Jangan Membuat Keadaan Lebih Buruk dari yang Seharusnya

Belum lama ini, gue membaca cerita tentang wanita usia pertengahan 30 yang mengalami depresi. Tujuh tahun yang lalu, dia harus dua kali naik meja operasi karena penyakit yang cukup serius. Waktu itu, banyak orang yang ingin memberi dukungan, tapi wanita ini malah menjauhi semua temannya. Dia tidak pernah lagi ikut hang out, selalu membalas SMS dengan ketus, dan dia seringkali mengatakan bahwa tidak ada orang yang benar-benar bisa mengerti keadaan dia saat itu. Apapun yang dilakukan teman dan keluarganya selalu salah di mata dia.

Lima tahun kemudian, perempuan ini sembuh dari penyakitknya. Saat itulah dia menyadari, dia sudah tidak punya siapa-siapa. Orang tua dan adik-adiknya terasa seperti orang asing buat dia. Wanita ini memutuskan untuk pindah ke luar kota, mencari suasana baru, dan saat sedang kesepian, datanglah pria bersuami yang hanya membuat hidup dia jadi lebih kacau balau. Wanita ini harus menghadapi banyak drama meski setelah dia memutuskan untuk meninggalkan pacarnya. Dia ingin punya teman bicara, tetapi teman-teman lamanya sudah sangat jauh dari jangkauan. Bukankah aneh tiba-tiba kirim Whatsapp pada teman lama yang dulu dia usir hanya untuk bercerita dia baru putus dari pria yang sudah menikah? Akhirnya, penderitaan yang kini dia rasakan justru lebih buruk daripada saat dia masih mengidap penyakitnya 7 tahun yang lalu.

Apa pelajaran yang bisa kita petik dari cerita ini? Kita harus belajar untuk tidak membiarkan satu masalah melahirkan lebih banyak masalah dalam hidup kita ini. Jangan menjadi gelap mata, jangan menghancurkan hal-hal yang sebelumnya baik-baik saja. Jangan menyakiti orang-orang yang peduli, yang hanya datang karena ingin memberikam bantuan. Buat apa hidup sendiri jika ada orang lain yang bersedia menemani? Jangan membuat keadaan yang sudah buruk menjadi lebih buruk dari yang seharusnya.

Cerita yang gue tulis di atas hanya satu contoh acak, ada lebih banyak lagi contoh kecerobohan yang bisa dilakukan seseorang saat tengah dirundung masalah.

Ada orang yang sengaja menyakiti orang lain meski sebetulnya, orang itu tidak ada kaitan dengan masalah yang menimpa kehidupan pribadinya. Mungkin tanpa disadari, dia hanya tidak suka melihat orang lain hidup bahagia di saat hidup dia tengah sulit-sulitnya. Atau bisa juga, dia hanya sedang mencari pelampiasan atas rasa marah pada hidupnya sendiri.

Ada juga orang yang sengaja menyombongkan diri saat tengah menghadapi masa-masa sulit. Tidak mau menerima pertolongan, mengarang atau melebih-lebihkan cerita, bersikap sangat sulit dan semakin membuat orang-orang di sekitarnya merasa makin jengkel. Bukannya fokus mencari solusi, dia malah fokus mencari cara untuk mempertahankan ego dan kebanggaan pribadi mereka.

Yang terakhir, dan yang paling sering gue temui (termasuk dalam diri gue sendiri) adalah orang-orang yang menjadi terlalu sensitif saat sedang menghadapi masalah besar dalam hidupnya. Jika sudah demikian, kita cenderung salah menangkap maksud perkataan atau tindakan orang lain, membesar-besarkan masalah kecil, dan selalu menilai orang lain dengan cara yang sangat negatif. Akhirnya, kita malah menghadirkan masalah baru dengan orang-orang yang belum tentu ada kaitannya dengan masalah kita yang sesungguhnya.

Menurut pendapat pribadi gue, salah satu kunci hidup bahagia adalah dengan memiliki kemampuam untuk menolong diri sendiri. Mampu mengendalikan diri saat sedang menghadapi masa-masa sulit. Semua orang pasti pernah menghadapi cobaan, tapi tidak semuanya bisa melewati cobaan itu dengan baik. Tidak semua orang dapat kembali berbahagia setelah cobaan yang menimpa dirinya.

Do yourself a favor: control your hatred, anger, and disappointment. Find your way back to your happiness. Life is too short to be unhappy, remember?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s