Waktu jaman SD sampai SMA dulu, masih ngetren yang namanya ngisi-ngisi buku diary. Itu lho… kita nyebar buku diary kosong buat diisi sama teman-teman kita. Pada saat itu, gue seringkali menemukan tulisan begini di dalam diary semua orang yang pernah gue baca, “Just be yourself”.
Waktu itu gue berpikir… Apakah memang si penulis berniat menasehati pemilik buku untuk jadi diri sendiri, atau itu hanya sekedar kata-kata penghias diary saja? Saking pasarannya tulisan itu bikin gue enggak mau ikut-ikutan menulis pesan yang sama. Gue kan just be myself gitu, hehehehe.
Tulisan “just be yourself” itu bisa jadi hanya sekedar penghias untuk meramaikan tampilan diary. Tapi sebetulnya, tulisan itu banyak benarnya. Dan kenyataannya, menjadi diri sendiri tidak selalu mudah untuk semua orang, atau mungkin, tidak selalu mudah untuk diri kita sendiri.
Ada orang yang ikut-ikutan melakukan sesuatu hanya supaya tidak dicap cupu, kuper, nggak gaul dsb…
Banyak pula bermunculan copy cat… Hobinya meniru segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain meskipun sebetulnya, hal itu belum tentu cocok untuk dirinya sendiri.
Ada lagi orang-orang yang membeli suatu benda yang nggak diperlukan hanya karena enggak mau kalah sama orang lain.
Atau tipikal orang-orang yang senang mengiyakan semua perkataan orang lain, seolah dia tidak punya pendapatnya sendiri.
Gue pernah melihat seorang teman yang punya kepribadian unik. Kalem, dewasa, keibuan, dan punya beberapa kebiasaan yang membuat dia kelihatan menarik. Sayangnya saat dia mulai berganti teman, tiba-tiba dia seperti kehilangan jati diri. Suka kecentilan, kelewat heboh, yang mana hal itu tidak terlihat cocok untuk kepribadian dia. In my opinion, she’s no longer as attractive as she used to be.
Kemudian gue juga sering merasa risih saat ada orang lain yang jelas-jelas berusaha meniru gue. Senang sih, bisa menjadi inspirasi buat orang lain. Tapi to be honest… kalau mereka sebegitu obvious-nya, gue malah jadi berpikir, “Elo ini nganggep gue temen atau saingan sih?”
Gue akui gue pernah membeli sebuah tas yang sama persis seperti yang dimiliki teman baik gue. Bukan karena nggak mau kalah, tapi memang karena gue suka sama modelnya. Dan kebetulan, gue punya cukup uang untuk membeli tas itu.
Gue beli tablet juga karena tergiur melihat tablet teman-teman gue. Lagi-lagi bukan karena gue nggak mau kalah, bukan pula untuk pamer, tapi karena gue yakin tablet itu bakal bermanfaat buat gue dan harganya pun masih sesuai dengan kapasitas kantong.
Gue juga pernah meniru trik-trik yang dilakukan orang lain, biasanya dalam hal pekerjaan… Bukan karena ingin jadi copy cat, tapi karena gue melihat trik itu memang cara yang paling efektif untuk melakukan suatu hal.
Dan gue juga suka secara nggak sadar ketularan gaya bicara orang lain. Kalau yang itu asli nggak disengaja… bukan diniatiin atau apa.
Intinya, tidak masalah meniru orang lain, asalkan masih pada tempatnya, ada kegunaannya, dan ada batas-batasnya. Terobsesi ingin menjadi mirip seperti orang-orang tertentu tidak akan membuat hidup kita jadi lebih baik. Apa yang baik untuk orang lain belum tentu baik untuk diri kita, dan apa yang kelihatan keren dan menyenangkan untuk orang lain juga belum tentu berlaku sama untuk kita. Malah menurut pengamatan gue, orang yang paling bahagia adalah orang yang tahu bagaimana cara menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.
Menjadi diri sendiri itu sebetulnya tidaklah sulit. Langkah awalnya, cintailah diri kita sendiri! Gali potensi yang kita punya, kembangkan hobi, nikmati hidup dan belajar bersyukur sampai hal yang sekecil-kecilnya… maka dijamin, gantian orang lain yang akan ingin meniru kehidupan kita. Good luck!
Bagus kak! Setuju banget! hahahaha, tulisan kakak seperti oasis di gurun pasir *lebay* 😀 lagi butuh tonggak untuk menegakkan prinsip sayaa, dan pas banget tulisan kakak masuk ke email saya.
Makasih kak. Sharing terus ya tulisan” nya, berguna banget. Sukses Kak Riffa! ^^
Hi Messal… Thanks for the compliment 🙂
My pleasure kalau bisa memberikan bantuan walau hanya dalam bentuk tulisan. Sukses juga buat kamu.