Because to Me, Unhappiness is Not Even an Option

Sepanjang tahun ini, saya sering mengeluh tidak bahagia. Ada saja alasannya. Mulai dari kecapekan sampai patah hati terburuk sepanjang masa. Ditambah lagi sakit-sakitan sampai sempat dirawat di RS 6 hari lamanya.

Saya sempat mengeluh pada adik saya, “Capek banget hidup kayak gini terus-terusan.”

Sedih, capek, marah, semua emosi negatif berkumpul jadi satu. Sampai puncaknya saya jatuh sakit dan saya pelan-pelan mulai menyadari, “Kalaupun takdir saya meninggal dalam usia muda, bukan ini ending yang saya inginkan.”

Pelan-pelan, saya coba berbenah. Saya fokus pada hal-hal yang saya sukai, menulis salah satunya. Mulai dari aktif menulis artikel pendek di LinkedIn sampai menulis buku pertama saya (doakan segera rampung yaa!). Saya semakin erat berkomunikasi dengan orang-orang yang care dengan saya. Saya juga perbanyak baca tulisan yang memotivasi, dan bahkan, saya jadi rajin nonton romantic comedy hanya supaya saya tidak hilang harapan kepada “happy ending“.

Beberapa hari yang lalu, salah satu sahabat saya menasehati bahwa tidak seharusnya saya merasa sebegitu pesimisnya. Dia bilang, banyak kualitas dalam diri saya yang sangat patut saya nikmati. Dari situ saya jadi sadar… hal-hal buruk yang terjadi sepanjang tahun ini tidak lantas menghilangkan hal-hal baik yang sudah saya perjuangkan sepanjang hidup saya ini! Satu-satunya hal yang salah dalam hidup saya tahun ini adalah saya terlalu fokus pada hal-hal yang “going wrong” daripada hal-hal yang “going well“. Banyaknya ujian yang datang bertubi-tubi membuat saya jadi lupa untuk berbahagia.

Akhirnya saya putuskan untuk kembali mulai berbahagia! Sejak detik ini juga! Meski keadaan sama sekali belum membaik, kesehatan belum sepenuhnya pulih, patah hati juga masih patah hati, tapi ya mau bagaimana lagi? Setelah capek-capek berusaha mendapatkan hidup bahagia, kenapa sekarang saya malah berlarut-larut dalam ketidakbahagiaan?

Unhappiness is not even an option to me!

Jadi memang saya tidak punya pilihan lain selain berusaha kembali berbahagia dalam menjalani hidup saya ini. Jika sedang tidak ada hal besar yang dapat membuat saya bahagia, saya akan fokus berbahagia dengan hal-hal yang kecil dulu saja. Sekedar punya sepatu baru yang tampak keren saja sangat saya resapi rasa bahagianya, hehehehe. Ponakan saya, sahabat-sahabat lama dan teman-teman baru saya! Apapun itu yang bisa membuat saya tersenyum dan tertawa lagi.

Be happy… and that’s only because being unhappy is not supposed to be an option to begin with.

Have a good night!

4 thoughts on “Because to Me, Unhappiness is Not Even an Option

  1. Mrs Nugroho says:

    Hi Mbak, salam kenal ya šŸ™‚
    Sebagai sesama perempuan, aku cuma mau bilang we’re enough.
    Sharing sedikit ya mbak, tahun lalu aku divonis dokter kanker payudara stadium 3B dan menjalani single mastectomy yang tadinya diharuskan double mastectomy. Down? dikit, secara now am dealing with one of women killer in the world.
    But then, kalo ternyata umurku emank udah ada batasnya kayak gini, its the option gw mau nikmatinnya kayak gimana kan?
    so, sad or mad, udah pasti gak bakalan bisa dihilangin dari kamus perasaan kita kan. Cuma kita selalu bisa memutuskan, mau bahagia atau gak bahagia dengan itu semua.

    eh, jadi kepanjangan šŸ™‚

    • riffasancati says:

      Mbak… Iā€™m sorry to hear that šŸ˜¢ Kamu kuat banget! Iya betul mbak, sedih dan marah pasti nggak akan pernah sepenuhnya hilang. Tapi bukan berarti jadi nggak bisa bahagia. Biarkan aja all those feelings coexist. Thanks for taking times to leave comment to this post yaa. It means a lot!

  2. n1ngtyas says:

    Hi!
    I was a silent reader but now I decide to give my two cents. Don’t get me wrong, but have you ever think to seek professional help? I mean a psycho therapist. When I was a student, my campus provided professional therapist to help students with any mental condition. I never consult with one, but I know my best friend had regular schedule. Clearly, she’s in better condition.
    Again, please take this as an input from someone who truly care about you. Cheers!

    • riffasancati says:

      Hi! Thanks for reaching out to me! Yes, I did get professional help. I initially only visited psychologist, but Iā€™ve decided to see a psychiatrist just in case the root cause of my physical illness is my mental breakdown. I have to overcome so many things for a decade and it feels like Iā€™m mentally and emotionally tired at this stage. Donā€™t worry, and really, I appreciate your thoughts!

Leave a comment