Because a Broken Heart Will Always Make Me a Better Person

Tadi malam, seorang teman cerita sama gue soal gebetannya yang akan pindah rumah ke luar negeri dalam waktu dekat. Gebetan yang sudah dekat sama dia bertahun-tahun lamanya, yang selama ini, dia simpan sendiri rasa cintanya buat sang gebetan.

Mendengar curhatan teman gue itu… membawa gue kepada kenangan yang sama beberapa tahun yang lalu. Gue kembali diingatkan pada titik terendah dalam hidup gue selama ini.

Waktu itu jalan ceritanya juga sama; gue dan si gebetan makin lama makin dekat, tapi enggak pernah ada pernyataan suka, naksir, atau cinta yang terucap dari gue dan dia. Ada orang-orang yang berspekulasi gue naksir dia, dia naksir gue, kita saling suka tapi nggak akan pernah bisa jadian… ada pula yang dengan sadisnya bilang, gue hanya bertepuk sebelah tangan.

Awalnya gue pikir gue cuma naksir-naksir biasa doang. Semacam perasaan yang bakal hilang dengan sendirinya saat gue menemukan cowok baru buat ditaksir. Tapi pada detik gue tau dia akan segera pergi… saat itulah gue menyadari, perasaan gue jauh lebih dalam daripada yang pernah gue bayangkan.

Enggak lama setelah kabar itu sampai di telinga gue, tibalah farewell night untuk melepas kepergian dia. I tried so hard to look fine, but I think I failed… Sulit buat gue menyembunyikan ketidakrelaan bahwa semuanya akan berakhir tanpa sempat dimulai, dan… tanpa pernah ada kejelasan.

Setelah semua orang sudah saling melambaikan tangan untuk pulang menuju rumah masing-masing, saat itulah gue sudah tidak bisa lagi menahan diri. Malam itu Jakarta hujan rintik-rintik, trotoar basah setelah hujan deras yang turun sebelumnya, dan tanpa gue sadari, pandangan mata gue mulai kabur. Air mata yang berebut turun membuat softlens yang gue kenakan tidak berfungsi dengan baik. Gue hanya bisa menarik napas… berusaha untuk tidak jadi orang bodoh yang menangis sesenggukan di tengah jalan.

Beberapa bulan setelah itu tidak lantas jadi lebih mudah buat gue. Dia memang pergi, tapi awalnya masih sesekali say hi. Hal itu tentu saja pernah membuat gue kembali menaruh harapan. Mungkin dia nyesel, mungkin dia pengen coba lagi, mungkin kali ini akan berbeda, dsb dsb… Tapi ternyata bukan itu yang terjadi. Pada akhirnya dia mulai konsisten, mulai benar-benar menghilang dari keseharian gue.

Tadi malam, gue bilang begini sama teman yang sedang patah hati itu, “Once the pain is gone, you will feel much better. It will make you a better person too.”

Ya, gue banyak belajar dari patah hati terburuk gue itu. Dulu itu gue cukup sering ngerasa digantung, dan gue sangat-sangat menyalahkan nasib atas keadaan gue saat itu. Tapi sekarang, gue menyadari… digantung itu bukan nasib, bukan takdir, melainkan sebuah pilihan… yang gue buat untuk diri gue sendiri.

Setelah itu, gue lebih mampu bersikap tegas dalam mengatasi perasaan gue sendiri. Gue tidak lagi suka main api. Jika gue tahu sejak awal bahwa hubungan gue dan si cowok tidak akan pernah berhasil, maka gue juga enggak akan ngebiarin hati gue jatuh cinta sama dia. Dan hebatnya, sejak itu gue jadi mampu bersikap menolak untuk digantung. Gue enggak pernah lagi membiarkan orang lain datang dan pergi dalam hidup gue sesuka hati mereka. If you want me, then just stay, no matter what happens… that’s it, as simple as that.

Masih ingat lirik lagunya Kelly Clarkson?

What doesn’t kill you makes you stronger… stand a little taller… footsteps even lighter.”

So yes, it was the lowest point in my life, but it was okay… because a broken heart will always make me a better person. I am stronger, wiser, and happier ever since.

Semua badai pasti berlalu, dan akhirnya… badai gue sudah lama berlalu 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s