Me and My “Broken Radar”

Malam ini, gue ngobrol panjang lebar sama salah satu teman soal gue yang udah mulai nggak bisa mengenali ciri-ciri cowok yang suka sama gue. Jadi menurut dia, ada teman kita yang mengaku suka sama gue tapi gue enggak pernah ngerasa cowok itu suka sama gue. Gue ngerasa dia nice sama gue cuma sebagai teman aja. Baru setelah gue ingat-ingat, memang ada beberapa hints yang dulu tidak gue anggap serius. Kenapa demikian? Berikut ini daftar alasannya!

  1. Karena cowok yang nice sama gue itu jumlahnya lumayan banyak. Contohnya, teman cowok yang bantu bawa barang berat tanpa diminta, antar gue pulang ke rumah, atau bahkan yang traktir gue makan itu jumlahnya ada lumayan banyak dan nggak mungkin gue bisa langsung menyimpulkan mereka semua sebetulnya suka sama gue!
  2. Gue punya beberapa sahabat cowok yang baiknya kebangetan dan gue tahu banget mereka cuma baik sama gue sebagai teman saja. Susah buat gue jadi geer karena kebaikan-kebaikan kecil (the small gestures) dari some other guys jika gue bahkan tidak geer dengan kebaikan-kebaikan besar (the big gestures) dari sahabat-sahabat gue itu. Gue menganggap kebaikan seperti itu memang sewajarnya dilakukan oleh sesama manusia aja gitu;
  3. Gue sendiri tipe orang yang senang memperhatikan orang lain. Gue sering menanyakan ke semua orang di tim gue soal mereka sudah makan atau belum karena gue memang peduli (dan belum tentu berarti karena gue suka sama mereka!). Ini yang bikin gue tidak mau cepat kegeeran karena bisa jadi, cowok yang perhatian sama gue ini emang pada dasarnya perhatian sama semua orang yang dia kenal (sama seperti yang gue lakukan pada orang-orang di sekitar gue); dan
  4. Gue pernah dekat sampai cukup serius dengan cowok itu cuma dua kali, dan kedua cowok ini secara jelas menunjukan rasa suka mereka ke gue. I never had to wonder how they felt about me because they made it very clear that they had feelings for me. Tanpa gue sadari, gue menjadikan dua cowok ini sebagai benchmark. Gue jadi beranggapan cowok yang suka sama gue itu minimal menunjukkan usaha yang sama besar dengan mereka berdua bertahun-tahun yang lalu itu. Kurang dari itu akan gue anggap cuma baik sebagai teman saja.

Jadi bagaimana kesimpulannya? Benarkah radar gue sudah tidak lagi ampun mendeteksi cowok-cowok yang suka sama gue?

Selesai ngobrol panjang lebar dengan teman yang gue sebutkan di atas, gue langsung kirim text ke Whatsapp Group yang isinya cuma gue dan dua teman cowok lainnya. Di situ gue menulis, “Menurut gue bukan radar gue yang udah rusak, tapi emang cowok jaman sekarang kalo suka enggak berani terang-terangan. Gue jadi susah bedain cowok ini emang suka sama gue atau cuma baik sebagai teman aja.”

Salah satu cowok di grup itu langsung menjawab, “Kalo gue emang enggak (berani terang-terangan).”

Yang satunya lagi tidak ikut menjawab tapi gue toh udah tahu betul gimana cara dia mendekati istrinya dulu. Ini jadi semakin memvalidasi pendapat gue bahwa cowok jaman sekarang emang kurang terus terang. Cowok yang secara agresif dan terang-terangan menyampaikan perasaannya mungkin memang sudah semakin berkurang jumlahnya.

Tapi, apa itu lantas berarti gue harus mengubah cara gue menyikapinya? Haruskah gue jadi orang yang making the first move? Well I don’t think so.

Cowok-cowok yang kelihatan tertarik tapi tidak benar-benar berusaha mendekati itu mungkin memang benar suka sama gue, TAPI, dia tidak sampai jatuh cinta. And why would I want to be with someone who doesn’t take me seriously? He’s Just Not that Into You, remember that book title?

If he is really into me, he will make it clear. Period.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s