Di tahun 2013, ada begitu banyak hal yang harus gue lewati. Many angers, pains, disappointments, and wasted efforts. Meski begitu, anehnya… justru rentetan kejadian itulah yang kemudian membuat gue pada akhirnya, berhasil menemukan jati diri gue sendiri. And it really feels good to finally find me. Gue jadi lebih mantap menjalani hidup, lebih mudah mengambil keputusan, dan tentunya, gue jadi lebih nyaman dengan diri gue sendiri.
Di tahun 2013, gue juga merasakan titik tertinggi dari rasa syukur di dalam hati gue. Waktu kecil dulu, keinginan gue sederhana saja: ingin tumbuh dewasa jadi gadis yang cantik, sukses karier-nya, punya baju bagus, tas bagus, dan teman-teman yang luar biasa. Dan pada tahun 2013 itu… gue menyadari… gue sudah tumbuh menjadi wanita dewasa persis seperti yang gue inginkan dulu 🙂
Di tahun 2013 ini pula, gue paling menikmati kebersamaan dengan orang-orang terdekat. Berbaikan dengan sahabat lama, mempererat persahabatan dengan sahabat baru, dan gue juga semakin menikmati betapa menyenangkannya punya keponakan yang lucu dan menggemaskan itu.
Selama tahun 2013, terlepas dari segala up and down, pada akhirnya gue menyadari bahwa gue punya tim kerja yang cukup solid. Teman-teman satu tim yang dengan ikhlas membantu gue menyelesaikan pekerjaan, dan juga si bos yang bikin gue sesekali berpikiran, “I think… he is the best boss I’ve ever had.” Selain mereka, ada pula rekan kerja dari Malaysian office yang tanpa disangka-sangka, bilang begini sama gue, “You know… your boss is lucky to have you.” It had really made my year 🙂
Meski begitu, anehnya, dengan segala hal positif yang gue rasakan itu… gue tetap menganggap tahun 2013 bukan tahun yang membahagiakan buat gue. Sepanjang tahun 2013, gue lebih jarang tersenyum, lebih jarang tertawa, lebih jarang dalam hati berbisik, “God… I’m really happy with life! Thank you!”
Seringkali, sepanjang tahun ini, gue bertanya-tanya sama diri gue sendiri… kenapa? Bukannya gue nggak bersyukur… malah seperti yang gue tulis di atas, tahun 2013 justru merupakan tahun gue paling merasa bersyukur atas segala hal dalam hidup gue. Tapi kenapa gue malah enggak ngerasa happy seperti tahun-tahun sebelumnya?
Gue terus bertanya-tanya, sampai beberapa saat menjelang pergantian tahun, gue seperti mendapatkan ‘a wake-up call’. Ada serangkaian kejadian sepele yang tiba-tiba bikin gue bertanya-tanya, “Why am I still here? What am I doing? What have I done to pursue my big dreams this year?”
Gue lalu teringat dengan teori ‘ugly duckling’-nya gue. Jadi ceritanya, gue menilai sampai usia ABG, gue itu ibarat si itik buruk rupa. Pake baju asal-asalan, sekolah asal-asalan, berteman hanya untuk sekedar punya teman buat makan bareng dan pulang bareng, nggak punya cita-cita, nggak neko-neko, hidup hanya sekedar mengikuti air mengalir aja…
If I look back into my past, my ugly duckling era was really the most boring stage of my life. I kept being an ugly duckling, until one day, a guy came into my life and made me realize how precious I could be. He made me feel pretty, he made me believe that I was smart, and he made me learn how to dream, believe, and make it happen. It was just a puppy love, but it has changed my life ever since. Right after I know how to dream, I started to know how to be happy.
Jadi menurut gue, di situlah letak permasalahannya. Mungkin dari luar, gue udah bukan lagi si itik buruk rupa, tapi dari dalam… gue seperti kembali menjadi gue yang dulu. Kesibukan yang semakin menggila membuat gue berhenti mengejar mimpi-mimpi besar gue, sehingga gue mulai merasa stuck, tidak berkembang, dan takut tertinggal dari teman-teman lainnya. Ada pula beberapa hal yang membuat gue ngerasa berkecil hati, ngerasa not good enough, ngerasa selalu ada yang salah dalam diri gue… All of those negative thought about myself have made me feel like an ugly duckling… and I’m not happy with that.
Tahun-tahun sebelumnya, gue selalu mengawali tahun baru dengan begitu banyak resolusi. Tapi tahun 2014 ini, resolusi gue hanya satu: I want to take my smiles back by making this year as another year of the pursuit of dreams.
Gue tidak bilang bahwa semua orang harus sebegitu ambisiusnya hanya untuk bisa merasa bahagia. Setidaknya untuk diri gue sendiri, gue tahu bahwa upaya mengejar mimpi lah yang selalu bikin hidup gue terasa lebih berarti. Tidak peduli gagal atau berhasil, setidaknya dengan berusaha, gue sudah mengambil satu langkah lebih maju. Gue bahkan lebih suka melihat gue gagal daripada melihat diri gue hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Itulah sebabnya, tahun di mana gue mengalami kegagalan justru terasa lebih membahagiakan ketimbang tahun 2013 yang serba datar-datar saja itu…
For me, new year means new hopes. Tahun 2014 ini, gue bukan hanya ingin mengejar segala hal yang bisa membuat gue merasa bahagia, tapi gue juga ingin memberanikan diri untuk meninggalkan hal-hal yang tidak lagi membawa kebahagiaan. Meski sulit, meski banyak rintangannya, gue harus tetap mencoba! Sebagai bukti nyata dari tekad itu, beberapa hari menjelang pergantian tahun, demi kembali mengejar beasiswa MBA, gue nekad mendaftarkan diri untuk ikut GMAT preparation class. Nggak peduli di kantor sedang sibuk-sibuknya, nggak peduli tempat kursusnya jauh dari rumah dan kantor, yang penting, gue sudah daftar dan sudah bayar. Tidak putus gue berdoa… semoga hal ini akan menjadi langkah awal yang baik untuk mengejar cita-cita gue itu.
Finally, happy new year 2014 for my blog reader. Hope this year will bring us new hopes to pursue, new chances to take, and new battles to win. Thank you for reading my blog during the past year and hope you’ll never get bored to read my blog. Have a great year!
Sama banget mbak . Tahun 2013 ak juga ngerasa begitu ..
Semangat buat mba nya .
Thanks 🙂 Semangat buat kamu juga yaa.