Green Lantern Review

Pernah ngerasa takut terhadap kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi di masa yang akan datang? Yang saking takutnya, pada akhirnya kamu lebih memilih untuk lari dari masalah? Kemudian dalam urusan relationship, pernahkah kamu tiba-tiba merasa takut memiliki kedekatan emosional dengan orang-orang di sekitar kamu? Kalau pernah adalah jawaban kamu untuk satu atau dua pertanyaan di atas, berarti kamu wajib nonton film Green Lantern.

Sama seperti film superhero lainnya, Green Lantern bercerita tentang cowok yang tadinya bukan siapa-siapa tiba-tiba aja mendapatkan kekuatan super sehingga mulai dikenal sebagai pahlawan. Terus sama standarnya dengan film-film lainnya, di film ini juga ada cewek yang diam-diam dicintai sang hero yang kemudian dijadikan sandera oleh musuhnya, dan adegan bertarung di mana jagoan pasti kalah duluan, baru setelah kita berpikir, “Ah, mustahil! Gimana dia bisa menang?” eh ternyata ada aja cara buat si jagoan mengalahkan musuh bebuyutannya. Dan pastinya, di akhir film ada adegan tambahan yang menunjukkan bahwa meskipun musuh besar sudah musnah, bukan berarti dinasti kejahatannya sudah habis sampai di situ.

Yang membedakan Green Lantern dari film sejenis pada umumnya adalah karakter tokoh utamanya. Biasanya, sosok manusia biasa seorang superhero itu identik dengan cowok baik-baik, dan kebanyakan sih, kelihatan cupu dan nerd alias enggak ada keren-kerennya sampe mereka berubah menjadi sosok jagoan. Nah, kalo di film ini, jangan harap bakal ngelihat Ryan Reynolds tampil cupu dengan kacamata tebal! Sejak awal, Ryan Reynolds sudah tampil keren seperti biasanya, hehehehe.

Hal Jordan yang diperankan oleh si ganteng Ryan Reynolds itu dikisahkan memiliki kepribadian yang suka memberontak dengan image playboy yang suka ganti-ganti teman kencan. Di luar sifat selengeannya, sebetulnya, Hal menyimpan rasa takut yang begitu besar dalam menjalani hidupnya. Dan bila rasa takut itu sudah mulai menghantui pikirannya, maka Hal akan lebih memilih untuk lari dari masalah. Dia lebih suka play safe dan menghindar dari kemungkinan terburuk di masa yang akan datang. Akan tetapi lucunya, Hal ini kelewat gengsi untuk mengakui rasa takutnya itu. Dia enggak mau ada seorang pun yang tahu soal insecurity dalam diri dia itu.

Meskipun diam-diam Hal menyimpan begitu banyak rasa takut dalam dirinya, anehnya, cincin sakti yang kemudian menjadi sumber kekuatannya itu malah memilih Hal untuk dijadikan superhero perwakilan dari planet Bumi. Padahal syarat utama dari terpilihnya sang superhero oleh cincin itu adalah seseorang yang tidak memiliki rasa takut sama sekali. Karena ceritanya, rasa takut akan melemahkan mereka dan menguatkan musuh pada saat yang bersamaan. Makanya di awal-awal, Hal sempat merasa pesimis dan menilai bahwa cincin sakti itu telah salah memilih perwakilan.

Soal jalan cerita enggak perlu gue jabarkan secara detail lah yaa. Yang gue bisa bilang cuma overall menurut gue, filmnya bagus, ada pula beberapa dialog yang lumayan lucu, special effect-nya keren dan lumayan bikin kita jadi tiba-tiba kaget, dan ya itu tadi, Ryan Reynolds-nya ganteng banget, hehehehe. Buat cowok-cowok, tenang aja… di film ini juga ada Blake Lively (pemeran Serena di serial Gossip Girl) yang juga cantik dan seksi banget. Cowok yang duduk di sebelah gue sampe ngomong begini sama ceweknya, “Tuh kamu kalo punya badan kayak gitu dong.”

Lagi-lagi buat gue, the best part of the movie is the moral of the story. Film ini mengajarkan kita bahwa rasa takut adalah suatu hal yang sifatnya sangat-sangat manusiawi. Akan tetapi, bukan berarti kita boleh dikalahkan oleh rasa takut kita itu! Karena sebenarnya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak memiliki rasa takut. Yang ada hanyalah orang-orang yang berani untuk melawan rasa takutnya sendiri.

Balik lagi ke paragraf pembuka, film ini mengingatkan gue untuk tetap berani menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup gue. Berani menghadapi kemungkinan terburuk demi mendapatkan kemungkinan yang terbaik, berani mengambil resiko, serta berani untuk mengakui kekurangan yang sudah pasti kita miliki.

Masih nyambung sama judul blog gue sebelumnya, Green Lantern semakin memantapkan gue untuk menerapkan prinsip baru gue: setelah memutuskan satu pilihan yang terbaik, gue harus tetap konsisten sampai akhir, apapun rintangan dan apapun resikonya. Karena sebetulnya, alasan terbesar gue gampang berubah-ubah pikiran itu berasal dari rasa takut terhadap kemungkinan terburuk yang melekat dalam pilihan awal gue itu, sehingga akhirnya, gue lebih memilih untuk berubah pikiran a.k.a melarikan diri.

It’s okay to fear of something, but it’s not okay to walk away just because of being afraid to face the risk.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s