang ke berapa kalinya, gue nonton film My Best Friend’s Wedding yang dibintangi Julia Robert. Film ini bercerita tentang seorang cewek yang ditinggal married sama sahabat cowok yang diam-diam dicintainya. Meski nggak ada statement secara eksplisit, tapi gue yakin kalo cowok ini juga pernah dan masih menyimpan perasaan khusus sama sahabat ceweknya itu. Malah, satu hari sebelum pernikahannya dengan perempuan lain, si cowok bilang begini sama sahabatnya itu, “You are the woman of my life.”
Enggak tau kenapa, gue selalu menyimpan minat khusus terhadap film tentang persahabatan antara cewek dan cowok. Mulai dari Kuch-Kuch Hota Hei, My Best Friend’s Wedding sampai yang paling baru Maid of Honor. Kenapa begitu? Mungkin karena gue termasuk orang yang gampang bertemen deket sama cowok kali ya… Lalu gimana akhir hubungan gue sama temen-temen cowok itu?
- Dia ngejauhin gue karena ngerasa bertepuk sebelah tangan;
- Dia ngejauhin gue karena dia tau gue cuma bertepuk sebelah tangan;
- Gue ngejauhin dia karena ngerasa bertepuk sebelah tangan; atau
- Gue ngejauhin dia karena tau dia cuma bertepuk sebelah tangan.
See? Nggak pernah ada yang happy ending dalam friendship gue dengan para kaum cowok…
Untuk alasan nomor 3 dan 4, gue punya argumentasi tersendiri. Untuk yang nomor 3, rasanya wajar kalo gue lebih milih menghindar dari orang yang bikin gue bertepuk sebelah tangan. Gue pengen bisa move on, dan pastinya hal itu akan sulit dilakukan kalo gue masih aja denger suara dia atau ngeliat muka dia setiap harinya. Untuk alasan yang nomor 4, gue cuma nggak mau ngasih harapan palsu sama temen cowok gue itu. Gue ini tipikal cewek yang sejak pertama kenal seorang cowok, gue bakalan langsung tahu apakah dia termasuk cowok yang mungkin atau enggak akan mungkin gue sukai. Jadi daripada dia buang-buang waktu, mendingan gue menghindar dari dia kan?
Herannya, biar udah sering terjadi berulang-ulang, gue masih aja enggak kapok temenan deket sama cowok-cowok. Bagi gue, berteman sama mereka itu semacam variasi hidup. Selalu ada kebahagiaan tersendiri saat menghabiskan waktu dengan sahabat cowok. Hanya saja sayangnya, saat pertemanan itu udah bawa-bawa urusan hati, pilihannya cuma dua: take it OR leave it.
Jadi boleh dibilang, gue nggak percaya bahwa cewek dan cowok bisa bersahabat tanpa melibatkan perasaan sama sekali. Jangan lupa bahwa kebersamaan dan rasa nyaman bisa menimbulkan rasa cinta. Jadi daripada terombang-ambing antara cinta atau persahabatan, lebih baik cepat diputuskan saja; mau dibawa ke mana hubungan pertemanan itu? Karena kalau tidak begitu, jangan aja nasib kita jadi kayak Julia Roberts yang memohon-mohon sama sang sahabat untuk membatalkan pernikahannya… Atau sebaliknya, bukan mustahil di masa yang akan datang gue membatalkan pernikahan gue dan merelakan uang puluhan juta rupiah melayang begitu saja hanya gara-gara sang best friend yang datang untuk mengagalkan pernikahan itu… (sama kayak cerita film Maid of Honor itu lho…).
Memang benar bahwa mengubah status dari sahabat menjadi pacar akan memorakporandakan segalanya begitu hubungan asmara itu putus di tengah jalan. Tapi menurut gue, yang namanya cewek dan cowok itu emang nggak akan bisa bersahabat erat untuk selama-lamanya. Karena saat kita sudah berumah tangga nanti, kita pasti dituntut untuk membatasi interaksi dengan lawan jenis selain suami dan keluarga kita kan? Jadi kalau toh ujung-ujungnya bakalan sama, apa salahnya untuk dicoba berpacaran dengan sahabat sendiri?
Tapi pasti akan lain ceritanya kalau cinta dalam persahabatan itu adalah cinta yang tidak terbalas. Ada beberapa situasi yang membuat hubungan percintaan menjadi sulit untuk diwujudkan. Misalnya, salah satu pihak ada yang sudah berpasangan dengan orang lain. Kalau sudah begitu, menurut pengalaman gue, sebaiknya kita pergi meninggalkan sahabat kita itu.
Apabila kasusnya kita bersahabat dengan pacar orang lain, saran gue jangan sampai keberadaan kita menjadi duri dalam daging bagi hubungan sahabat dengan pasangannya. Selain itu menurut gue, mempertahankan hubungan seperti ini hanya akan buang-buang waktu. Ok sekarang mereka statusnya masih pacaran sehingga kita bisa menyimpan harapan suatu hari mereka bisa saja putus. Tapi gimana kalo hubungan mereka lanjut terus sampai jenjang pernikahan? Masa’ iya kita masih mau ngarep suatu saat mereka akan bercerai? Lagipula akan sulit buat kita mencari gebetan baru apabila kita masih menyimpan rasa suka sama seseorang yang masih berada sangat dekat dari jangkauan kita. Nah, kalau sudah begitu, ujung-ujungnya kita yang rugi terus menjomblo sementara dia udah berbahagia dengan pasangannya sendiri.
Atau gimana kalo sebaliknya; justru kita berada dalam posisi yang sudah punya status in a relationship? Ini juga sama saja… Kasihan sahabat kita kalau terus menerus menyaksikan kebahagiaan kita sama orang lain. Kalau kita memang tidak berniat menjadikan dia pasangan sedangkan kita tahu betul seberapa besarnya cinta dia sama kita, maka lebih baik relakan dia pergi jauh dari hidup kita. Jangan egois dengan tetap ingin memilikinya sebagai teman curhat. Dia berhak hidup bahagia dengan orang yang mencintai dia lebih dari sekedar teman biasa. Jangan juga nekat berteman terlalu intim dengan lawan jenis saat kita sudah berpasangan dengan orang lain. Jangan sampe sahabat yang kita sayangi itu justru dihina-dina sebagai tukang rebut pacar orang lain.
Gue ngerti banget gimana enggak enaknya harus ninggalin sahabat yang udah deket banget sama kita. Mungkin reaksi seperti itu kesannya lebay, terlalu didramatisir dsb, tapi percaya deh, mengorbankan hati dengan melihat si sahabat berbahagia dengan orang lain itu jauh lebih menyakitkan daripada berusaha melupakan dan melepas dia pergi. Jadi nggak usah takut mengakhiri persahabatan yang sudah ternoda oleh cinta yang bertepuk sebelah tangan. Lagipula gue percaya bahwa pada prinsipnya, bila memang jodoh pasti ujung-ujungnya akan kembali kepada kita lagi. Lalu sampai saat itu tiba, cobalah nikmati hidup kita tanpa dia, hingga nanti kita menemukan jawaban apakah dia yang akan menggandeng tangan kita untuk menjalani hidup ini bersama-sama…