Berawal dari nonton filmnya, gue langsung tertarik buat ngeborong 3 novelnya sekaligus. Novel yang cukup tebal, masing-masing buku berisi sekitar 400 halaman. Terdapat beberapa perbedaan detail cerita antara The Hunger Games versi film dengan novelnya. Tapi dalam kesempatan ini, gue lebih memilih untuk menulis berdasarkan sudut pandang buku. Gue enggak akan membocorkan soal akhir dari pemerintahan kejam ala Capitol, di sini gue lebih tertarik untuk membahas akhir dari kisah asmaranya. Jadi buat kamu yang yang tidak mau melihat bocoran ending kisah cinta dari trilogi ini, silahkan stop baca tulisan gue sampai di sini saja.
Mengambil setting di masa depan, The Hunger Games bercerita tentang permainan mematikan yang diadakan satu tahun sekali oleh Capitol, semacam ibu kota dari negara Panem (ceritanya, Panem ini dulunya adalah Amerika Utara). Peserta Hunger Games bukan penduduk Capitol, melainkan dua orang remaja perwakilan dari setiap distrik yang mengelilingi kota tersebut. In total ada 12 distrik yang masih eksis, sehingga setiap tahunnya, terdapat 24 peserta Hunger Games yang biasa disebut dengan the tributes. Dalam Hunger Games ini, the tributes diharuskan untuk saling membunuh hingga tinggal tersisa satu tribute yang akan meraih gelar The Victor.
Hunger Games diselenggarakan oleh Capitol sebagai hukuman atas pemberontakan 12 distrik tersebut 74 tahun yang lalu. Hal ini dianggap efektif untuk menakut-nakuti penduduk distrik agar tidak berani mengulangi pemberontakan melawan Capitol.
Pada Hunger Games ke 74, Distrik 12 diwakili oleh gadis bernama Katniss, dan remaja pria bernama Peeta. Kemudian diketahui, ternyata Peeta sudah memendam cinta kepada Katniss sejak belasan tahun lamanya. Jadi bagaimana mungkin Peeta tega menghabisi nyawa Katniss? Karena itulah sejak awal, Peeta cenderung mengalah, dan selalu mencari cara untuk menjaga agar Katniss bisa tetap hidup di arena Hunger Games. Dalam Hunger Games, hanya ada satu pemenang… Dan Peeta ingin, satu orang pemenang itu adalah Katniss, meskipun itu berarti, Katniss harus tega membunuh Peeta.
Katniss sendiri sebetulnya sudah beberapa tahun dekat dengan laki-laki lain bernama Gale yang juga berasal dari Distrik 12. Jadi bisa ditebak… ada konflik cinta segitiga yang menjadi bumbu dalam trilogi Hunger Games. Di sini ada Katniss, gadis tangguh yang sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak usia dini. Ada Peeta, anak dari keluarga penjual roti yang termasuk berkecukupan, yang cenderung penakut dan sejak awal Hunger Games dimulai, dia sudah bertekad tidak akan pernah mau membunuh siapapun di arena itu. Makanya selama latihan, daripada mempelajari cara untuk membunuh, Peeta lebih tertarik mempelajari cara untuk melindungi diri. Kemudian ada Gale, anak penambang batu bara yang cenderung nekad dan sangat mudah tersulut amarahnya.
Logikanya, gadis manapun akan lebih memilih Gale daripada Peeta. Gale digambarkan memiliki bentuk tubuh atletis dan wajah yang sangat tampan. Kemudian Gale itu pemberani. Dia dan Katniss sama-sama berani melanggar peraturan pemerintah keluar dari pagar pembatas distrik hanya untuk berburu di dalam hutan. Berbeda dengan Peeta yang di awal permainan tampak manis dan tampak lemah. Jadi tentunya, secara kemampuan fisik, Gale jauh lebih unggul daripada Peeta yang hanya pandai membuat dan melukis roti.
However, believe it or not, gue… tipe cewek yang menggemari cowok yang ‘laki banget’, berkali-kali merasa jatuh cinta dengan sosok Peeta.
Peeta yang masih ingat warna baju dan kepang rambut Katniss di hari pertama mereka sekolah saat masih kanak-kanak.
Peeta yang hapal gerak-gerik dan kebiasaan Katniss.
Peeta yang pernah rela dipukuli orang tuanya hanya demi bisa memberikan sepotong roti kepada Katniss yang sedang kelaparan.
Peeta yang berusaha menjadikan Katniss favorit penonton hanya supaya gadis itu mendapat banyak bantuan dari penonton untuk terus bertahan hidup di arena Hunger Games.
Peeta yang setengah mati melawan Cato, tribute paling jago di arena Hunger Games, sampai mendapat luka tusukan di kakinya hanya supaya Katniss bisa melarikan diri dari kejaran Cato yang sangat bernafsu untuk membunuh Katniss.
Peeta yang jauh lebih peduli pada keselamatan Katniss daripada keselamatan dirinya sendiri… Bahkan saat sedang menjadi tawanan pemerintah pun, Peeta tetap nekad membocorkan rencana serangan pemerintah supaya Katniss dan sekutunya dapat bersikap waspada… Dan tentunya setelah itu, Peeta harus rela disika habis-habisan atas ulahnya tersebut.
Atau hal-hal kecil… seperti saat Peeta memberikan jaketnya dan mengancingkan jaket itu untuk Katniss, atau sekedar memeluk dan membelai rambut Katniss yang sedang ketakutan saat dihantui mimpi buruk dalam tidurnya.
Kedengarannya Peeta emang jagoan banget. Tapi sebetulnya, Peeta itu enggak jago bertarung. Dia cuma rela menjadikan dirinya tameng untuk melindungi Katniss. Dia rela dijadikan sasaran pukulan bertubi-tubi, asalkan Katniss tetap selamat. Berbeda dengan Gale yang selalu melindungi dengan cara melawan sekuat tenaga, yang mana Gale memang memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Kelemahan Peeta membuat Katniss juga harus melakukan hal yang sebaliknya: berjuang sekuat tenaga agar Peeta tetap hidup. Pada akhirnya, Katniss sendiri juga selalu berecana untuk mengorbankan dirinya, asalkan Peeta selamat sampai akhir. Di buku terakhir, Katniss berkata pada Peeta, “Kita memang selalu saling melindungi.”
Dalam kehidupan nyata, gambaran kehidupan ala Hunger Games jelas sangat-sangat terlalu berlebihan. Jadi mari kita sederhanakan… Ambil contoh adegan saat Katniss mengajari Peeta berenang di arena Hunger Games. Dalam kehidupan nyata, mana yang kamu pilih… Cowok yang jago berenang seperti Gale, atau cowok yang kamu ajari cara untuk bisa berenang seperti Peeta?
Jika hanya satu itu saja pertanyaannya, jelas mudah menjawabnya: perempuan cenderung tidak memilih laki-laki yang tidak lebih hebat dari mereka. Gue malah kenal seorang teman yang bakal langsung ilfil saat tahu cowok yang dia suka ternyata enggak bisa nyetir mobil, sedangkan teman gue ini termasuk jago nyetir buat ukuran cewek.
Gue sendiri juga begitu… Sejak kuliah, a.k.a sejak nilai-nilai gue mulai melesat jauh di atas rata-rata, gue mulai berubah jadi pemilih. Gue enggak pernah naksir sama cowok-cowok yang pernah belajar akuntansi sama gue (jadi dulu itu, selain kerja jadi guru privat akuntansi, gue juga suka ngajarin temen-temen secara gratisan). Gue gampang ilfil sama cowok yang menurut gue shallow, dan tentunya… gue cenderung mudah mengagumi cowok-cowok yang gue anggap pintar.
Selain itu, gue mengenal sangat banyak teman perempuan yang punya prinsip, pasangan mereka harus memiliki penghasilan yang melebihi penghasilan mereka. Bukan karena matre, tapi hal itu seperti sudah jadi sesuatu yang melekat dalam daya tarik seorang cowok. Banyak cewek yang merasa, cowok dengan penghasilan di bawah mereka kelihatan kurang menarik perhatian mereka.
Intinya adalah, secara naluriah, cewek cenderung menginginkan cowok yang serba lebih daripada mereka. Well, itu kan hanya keinginan, impian, mimpi, harapan, atau yang sejenisnya. Tapi mari kita lihat kenyataannya…
Gue kenal seorang suami yang penghasilannya cukup jauh di bawah istrinya. Dan istrinya bilang, dia ngerasa beruntung punya suami sebaik suaminya itu.
Gue juga kenal sama istri yang sedang sambil kuliah S3, sedangkan suaminya, hanya seorang lulusan S1. Might sounds strange, tapi mereka adalah salah satu pasangan yang paling bahagia yang pernah gue kenal.
Ada temen gue yang orangnya berani banget. Semua wahana permainan paling mengerikan di Dufan, dia berani coba. Sedangkan suaminya… sangat takut sama ketinggian.
Gue kenal cowok yang penakut banget… Takut sama hal-hal seperti hantu maksud gue. Dan kalo ketakutan… dia suka minta temenin ke mana-mana sama ceweknya.
Gue sering lihat banyak cewek cantik yang malah married sama cowok-cowok yang biasa banget, dan cenderung kurang gaul. Bahasa kasarnya… cupu dan kuper. Padahal, cewek-cewek itu dulunya punya sederet mantan pacar yang ganteng dan keren banget.
Kembali lagi ke Hunger Games, Katniss sangat sulit menentukan kepada siapa cintanya berlabuh… Peeta… atau Gale? Katniss sangat takut kehilangan dua orang tersebut, dia menyayangi keduanya dengan sepenuh hati. Akan tetapi sebetulnya, kita sebagai pembaca semakin lama akan semakin yakin dengan sendirinya tentang siapa yang sesungguhnya dicintai oleh Katniss.
Di buku ke tiga, dikisahkan Peeta menjadi korban cuci otak pemerintahan Capitol. Otak Peeta ditanamkan ingatan-ingatan palsu yang membuat dia jadi membenci Katniss setengah mati. Saat sudah kembali ke tangan sekutu Katniss, ingatan Peeta berangsur membaik. Akan tetapi, Peeta tetap suka sulit membedakan… antara yang nyata dengan tidak nyata. Untuk mengatasinya, orang-orang memainkan sesi tanya-jawab. Si penanya akan menceritakan suatu hal, dan Peeta diminta menebak… apakah hal itu nyata atau tidak nyata? Peeta juga akan mengungkapkan isi pikirannya dan bertanya kepada orang lain, nyata atau tidak nyata? Strategi ini pula yang akhirnya berhasil menyembuhkan Peeta.
Saat Peeta baru saja pulih dari masalah ingatannya, Peeta bilang kepada Katniss bahwa dia ingat pernah rela dipukuli orang tuanya hanya demi memberikan sepotong roti untuk Katniss yang sedang kepalaran. Setelah mengingat hal tersebut, Peeta berkata, “Aku pasti sangat mencintaimu.”
“Memang,” jawab Katniss.
“Dan apakah kau mencintaiku?”
“Semua orang bilang aku mencintaimu. Semua orang bilang itu sebabnya Presiden Snow menyiksamu. Untuk menghancurkanku.”
“Itu bukan jawaban,” kata Peeta.
Ya, meskipun pembaca tahu, dan semua orang dalam kisah itu tahu tentang perasaan Katniss kepada Peeta, tetap saja Katniss tidak pernah mau mengakui perasaannya itu. Dari buku pertama hingga ke tiga dipenuhi keraguan Katniss akan hal itu. Sampai akhirnya, pada paragraf penutup di buku ke tiga, Katniss mengakui perasaannya itu. Berikut cuplikan pargraf yang gue maksud, satu paragraf yang paling gue sukai dari buku ini. (P.s.: beberapa kata gue edit supaya mudah dipahami oleh kalian yang tidak pernah mengikuti jalan cerita Hunger Games).
“Aku dan Peeta kembali bersama. Ada saat-saat ketika dia memegangi sandaran kursi sampai kilasan-kilasan ingatan palsu yang ada dalam benaknya lenyap. Aku masih bangun sambil menjerit-jerit karena mimpi buruk dengan mahluk mutan dan anak-anak yang hilang. Tapi lengan Peeta selalu ada untuk menghiburku. Hingga akhirnya bibirnya juga. Pada malam ketika aku merasakannya lagi – rasa lapar untuk terus menciumnya yang pernah menguasaiku di pantai arena Hunger Games – aku tahu memang ini yang akan terjadi. Bahwa yang kubutuhkan untuk bertahan hidup bukanlah api Gale, yang dikobarkan oleh kemarahan dan kebencian. Aku sendiri sudah punya banyak api dalam diriku. Yang kubutuhkan adalah bunga dandelion pada musim semi. Warna kuning cerah yang berarti kelahiran kembali, dan bukannya kehancuran. Janji bahwa hidup bisa berlanjut, tak peduli seburuk apa pun kami kehilangan. Bahwa hidup bisa menjadi baik lagi. Dan hanya Peeta yang bisa memberiku semua itu.”
Setelah paragraf itu, Peeta berbisik kepada Katniss, “Kau mencintaiku. Nyata atau tidak?”
Akhirnya, Katniss menjawab, “Nyata.”
Gale memang lebih kuat… dan lebih tampan. Tapi Peeta, hanya Peeta, yang bisa memberi Katniss rasa aman, serta hanya Peeta… yang bisa melengkapi kekurangan dalam diri Katniss.
Dalam kehidupan nyata, pada akhirnya, hanya itulah yang akan dicari oleh wanita dewasa dari laki-laki pilihannya: rasa aman untuk terus hidup bersama dengan dia. Laki-laki itu bisa jadi tidak lebih kaya, tidak lebih pintar, tidak lebih rupawan… tetapi, laki-laki itulah yang paling mampu memberikan rasa aman. Buat apa kita cari cowok pintar dan kaya… kalau dia tidak pernah mau berusaha untuk memperjuangkan keberadaan kita dalam hidupnya? Buat apa pula pintar dan kaya… kalau kita tidak yakin, dia akan selamanya mencintai kita dengan tulus dan apa adanya…
Gue tidak bilang the most wanted bachelor yang ganteng, pintar, dan kaya itu tidak layak jadi pendamping hidup. Itu kan tergantung orangnya… But the thing is… in fact, it’s not the most important consideration. Sekedar keren dan kaya raya saja tidak cukup. Make her feel safe, comfort, and feel like being sincerely loved, then she’s gonna be truly yours.
ah, ini dia yang gue cari. ending love storynya. ternyata happy ending, ya. peeta emang bikin gilaaah. ok lah gue baca ebooknya meskipun english version… a ja jaaa fightiiiing… 😀 . btw thanx sinopsisnya, yaaa… 🙂
Haha… Kamu ini unik juga yah… Niat baca tapi pengen tau ending-nya duluan 😀
Iya baca aja trus… I even think reading the English version will be better. Terjemahannya banyak yang bikin bingung!
Happy reading then 🙂
wah… ternyata endingnya sesuai dengan yg gw inginkan…, jadi pengen baca buku kedua dan ketiganya, ^^
seandainya endingnya katniss sama gale, gw gak bakalan baca tuh buku…haha…
thanks
Wow… ada tributes di sini 😀 Sip lah, enjoy your book ya.
emang aneh yaa, padahal di film juga Peeta digambarin agak-agak pengecut gitu. Tapi aku sukaa :3 Aku kira awalnya Katniss juga sama Gale, tp sama Peeta lebih cocok haha #TeamPeeta!
reviewnya bagus kak, makasiiiih
Hehe… iyaa… gue juga team Peeta^^ Thank you for the compliment anyway 🙂
Akhirnya Katniss bersama dengan Peeta. Lega rasanya. Makasih ya mbak, atas ulasannya. ^^
You’re welcome 🙂
Oh ya, mbak, aku baca di wiki bahwa 15 tahun kemudian katniss dan peeta menikah. Mereka dikaruniai 2 anak. 1 perempuan dan 1 laki-laki.
Yup… di buku terakhir memang ada diceritakan soal mereka married dan akhirnya punya anak.
AKU BELUM PERNAH BACA BUKUNYA BARU NONTON FILMNYA TAPI AKU SENANG KALAU ENDINGNYA KATNISS SAMA PEETA, THANKS UNTUK ULASANNYA…SEPERTINYA DARI KANTOR AKU AKAN LANGSUNG KE TOKO BUKU UNTUK BELI KETIGA NOVELNYA,
Hi Irma… jangan pakai huruf besar semua dong… serasa lagi dimarahin :p Siip, selamat membaca!
nanya donk harga novel jilid yg ke 2 n 3 berapa ya??? aqu pingin beli nih
Hi Iyana… sayangnya saya sudah lupa… Besides, waktu itu saya beli yang satu set isi 3. Coba cek ke Gramedia terdekat saja ya. Selamat membaca!
Suka banget sama apa yang kamu tulis… cowok tifikal Peeta memang bisa bikin cewek-cewek rela ninggalin cowok gagah. Ahahahah
Hehehe… thanks for coming by yaa.
kak, novel yang bagus kayak hunger games ini, ada recommend buku / novel lain nya ga ka? makasih
Ada banyak! Aku suka sama buku-bukunya Sophie Kinsella juga. Coba deh.
bagus banget artikelnya mba… hm, sy fans film ini dan pemeran utamanya. yah, menurut sy salah satu pesan moral dari film ini ya itu… cuman hanya karena sepotong roti doang gitu loh, ternyata, itu bisa menggetarkan hati dan jiwa seorang perempuan yg bernama katniss. momen ini masuk dan terukir di memorinya yg paling dalem.
mungkin peeta lupa atau menganggap itu adalah hal biasa aja. walaupun mungkin peeta saat itu juga udah ada rasa suka juga ke katnisss…. tapi bagi katniss, momen inilah momen tertancapnya benih cinta sejati , murni dan suci dari Allah swt
jemaaa’aaaaahhh …ihh ….jemaa’ah
hahahahah, wis ah nglantur, makasih kalau di approve.bye